23. DO I NEED A HUG?

141 18 17
                                    

***
🌵


Di luar hujan masih turun meski sudah tidak sederas tadi malam. Cuaca masih sangat dingin, tapi Danny masih bisa bertahan karena mendapat pelukan dari abangnya di kedua sisi.

Danny terkekeh, menahan geli akibat ulah Noel yang terus menduselkan kepalanya pada punggungnya yang sempit. Sementara Vinn yang tidur dengan posisi lebih tinggi dari Danny, merelakan lengannya yang keras untuk dijadikan bantal tidur adiknya yang paling dia sayangi.

"Tidur lagi! Sekarang masih sangat pagi." Bisik Vinn tanpa membuka mata.

Sebagai orang yang pernah hidup di dunia bawah, sikap waspada sangatlah penting baginya. Vinn terbiasa dengan suara sekecil apapun bahkan saat dia sedang tidur. Tidak heran jika dia ikut terbangun padahal Danny hanya terkekeh kecil dengan pergerakan yang sangat minim.

Tangan kanan Vinn yang bebas dia gunakan untuk membelai kepala Danny yang lepek. Dia ciumi pucuk kepala Danny berkali-kali. Menikmati sensasi aroma rambut Danny yang khas bercampur dengan keringat yang diproduksinya sejak tadi malam.

"Danny mimpi buruk lagi?" Tanya Vinn memecah keheningan. Kali ini kedua matanya terbuka lebar, saat menyadari adik kecilnya tak kunjung kembali tidur. Vinn tentu masih sangat khawatir, mengingat tadi malam dia harus menurunkan segala emosi dan egonya hanya untuk membuat Danny tidur tanpa bantuan obat yang dia minta.

Untung saja Noel juga segera datang membantu, jadilah mereka berdua berhasil menidurkan Danny tanpa harus memberinya obat seperti yang dia mau.

Nafas Danny yang pendek masih terasa sekali berhembus di kulit dadanya yang dia biarkan terbuka. Vinn tentu dibuat sangat khawatir karenanya.

"Nggak kok bang, Danny cuma pengen ke kamar mandi aja." Jawabnya lirih, takut membangunkan abangnya yang masih tidur lelap sambil terus bergerak aktif di punggungnya.

"Abang bantu." Kata Vinn.

Perlahan-lahan Vinn bangkit dari posisinya. Dia pindahkan lengan Noel yang melingkar di perut Danny ke samping tubuhnya sendiri. Danny berhasil melepaskan diri dari pelukan Noel tanpa harus membangunkannya. Ketika Danny sudah turun dan beranjak ke kamar mandi, Vinn segera memperbaiki letak selimut Noel agar adiknya itu tidak kedinginan.

"Danny udah nggak ngantuk bang." Gumam Danny begitu keluar dari kamar mandi. Vinn tersenyum lalu menghampiri Danny. Wajah pucat Danny basah, kedua matanya sudah terbuka lebar, dia sudah jauh terlihat lebih segar.

"Sekarang masih jam 5 pagi."

"Danny nggak mau tidur lagi, lagi pula sebentar lagi kan sudah waktunya bersiap pergi ke sekolah."

Vinn tampak sedikit berfikir. Sesuai dengan anjuran Peter, orang-orang di sekitar Danny harus berusaha untuk tidak memaksakan kehendak kepada adiknya ini.

"Mau jalan-jalan sebentar? Itung-itung olah raga. "Danny mengangguk antusias. "Duduk dulu!" Vinn menunjuk sebuah sofa berwarna hitam di sudut ruangan.

Danny menurut saja apa yang Vinn perintahkan. Dilihatnya dari atas sofa, Vinn masuk ke dalam walk in closetnya. Tidak berselang lama abangnya itu keluar membawa satu buah sweater berwarna hitam dan juga sepasang kaos kaki. Abangnya sudah tidak bertelanjang dada lagi sekarang. Tatto di tubuhnya tidak lagi terlihat dengan kasat mata.

Vinn berjongkok, lalu memasang kaos kaki yang tampak sedikit kebesaran di kedua kaki kurus Danny. Setelah itu Vinn memberikan sweater kesayangannya pada Danny. Vinn mengusak rambut Danny gemas, karena anak itu terlihat tenggelam di balik sweater kesayangannya.

Padahal seingat Vinn, sweater pertama yang dia beli beberapa tahun yang lalu dengan uang hasil kerja paruh waktu pertamanya itu merupakan sweater terkecil yang dia miliki. Namun kenyataannya sweter itu masih cukup besar di tubuh Danny.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang