27. D O

117 13 26
                                    

***
🌵


Satu koper besar berisi baju dan sepatu, juga beberapa berkas dokumen penting yang tidak boleh ketinggalan sudah di tata rapi sejak tadi malam. Vinn mengeratkan jaket yang dia kenakan, sekarang masih jam 3 pagi, cuaca masih cukup dingin menusuk kulitnya.

"Harus banget ya bang berangkat sekarang? Nggak nunggu Danny bangun dulu? Hari ini dia sudah boleh pulang."

Vinn menarik Noel untuk duduk di sofa ruang tamu saja, supaya tidak mengganggu Danny yang masih terlelap di atas brangkarnya.

"Aku sudah menunda keberangkatan selama tiga hari, nggak bisa kalau harus ditunda lagi. Nanti malam aku punya janji dengan seseorang, jadi terpaksa harus ambil jam keberangkatan paling pagi."

"Tck!" Noel mendercak kecil. "Biasanya juga Nick yang kerja kan bang?"

"Beda dong. Kamu nggak tau, aku punya agenda setiap 6 bulan sekali, wajib berkunjung ke perusahaan-perusahaan milikku. Kalau urusan keuangan aku nggak bisa wakilkan ke Nick."

Noel terlihat cemberut, pasalnya hubungan mereka sedang sangat baik. Jadi Noel tidak rela rasanya harus berpisah jauh lagi.

"Bangkok aja kan? Jangan mampir-mampir!"

"Di bangkok 3 hari, ada jadwal ketemu beberapa klien juga soalnya. Habis itu lanjut ke Jakarta, aku mau ambil buku arsitektur dari Tan, dia nitip itu buat Danny. Di Jakarta cuma sehari, habis itu lanjut ke Sidney. Di sana mungkin dua atau tiga hari."

"Banyak banget bang, pasti lama dong!"

"Aku usahakan secepatnya pulang." Vinn melihat wajah cemberut Noel hanya tersenyum. Biasanya saat berdua saja seperti ini, Noel tidak pernah menunjukkan kelemahannya.

Dibandingkan hubungan Vinn dengan Danny, hubungannya dengan Noel memang masih terjaga cukup baik. Sejak memutuskan untuk keluar dari rumah, Vinn dan Noel masih sering bertemu, masih sering bertukar kabar juga jika perlu.

"Jaga diri baik-baik! Kalau butuh apa-apa hubungi Alex dulu, biasanya saat meeting atau bertemu klien aku jarang bawa ponsel." Noel mengangguk.

"Istirahat yang cukup! Ingat jangan sampai kamu sakit. Kasihan Danny." Noel mengangguk lagi.

"Oya, aku hampir lupa. Sebelum aku pulang, kemungkinan Max duluan yang akan datang. Jadi kamu nggak usah khawatir, ada Max yang bakal bantuin kamu jagain Danny."

Meskipun berat Noel tetap mengangguk patuh. Dia punya firasat buruk belakangan ini, jadi wajar jika dia tidak suka saat Vinn memutuskan untuk tetap melakukan perjalanan bisnisnya hari ini. Padahal dia pikir abangnya akan membatalkan perjalanan bisnisnya mengingat Danny yang lumayan sering sakit belakangan ini.

"Jaga diri baik-baik bang, Noel taruh vitamin di dalam koper. Jangan lupa diminum setiap hari!"

Vinn memeluk Noel erat. Kemudian dia berjalan pelan ke arah gumpalan selimut di atas brankar. Adik kecilnya sebenarnya sudah bisa pulang sejak kemarin, memang Vinn dan Noel saja yang kelewat khawatir, jadilah dia harus menginap semalam lagi di ruangan ini.

Walaupun awalnya menolak, namun Danny akhirnya dengan senang hati tinggal di rumah sakit karena dia sudah tau bahwa sahabatnya Mark juga sedang di rawat di sana. Bahkan kemarin Danny menghabiskan waktu seharian di ruangan Mark alih-alih di ruangannya sendiri.

"Bye sayang." Bisik Vinn setelah mengecup singkat bibir Danny.

"Kenapa cemberut?" Kata Vinn, saat mendapati wajah sebal adik pertamanya. "Mau dicium juga?"

Noel begidik ngeri. "Jangan mimpi!"

***

Ujung ibu jari kanan milik Danny sudah mengeluarkan sedikit darah, bocah itu tidak berhenti menggigitnya sejak tadi. Bagaimana tidak, setibanya dia di sekolah, bukannya kegembiraan yang didapatkannya, melainkan kekacauan akibat berita heboh yang tersebar di setiap papan penguman di sekolahnya.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang