11. HIM

199 25 11
                                    

***
🌵



Setelah satu minggu telinga Vinn dibuat berdenging, malam ini kedamaian itu akhirnya datang. CEO muda itu memang tidak suka kebisingan, jadi wajar jika teriakan kecil Daniel berhasil membuatnya kelimpungan.

"Bagaimana sekolahmu hari ini?" Suara Noel menginterupsi. Danny masih fokus menonton siaran berita setelah mereka selesai menyantap makan malam.

Kedua kaki kurus Danny ada di atas paha Noel, kakaknya itu masih terobsesi dengannya. Saat Danny punya aktifitas sedikit banyak, bahkan sebelum dia masuk sekolah saja Noel tak pernah absen memeriksa keadaan kakinya. Apalagi sekarang, setelah Danny diijinkan untuk kembali bersekolah.

Vinn tak kalah posesif, kepala Danny yang kecil dia letakkan di atas pahanya. Tangan kekarnya tak sedikitpun berhenti memainkan rambut tebalnya. Kakaknya yang bermuka tembok itu bahkan sesekali sibuk menyeka keringatnya. Bukannya apa, bayangkan saja saat kalian diapit oleh dua titan, rasanya akan sepanas apa.

"Cukup menyenangkan." Jawab Danny sekenanya.

Jangan salah, meskipun jarak mereka sedekat ini, bukan berarti hubungan mereka juga sudah sangat baik. Danny hanya sedang bermain peran. Dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk bisa lepas dari kekangan kedua abangnya ini.

"Kakimu tidak sakit kan?"

"Tidak sama sekali."

"Syukurlah." Jawab Noel lega.

Harus Danny akui, Noel merawatnya dengan sangat baik. Karena kelembutan dan perhatian yang Noel berikan, Danny jadi mengurungkan niat untuk melawan. Tak pernah sekalipun Danny memberontak walaupun kadang-kadang risih juga dengan sikap dan perlakuan Noel terhadapnya.

Danny tak pernah melewatkan jadwal makannya, minum obatpun tak pernah ada drama. Noel rajin memeriksa lukanya, membersihkan dan juga mengolesi obat. Itulah sebabnya luka Danny jadi cepat sembuh. Bahkan Danny sudah bisa bergabung dengan tim sepak bolanya jika dia mau.

"Danny nggak kepengen balik ke tim sepak bolamu lagi, heumm?" Diluar dugaan, Noel justru orang pertama yang menawarkan itu kepada Danny. Padahal Danny pikir dia harus memohon terlebih dahulu untuk mendapat ijin.

"Noel, jangan bodoh! Dia baru sembuh, kenapa kau menyuruhnya melakukan hal-hal yang tidak berguna, huh!"

Ah. Tampaknya Danny memang benar-benar harus memohon. Biarlah, setidaknya dia sudah mendapatkan satu ijin dari Noel, tinggal memikirkan satu cara lagi agar kakak tertuanya mau memberinya ijin itu tanpa disertai hukuman.

"Aku tidak akan kembali dalam waktu dekat, tenang saja."

"Good boy." Puji Vinn. Dia belai pipi gembil Danny gemas, merasa senang karena adiknya punya pemahaman yang sama dengannya.

Sementara Noel justru sedih. Dia tidak mau Danny harus menahan diri terlalu lama padahal sepak bola adalah salah satu kebahagiaan adiknya.

"Sekarang cepat naik, sudah jam 9 malam, kau harus tidur!" Vinn mendorong paksa kepala Danny, sedikit membuat anak itu terhuyung hampir jatuh. Untung saja Noel sangat tanggap, segera dia tarik Danny ke dalam pelukannya.

Noel sampai heran, tidak bisakah kakaknya itu bersikap lebih lembut? Bagaimana jika sampai Danny terluka.

"Abang gendong aja sampe kamar, gimana?" Tawar Noel, saat melihat Danny yang sedikit ling lung. Mungkin kepalanya sedikit pusing karena dipaksa bangkit secara tiba-tiba dari posisi sebelumnya.

"Danny udah besar bang, bisa jalan sendiri."

Melihat ekspresi Danny, kedua kakaknya dibuat gemas. Bagaimana tidak, hidungnya yang mancung kembang kempis tak jelas, kedua mata sipitnya yang mulai mengantuk dia kerjapkan berkali-kali, sementara bibir merahnya yang tipis berkedut-kedut sambil berteriak melayangkan protes. Ah, bagaimana bisa keluarga Osborne punya cucu seperti ini.

O - THE BEGINNING [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang