18. THE OUTSIDER

153 22 13
                                    

*****
🌵


"Papi jangan bikin El malu deh!" sedari tadi mulut Daniel tidak berhenti mengomel. Lelehan coklat meluber di sekitar mulutnya tak dia perdulikan sama sekali. "Udah cukup ya Hugo ngintilin El kemana-mana, nggak usah nambah beban El lagi!"

"Bukannya kamu udah janji sama Danny buat nurutin papi." Papi Oxley sudah menuruti permintaan Daniel untuk tidak datang memenuhi panggilan sekolah. Seharusnya tadi siang beliau datang ke sekolah terkait dugaan kekerasan yang dilakukan Dylan beserta komplotannya.

Namun karena Daniel tidak mau terus diolok-olok sebagai 'anak papi' makanya dia memohon agar papi kesayangannya itu menyuruh Hugo saja yang datang sebagai wali pengganti. Kata Daniel sih biar nggak buang-buang waktu, dia tinggal menelfon Hugo, dalam waktu lima menit pria berotot itu pasti sudah muncul ke hadapannya.

"Yang janji itu Mark pi, bukan Daniel." cerocos Daniel lagi. Satu buah donat topping coklat berhasil dia lahap untuk yang kesekian kali.

"Sayang. Dengerin papi, kamu memang perlu dijaga, lihat saja tadi Dylan dan anak buahnya sudah berani menyerang kalian di lingkungan sekolah. Bahaya sayang kalau sampai terjadi apa-apa "

Para bodyguard dan maid yang berjajar di belakang meja makan tersenyum lembut, kagum sekali dengan bos mereka yang selalu bisa bersabar di hadapan putra semata wayangnya. Walaupun di luaran sana tuan Oxley sudah terkenal dengan kebengisannya, namun hal itu tidak berlaku saat beliau ada di rumah.

"Daniel nggak kenapa-napa. Cuma lecet sedikit."

Tuan Oxley membuang nafas kasar, dia bangga sebenarnya karena anaknya tumbuh kuat, meski dimanjakan sejak kecil, Daniel tumbuh menjadi anak yang mandiri. Dia tidak pernah memanfaatkan kasih sayang kedua orang tuanya demi memenuhi keinginan pribadinya. Namun di sisi lain, tuan Oxley ini diam-diam ingin Daniel sedikit manja kepadanya, dia ingin Daniel mengadu kepadanya jika ada orang yang berani mengganggunya. Mungkin hal itu hanya akan jadi mimpi yang tidak akan pernah menjadi nyata.

"El, kamu tau kan sasaran utama Dylan itu siapa?" papa Oxley bangkit dari kursinya. Dia posisikan duduk nyaman di samping putra tunggalnya, dia ambil tissue lalu mengelap mulut putranya yang kotor. "Papi percaya kamu kuat, kamu bisa lawan mereka karena kamu menguasai beberapa teknik bela diri, tapi Danny nggak kaya kamu sayang."

Daniel menghentikan kunyahannya, dia telan donat yang belum sepenuhnya lembut di dalam mulutnya. "Papi," gumam Daniel, dia baru sadar, akan ada masalah jika sampai Danny pergi sendirian dalam kondisi seperti ini.

"Hugo bilang anak buah Danny yang mengirim guru-guru itu untuk menghampiri kalian." Daniel mengangguk.

"Tapi ada yang aneh pi," Daniel meraih segelas susu, kerongkongannya terasa seret, mungkin dia butuh air untuk mendorong gumpalan donat itu ke dalam lambungnya. "Danny dan Daniel tidak diijinkan untuk menyampaikan keluh kesah kami bersama komplotan Dylan. Kami tidak dipertemukan di dalam satu ruangan. Sepertinya para guru di sekolah belum bisa bersikap netral."

"Kepala sekolah kalian itu berada di posisi abu-abu. Dia akan memihak siapa yang paling kuat di antara kita. Kalian harus berhati-hati, jangan sampai lengah!" Daniel mengangguk mendengar nasehat dari papinya.

"Papi, mending papi kirim mata-mata buat ngawasi Danny aja deh, kan tadi papi bilang aku pasti bisa lawan mereka." Daniel nyengir kuda. Entahlah, menurutnya terlalu dijaga membuat dirinya sangat tidak nyaman. Padahal Daniel tidak tau pasti berapa orang anak buah yang diutus papinya untuk menjaganya di sekolah. Tapi tetap saja, hal itu membuat Daniel merasa tidak leluasa.

Mungkin alasan lainnya karena dia tidak suka saat diejek Dylan dengan sebutan 'anak papi'. Bayangkan saja jika Dylan tau kesehariannya di sekolah terus diawasi, akan seburuk apa ejekan yang harus diterimanya setiap hari.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang