***
🌵*Beberapa jam setelah hukuman cambuk terjadi di mansion Melvinn.
Jika mansion milik Vinn bernuansa monocrom, maka mansion milik keluarga Oliver adalah kebalikannya. Ada beberapa ruangan yang bahkan didisain seceria mungkin. Itu adalah ruangan yang biasanya digunakan untuk pertemuan dengan anak-anak kecil di setiap akhir bulan.
Papa Oliver gemar membuat sebuah pesta pertunjukan sambil memamerkan karya-karya musik terbarunya. Mark dan papanya akan menampilkan sebuah pertunjukan sambil membagikan hadiah. Daniel dan juga Danny kadang-kadang juga ikut mengisi acara.
"Tersenyumlah sedikit Vinn! Kau membuat putraku takut."
Vinn mendelik kesal. Dia tidak pandai menutupi perasaannya. Lelaki bertubuh kekar dengan tato di hampir sekujur tubuhnya itu masih butuh banyak latihan untuh menahan emosinya yang sering meledak-ledak.
"Kau tidak keberatan kan jika putraku pergi ke mansionmu menemui adikmu?" tanya papa Oliver, tanpa basa basi.
"Boleh. Tapi tidak dalam waktu dekat." Di luar dugaan. Vinn langsung memberi mereka ijin meski jawaban itu membuat Mark cukup kesal.
"Tapi aku ingin bertemu Danny hari ini bang. Ada hal penting yang harus aku sampaikan." Mark akhirnya buka suara, walaupun sambil bersembunyi di balik punggung papanya.
"Datanglah satu minggu lagi setelah hari ini." Balas Vinn lagi.
Mark mendengus kesal. Yang benar saja. Satu minggu lagi? Sia-sia saja dia merengek agar papanya mau turun tangan jika Mark tidak bertemu Danny hari ini juga.
"Vinn, ayolah. Kasihan juga kan adikmu pasti kesepian di mansion sendirian. Biarkan Mark dan Daniel datang " Papa Oliver menguap. Maklum saja, sekarang sudah hampir jam 3 pagi. Sangat aneh memang, seharusnya Vinn menemui mereka sejak beberapa jam yang lalu. Namun Vinn membatalkan janjinya secara tiba-tiba.
"Tapi om, Dan..ny.." Ucapan Vinn terhenti. Wajah tripleknya mengendur. Menyisakan penyesalan yang sangat ketara.
Papa Oliver berdiri, dia hampiri Vinn yang sedari tadi duduk di seberang jendela. Sebagai seorang ayah, papa Oliver tau jikalau manusia dingin ini sedang gundah gulana.
"Apa terjadi sesuatu? Katakan!" Dengan lembut Papa Oliver menggenggam tangan kanan Vinn. Rasanya hangat, begitu yang Vinn rasakan.
Mark jadi heran. Sejak kapan papanya sedekat ini dengan kakak Danny? Tentu Mark tau jikalau kedua orang tua Danny adalah sahabat dari kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Daniel. Yang Mark tidak tau adalah ternyata Vinn bisa terlihat selemah ini di depan papanya.
"Kau mau kan menceritakan semuanya kepadaku?"
Oh ayolah. Bahkan papanya juga melunakkan kata-katanya. Perlakuan papanya bahkan seperti orang tua yang sedang membujuk anaknya. Apakah ini juga alasannya kenapa papanya tidak marah ketika Mark mengadu telah diusir dari rumah sakit oleh kakak sahabatnya? Apakah benar mereka sedekat ini?
"Aku melakukannya lagi om. Aku melakukan itu kepada adikku." Vinn meringis. Ketara sekali mati-matian Vinn menahan suara tangis lolos dari bibirnya. Kedua tangannya bergetar di genggaman papa Oliver.
"Seberapa parah?" Tanya papa Oliver, beliau tidak terkejut, seolah ini bukanlah untuk yang pertama kalinya.
"Cukup parah. Mungkin saat dia bangun nanti, dia akan kesulitan untuk berjalan." Kepala Vinn tertunduk lebih dalam. Dia usap kasar wajahnya yang sendu.
"Bagaimana itu bisa terjadi? Di mana Noel dan Max?" Papa Oliver mencoba untuk menginterogasi. Di sudut ruangan ada Mark yang kebingungan. Dia ingin mendekat, ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabat kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
O - THE BEGINNING [Complete]
FanfictionSetelah 7 tahun tinggal sendirian tanpa keluarga, tiba-tiba Danny harus tinggal bersama kedua abangnya. Insiden tak terduga yang terjadi saat Danny dan kedua sahabatnya tersesat di hutan menjadil awal dari perubahan hidupnya. Siapakah yang telah men...