14. SIX

225 26 5
                                    

***
🌵



Sepertinya hari ini adalah hari pengecualian bagi Noel untuk terus bersabar. Dia pikir sesekali melukai wajah datar kakaknya tidak akan jadi masalah.

Vinn dan Noel belum memejamkan kedua mata mereka sejak kemarin. Padahal tubuh Noel sudah sangat remuk rasanya, belum lagi pikirannya yang membuatnya semakin lemah. Alih-alih tertidur, Noel justru dibuat terjaga semalaman.

Ditambah dengan tindakan kekanak-kanakan kakak tertuanya. Kepala Noel hampir meledak rasanya. Jika saja kesadaran Noel hilang sebentar saja, mungkin kepala Vinn sudah menjadi korbannya.

"Abang bisa duduk nggak? Biarin Danny istirahat!" Geram Noel. Pasalnya kakaknya itu terus memainkan pipi gembil Danny sejak tadi. Belum lagi goyangan kecil di kaki adik kecilnya itu berkali-kali. Vinn tampaknya tidak akan berhenti sebelum Danny benar-benar bangun.

"Kau beri dia obat apa sih? Kenapa dia tidak segera bangun?"

Noel enggan menjawab pertanyaan abang bodohnya itu. Dia lebih memilih untuk beranjak ke kamar mandi. Dokter muda itu butuh air untuk membuatnya tetap waras hari ini. Toh dijelaskanpun Vinn tak akan benar-benar paham. Noel tidak ingin membuang tenaganya dengan percuma.

"Baby! Hey, bangun baby!" Mendengar suara Vinn yang terdengar antusias, juga suara erangan lirih yang keluar dari mulut Danny, membuat Noel buru-buru berlari.

"Baby!" Panggil Noel. Dia usap kening Danny yang mengernyit, mencoba membantu Danny mengumpulkan nyawanya.

Noel dan Vinn senang sekali, begitu melihat kedua mata Danny terbuka secara perlahan. Mata sipit itu mengerjap-ngerjap beberapa kali, mencoba meyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk ke dalam mata indahnya ini.

"Abang, Danny haus." Kalimat pertama yang Danny ucapkan dengan suara lirihnya pagi itu.

"Ini, abang bantu." Vinn meraih satu botol air mineral yang sudah dia beri sedotan. "Noel, bantu dia!"

Noel segera menelisipkan tangan kirinya di bawah kepala Danny. Dia angkat sedikit kepala adiknya itu untuk mempermudah posisinya saat sedang minum.

"Apa yang kamu rasakan sekarang?" Selesai dengan urusan minum, Danny kembali dibaringkan ke posisi semula. Noel bergegas meraih alat tempurnya, dengan teliti dia mulai memeriksa keadaan adiknya.

"Sedikit pusing." Jawab Danny singkat. "Kenapa aku ada di sini?" Tanya Danny, begitu dia sadar, dia sedang tidak ada di dalam kamarnya.

"Kau tidak ingat?" Tanya Vinn curiga. Kemudian dijawab Danny dengan gelengan kepala.

"Abang, kepala Danny pusing banget." Danny membalas genggaman tangan Noel sedikit erat. Dengan tenaga yang belum sepenuhnya pulih, dia angkat tangan besar Noel ke atas kepalanya.

"Tolong pijat kepala Danny bang." Rengek Danny manja.

Tindakan itu tentu membuat Noel dan Vinn kebingungan. Mereka senang jika memang Danny mau, dengan sukarela bermanja-manja kepada mereka. Namun jika manjanya Danny datang di saat yang kurang tepat seperti ini, tentu kedua abang Danny dibuat tidak percaya.

"Ok, tahan sebentar ya." Bujuk Noel, tangan kekar itu perlahan memijat kedua pelipis Danny. "Abang, tolong minta ners buat siapin baskom dan air hangat, kita bantu bersihin badan Danny dulu soalnya Danny nggak suka kalau badannya lengket." Vinn mengangguk mengerti. "Sekalian minta siapkan makanan buat Danny juga ya, untuk obat nanti aku sendiri yang siapkan." Begitu perintah Noel panjang kali lebar.

Vinn menurut saja. Untuk sekarang, apapun akan dia lakukan selama itu memang yang terbaik untuk adik kecilnya.

Tadi malam, papa Oliver dan papi Oxley datang secara bersamaan. Tanpa istri dan juga anak-anak mereka. Di ruangan yang terasa dingin itu tadi malam, keduanya menasehati Vinn dan juga Noel. Meminta kedua kakak beradik ini untuk selalu ada di samping adik kecil mereka.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang