"Shan, aku harap pandangan kamu gak berubah setelah ini ya?"
"Maksudnya? Kenapa harus berubah?"
"Ya... Aku tinggal di sini," ucap Rafa tepat saat berbelok masuk ke sebuah gedung apartemen mewah.
"Seriusan Raf? Astaga, aku kira kamu ngekos tau!"
"Hehehe maaf ya, aku emang berusaha nyembunyiin ini. Kamu bisa kan jaga rahasia tempat tinggal aku?"
"Kita sama-sama punya rahasia," ucap Shani dengan senyuman manisnya.
Mungkin satpam basement akan heran dengan Rafa yang baru saja keluar dengan Dey, namun kembali dengan Shani. Ah tapi siapa peduli? Rafa hanya saling menyapa saat berpapasan, tidak lebih.
"Mas, beda lagi?"
"Sial, satpam itu sadar," gerutu Rafa dalam hati.
"Hehe beda keperluan pak. Mari..."
Ekspresi senyum Rafa langsung berubah setelah melewati satpam itu. "Semoga dia gak peduli deh."
"Beda lagi apanya?"
"Nggak, itu tadi temen aku tadi kan main ke tempat aku. Terus keluar lewat sini juga. Papasan sama satpam yang tadi tuh."
"Cewek atau cowok?"
"Cewek."
Shani tersenyum meledek. "Nakal ya kamu Rafa..."
"Ih kan cuma main doang astaga," ucap Rafa berbohong. Ya tidak sepenuhnya bohong sih. Mereka benar-benar main. Hanya saja mainnya agak beda.
"Gilaaa pegel banget macet di jalan," keluh Rafa saat sampai di unit apartemen miliknya. Ia langsung meregangkan tubuhnya kemudian berbaring di sofa.
"Astaga, maaf ya aku ngerepotin kamu?"
"Eh gakpapa kok, santai aja. Udah biasa hahaha," Rafa langsung bangkit berdiri karena merasa tidak enak dengan kata-katanya tadi. "Gaun kamu aku taro di lemari aku ya. Terus kamu mau mandi sekarang?"
"Hmm boleh deh. Tapi kamu mandi duluan aja, gakpapa."
"Ya udah, kamu jangan kemana-mana ya."
"Emangnya aku anak kecil?" ucap Shani dengan ekspresi sebal yang justru menggemaskan.
"Kalo kayak gitu, iya keliatan kayak anak kecil."
"Ihhh! Udah sana mandi," Shani mendorong Rafa untuk buru-buru meninggalkannya. Tentu saja ia merasa salting.
Rafa masuk ke kamarnya dengan gaun Shani di tangan kirinya. Ia menggantungkan gaun itu terpisah dari pakaian-pakaiannya yang lain. Tentu saja karena itu spesial, bukan miliknya. Kemudian ia mengambil beberapa pakaian sebelum masuk ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.
"Gede banget ya apartemennya Rafa?" gumam Shani yang mondar mandir di di ruang tamu. Ia bisa melihat betapa tertatanya seorang Rafa. Meskipun seorang laki-laki yang hidup sendirian, Rafa sangat bisa hidup mandiri. Senyuman kagum terpancar dari wajah Shani. Antara bangga dengan mahasiswanya atau kagum sebagai seorang pria, Shani tidak bisa menentukannya.
"Wahh seger banget!" ujar Rafa sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Udah mandinya? Gantian aku ya?"
"Iya Shan, silakan."
Shani masuk ke dalam kamar mandi di kamar Rafa tepat setelah Rafa keluar dari sana. Untunglah ia sudah berpakaian lengkap saat keluar dari kamarnya. Mana tau kejadian seperti Dey part 2 bisa terjadi kalau ia lupa berpakaian.
"Wah, hujan... Macet gak ya?" gumam Rafa sambil melihat ke arah balkon.
Langit kelabu dengan tetesan hujan yang perlahan membabi buta membuat jalan raya langsung tersendat. Banyak pengendara motor yang berteduh di halte dan beberapa titik di pinggir jalan. Jalanan yang seharusnya muat untuk tiga jalur, kini hanya tersedia dua saja. Rafa bisa melihat semuanya dengan jelas dari balkonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Bastard
FanfictionWARNING 🔞🔞 Laki-laki yang selalu beruntung hidupnya. ⚠️Hanya cerita FIKSI, jangan diseriusin⚠️