21. I DON'T KNOW WHAT TO SAY

120 16 4
                                    

***
🌵


Belum ada yang berubah, pagi ini matahari masih terbit dari timur. Langit hari ini berwarna biru cerah dengan sedikit aksen putih dari hamparan awan. Yang membuat hari ini berbeda adalah Danny diijinkan untuk pergi ke sekolah dengan mengendarai motor kesayangannya.

Si hitam mengkilap yang tak pernah gagal membuat Danny tampak gagah dilihat dari semua arah.

Bukan tanpa alasan Vinn memberi Danny ijin mengendarai motornya lagi, itu karena saran dari Peter, dokter muda itu tampaknya akan menjadi sahabat terbaik Vinn saat ini. Peter bilang, sebaiknya Danny mulai diberi sedikit kebebasan, dengan cara memberinya ruang sendiri. Kembalikan aktifitas mandiri Danny seperti sebelum tragedi hutan itu terjadi. Mungkin ini akan menjadi jalan terbaik demi kesehatan mentalnya.

"Kita nggak lagi mimpi kan?" Daniel menepuk pipinya cukup kencang. Mark hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

"Kenapa?" Tanya Danny begitu dia berada di dekat kedua sahabat yang sudah satu minggu lebih tidak dia temui. "Kenapa?" Tanya Danny lagi.

"Dia nggak percaya bisa lihat kamu berangkat sekolah naik motor itu lagi." Jawab Mark.

"Kamu nggak suka lihat aku masuk sekolah lagi?"

Daniel mendelik, wajah tengilnya berubah menjadi cemberut. "Apa sih! Mana ada aku nggak suka kamu masuk sekolah lagi." Rajuk Daniel sambil melingkarkan tangan panjangnya pada tubuh Danny. "El kangen tau. Mana kamu nggak bisa dihubungi sama sekali." Gerutunya sekali lagi.

"Terus yang tiap dua hari sekali telfon bang Vinn itu siapa coba?"

"Maksud El, kita nggak bisa komunikasi langsung pakai ponsel pribadi kamu, kenapa juga sih harus lewat bang Vinn dulu." Gerutu Daniel menggebu-gebu.

Padahal sebelum ini hubungan Daniel dan Vinn sudah mulai membaik, apa daya mereka harus mulai berperang lagi setelah Vinn yang selalu melarang Daniel dan Mark berkunjung ke rumah Danny.

"Aku udah pegang ponsel sendiri sekarang. El boleh telfon aku kapanpun El mau." Danny menunjukkan ponsel genggamnya setelah dia rogoh dari saku celana.

"Lanjut ngobrol di kelas yuk, mumpung masih sepi. Aku nggak mau kalau harus ngeladenin cewek-cewek berisik pagi-pagi."

Pelajaran hari ini berjalan cukup lancar. Selama beristirahat di rumah Danny tidak pernah absen mengerjakan semua tugas yang diberikan guru untuknya. Jadi jangan khawatir, Danny tidak akan ketinggalan terlalu jauh dari teman-temannya.

Di sela-sela makan siang, Danny menangkap sosok pria asing yang sedang membawa tumpukan buku di kedua tangannya. Beliau berpakaian rapi, sepertinya pria itu adalah guru baru di sana.

"Guru baru, alias wali kelas baru Dylan." Mark melihat gelagat penasaran di mata Danny. Dengan senang hati dia akan menjelaskan siapa pria itu kepada sahabatnya. "Mr. Louis dipecat, dan pria itu adalah penggantinya."

"Dipecat? Tiba-tiba?" Piring makan siangnya masih sisa seperempat, namun Danny sudah tak bernafsu menghabiskannya.

"Tidak ada yang namanya tiba-tiba, semuanya pasti punya alasan. Begitu juga dengan pemecatan beliau." Lanjut Mark lagi.

"Tolong jelaskan dengan singkat!"

"Mr. Louis adalah guru yang mengusulkan hukuman scoursing pada Dylan dan kawan-kawannya. Kemungkinan terbesar adalah Dylan minta ayahnya untuk membalas hukuman yang diterimanya. Yah, dengan cara pemecatan Mr. Louis."

Danny manggut-manggut saja. Dirinya kembali merasa bersalah. Kenapa juga urusannya dengan Dylan harus menarik banyak korban.

Mr. Louis dikenal sebagai guru teladan di sekolahnya. Beliau mungkin tidak tampak kaya seperti guru-guru kebanyakan. Namun jangan remehkan kemampuannya. Pria yang sudah berfrofesi sebagai guru selama 30 tahun itu adalah mentor terbaik Mark saat dia ditugaskan menjadi perwakilan peserta olimpiade.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang