***
🌵
Jika dibandingkan dengan rumah tempat tinggalnya, rumah atau mungkin juga bisa disebut mansion, milik Vinn ini ternyata memiliki ukuran separuh dari besar bangunan rumahnya. Ada basement, juga empat lantai lain dibangun di atasnya. Bangunan mewah ini dikelilingi hutan, meski begitu fasilitas terbaik dipilih Vinn untuk melengkapi hunian impiannya ini. Tak kalah jika harus dibandingkan dengan mansion mewah lainnya.
"Danny." Yang dipanggil menengadahkan kepalanya. Tersenyum sumringah menandakan bahwa moodnya sedang baik pagi ini.
"Butuh bantuanku?" Tanya Max. Untuk urusan pribadi seperti ini Max harus mendapatkan persetujuan Danny dulu.
Danny menggelengkan kepalanya, senyum hangat masih menghiasi wajah pucatnya. "Aku bisa sendiri."
"Okey." Balas Max singkat. Pria paruh baya itu terlihat jauh lebih santai sekarang. Dia tidak mengenakan pakaian formal seperti biasanya. Hanya kaos oblong dan celana katun selutut. Membuatnya terlihat lebih ramah dan hangat.
"Kau sudah makan?" Tanya Danny. Sekedar informasi saja, Max hampir tidak pernah sarapan. Tidak ada alasan khusus, dia seperti itu murni hanya karena kebiasaan.
"Nanti akan aku rapel dengan makan siang." Danny mengangguk saja. Toh biasanya juga seperti itu.
Setelah cukup kesulitan menggunakan ankle support nya, dengan semangat Danny mulai melangkahkan kakinya, tidak lupa dengan kedua kruk yang dia pakai untuk memudahkannya berjalan.
"Danny, bisakah kau memelankan langkahmu? Eumm menurutku sebaiknya kau pakai kursi roda saja? Bagaimana? Kau bisa jalan sendiri nanti saat kita sampai di taman."
"Sssttt! Aku sudah bisa berjalan sekarang. Lihat." Jawab Danny, langkahnya kini malah jauh lebih cepat.
Sebenarnya hal yang membuat mood Danny baik pagi ini adalah karena dia tau kedua abangnya akan keluar dari mansion hingga nanti malam. Itu artinya dia bisa belajar berjalan sendiri dengan sesuka hati.
Hal yang akan sangat sulit dia lakukan jika salah satu dari mereka ada di mansion. Jangankan berjalan, turun dari ranjang saja Danny tidak diijinkan. Lihat saja kulitnya yang terlihat tak punya pigmen warna. Anak itu kekurangan sinar matahari. Balkon kamarnya dikunci, Danny tak bisa sekedar berjemur atau menghirup udara segar dari dalam kamarnya.
"Aku sudah memperingatkanmu. Jangan sampai kedua abangmu tau kau bertingkah nakal hari ini. Kau pasti tau akibatnya kan?"
Danny meringis. Tentu saja dia tau. Balkon kamarnya dikunci juga karena dia tak mendengarkan perintah kakaknya. Bagaimana tidak, hujan turun sore itu, bagi sipecinta hujan rasanya kurang afdol jika dia tak bermain barang sebentar. Hal itu sontak membuat emosi Vinn membuncah. Selain Vinn memutuskan untuk mengunci balkon, Danny juga tidak diijinkan turun dari ranjang kecuali urusan ke kamar mandi. Gila memang, sampai sekarang Danny masih tidak paham dengan jalan pikiran abang tertuanya.
"Kita bicarakan nanti saja soal itu." Danny melanjutkan langkahnya dengan riang. Sesekali dia bersiul usil saat melewati jejeran bodyguard yang berdiri seperti patung di setiap pojok ruangan.
***
"Jangan sentuh Danny!" teriak Daniel. Anak ceria itu semakin memamerkan wajah kesalnya. Dia tidak punya rasa takut sama sekali meski tau sekejam apa abang Danny yang satu ini.
"Apa yang kau lakukan?" balas Vinn dingin. Sebisa mungkin dia harus menahan emosinya sekarang.
"Jangan sentuh Danny dengan tanganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
O - THE BEGINNING [Complete]
FanficSetelah 7 tahun tinggal sendirian tanpa keluarga, tiba-tiba Danny harus tinggal bersama kedua abangnya. Insiden tak terduga yang terjadi saat Danny dan kedua sahabatnya tersesat di hutan menjadil awal dari perubahan hidupnya. Siapakah yang telah men...