17. MY FAULT

187 18 26
                                    

***
🌵



Kemarin, pertandingan ke tiga telah berlangsung. Skor imbang 0-0 harus mereka terima meski dengan berat hati. Untuk yang pertama kalinya Mark bermain full time dua babak tanpa diganti. Dia sedikit merasa kecewa karena disaat dia bermain full time, justru hasil yang mereka raih kurang memuaskan.

"Biasa aja lah, nggak usah pake nangis." Begitu goda Daniel sedari tadi. Padahal Mark hanya mengeluhkan kondisi tubuhnya yang masih menyisakan pegal di sekujur tubuh.

"Coba deh kamu sekali-kali main full time. Rasain badan kamu pasti remuk sampe ke tulang-tulang." Begitu kata Mark sebagai pembelaan.

Danny terkekeh saja melihat kedua sahabatnya saling mengejek. Dia sedang mengerjakan beberapa tugas yang sempat tertinggal selama dia tidak masuk.

Kondisi cucu termuda keluarga Osborne itu sudah cukup baik. dr. Hayden sangat telaten merawatnya sehingga Danny bisa kembali sehat dalam waktu singkat.

dr. Peter bahkan setiap hari berkunjung ke rumah mewah itu tanpa disuruh. Dia akan datang tepat pukul 6 sore dan akan keluar dari bangunan megah itu tepat pukul 8 malam. Setelah mendapat telfon dari dr. Hayden, malam itu juga dr. Peter menemui Danny di rumah mewahnya.

Dokter muda itu akan menemani makan malam sambil bercerita. Dia bantu Danny supaya mendapatkan jati diri dan kepercayaan dirinya kembali. Terbukti dengan bantuan dr. Peter, Danny terlihat lebih damai dan dia tampak bahagia kembali.

"Tumben dr. Peter belum datang, padahal sekarang sudah jam 6 lewat." Mark memeriksa jam tangannya. Benar kata Daniel, dia baru sadar seharusnya di jam-jam ini Mark dan Daniel akan menyingkir untuk sementara waktu.

Mark dan Daniel akan makan malam di ruangan terpisah, barulah saat dr. Peter pulang, dua pemuda tampan itu akan kembali ke kamar Danny untuk melanjutkan aktifitas hingga tidur bersama.

Sejak tiga hari yang lalu Danny juga sudah masuk sekolah. Seperti biasa, tidak akan ada yang berani buka suara mengenai absennya Danny selain Dylan dan anak buahnya.

Hanya karena ijin tidak masuk selama tiga hari, Dylan bahkan sudah berani mendesak dewan sekolah untuk mengeluarkan Danny dari sekolah. Aneh sekali anak itu, apakah hal sepele yang disebutnya 'penguasa sekolah' benar-benar mendorong Dylan untuk berbuat kelicikan seperti itu?

"Selamat malam Danny. Selamat malam anak-anak." Kepala dr. Peter menyembul dari balik pintu. Dia tersenyum canggung, cukup tau diri karena sudah terlambat datang.

"Kalau begitu Mark dan aku akan keluar sebentar. Oya, untuk makan malam biar bibi saja yang antar, dokter tidak usah turun untuk mengambil." dr. Peter mengangguk, mengiyakan ocehan Daniel.

Keduanya lantas segera berdiri. Mereka harus memberi ruang bagi Danny dan juga dr. Peter untuk berbicara dari hati ke hati.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" Dr. Peter melepas jaket kulitnya. Dia letakkan juga tas tempurnya di atas sofa. Kakinya yang jenjang bergerak cepat menuju kamar mandi, dia harus mencuci kedua tangannya dulu sebelum berdekatan dengan Danny.

"Jauh lebih baik."

"Syukurlah. Kau hebat Danny." Danny tersenyum. Dr. Peter memang tak pernah gagal membuatnya tetap tersenyum di hadapannya. "Bagaimana dengan sekolahmu hari ini?"

"Cukup lancar. Aku berhasil bangun pagi lagi hari ini, aku juga berhasil menyelesaikan semua tugas dan aku bersyukur karena menu makan siang di kantin hari ini sangat enak. Maaf aku tidak makan bekal sesuai dengan yang abang minta, aku bosan."

"Tidak masalah, yang penting kau makan makanan sehat." dr. Peter mengacungkan dua jempolnya sebagai apresiasi. "Kau bertemu Dylan hari ini?"

Kepala Danny bergerak pelan. "Tidak. Dia tidak masuk hari ini. Aku hanya bertemu teman-temannya."

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang