24 - Klaten

3.1K 71 5
                                    

Yg mau donasi, boleh bgt hehehe... Siapa tau tar jadi rajin up :3
Klo mau request/nambah karakter, nanti ya di cerita lain 🙏🙏
https://karyakarsa.com/moyaa3412 (klik link di bio klo mau langsung)

--------------------------

Sebulan sudah sejak Rafa masuk ke rumah sakit karena kecelakaan. Kepala dan bahunya sudah sembuh. Tapi kakinya belum. Memang butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa kembali berjalan seperti semula. Kini kakinya masih terbungkus gips dan perlu tongkat untuk berjalan.

"Shan kok aku deg-degan ya?"

"Gakpapa Rafa, wajar. Aku juga deg-degan waktu diajak ngobrol papa kamu."

"Kalo ditolak gimana Shan?"

"Terserah kamu. Mau dilanjutin atau nyerah?"

"Masa nyerah? Udah terlanjur jatuh dalam lebih dari dalamnya Palung Mariana nih."

"Kamu lagi deg-degan aja masih sempet ngegombal deh hahaha."

"Tipis-tipis Shan, biar gak stress."

"Iya suka-suka kamu. BTW aku panggil koko aku dulu bantuin bawa barang. Kasian kamu, udah jalan pake tongkat masih bawa-bawa koper sama tas di punggung."

"Iya Cani, pengertian banget deh istri aku."

"Masih calon Rafa, jangan dilebih-lebihin deh. Bawaanya pengen punya anak jadinya."

"Ih nakal Shani hahaha."

Shani mencubit pipi Rafa karena gemas dengan, apa sebutannya? Tunangan, belum. Pacaran, tapi tidak pernah ditembak. Ya pokoknya pria yang ia cintai.

"Ih iseng banget. Eh tapi Shan, pil KB masih kamu minum kan? Kita nikah masih lama loh."

"Masih, sayang. Sejak kita ngelakuin itu pertama kali, aku rutin sampe sekarang. Demi bisa main sama kamu tanpa takut hamil hehehe."

"Emang beda ya sama orang pinter."

"Hehehe istri siapa dulu?"

"Belum jadi istri, Shani. Masih calon."

"Hehehe iya Rafa, iya."

Di tengah candaan keduanya, koko Shani pun datang menghampiri mereka. Ia menyambut adik dan calon adik iparnya dengan sangat hangat. Mereka pun saling berkenalan untuk pertama kalinya. First impressionnya terhadap Rafa sangatlah baik.

"Kamu pinter amat milih cowok Shan?" puji koko Shani.

"Hehehe," tawa Shani sedikit malu-malu.

"Ngomong-ngomong itu kaki kenapa bro?"

"Kecelakaan, Ko. Biasa lah, meleng hehehe..."

"Astaga, kok bisa?"

"Itu gara-gara aku bkin dia marah, terus dia jadinya terlalu buru-buru deh hehehe," potong Shani.

"Astaga Shani, kurang-kurangin. Kasian kalo Rafa dibikin marah mulu, nanti dia kecelakaan terus loh."

"Ih amit amit Koko..."

Rafa pun hanya tertawa melihat kakak adik di depannya.

"Ayo jalan, nanti kesorean nyampenya," ucap Shani yang sudah tidak sabar mempertemukan Rafa dengan ibunya.

Perjalanan dari stasiun menuju rumah keluarga Shani tidak perlu memakan waktu begitu lama. Namun bagi Rafa, itu adalah perjalanan yang sangat panjang. Jantungnya terus berdegup kencang, merasa grogi ingin bertemu dengan calon mertuanya.

"Sampe, Raf. Yuk turun?" Shani menyadarkan Rafa dari lamunannya.

Dengan perlahan Shani membantu Rafa keluar dari mobil. Rafa? Tentu saja jantungnya semakin berdebar. Sampai Shani yang sedang membantunya berjalan itu bisa mendengar suaranya. Ia pun tertawa kecil melihatnya.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang