Bab 17

442 80 10
                                    

Kendaraan berderu membelah jalanan malam kota Seoul. Jinny mengemudikan mobilnya disekitar sungai Han, menuju Mension Dita setelah menerima kabar jika temannya baru saja menikah dengan CEO Kim. Dia sangat senang mendengar hal tersebut, begitu jam kerjanya selesai dia bergegas undur diri.

Senyum gadis itu terus mengembang. Inilah yang dia harapkan, Dita-nya akan melangkah maju dan melupakan kegelapan dibelakang. Dia begitu bersemangat namun senyum itu perlahan mengendur dan hilang.  Dia berada tepat diatas jembatan sungai Han, dan mata hazel nya menangkap siluet hitam diatas pembatas jembatan. Tubuh Jinny bergetar dengan sangat hebat. Dia bahkan harus membanting roda kemudi, menepikan mobilnya agar semua orang tetap aman dari kekacauan-nya.

Kilatan menyambar didalam otak. mengaduk-aduk memori yang lama telah terlempar hingga kebelakang.

Tatapan matanya begitu tidak perduli dan dingin. Dia berdiri di bawah gedung yang menjulang tinggi. Mendongakkan kepalanya mengamati siluet hitam di atas sana. Mereka terhubung dari ujung telepon.

Sehun pria 28tahun kala itu berdiri diatas gedung menatap nanar sosok kecil diantara kerumunan. Bibirnya bergetar, dan wajahnya sangat basah oleh air mata. Dia menggenggam erat ponsel di sebelah telinganya. Dan mengucapkan kata demi kata dengan begitu rapuh.

"Aku mencintaimu. . . Aku sangat mencintaimu. . . Demi tuhan Park Jinny aku sangat dan sangat mencintaimu."



"Aku tahu!"

"Tidak! Kau tidak tau. Matamu itu, tatapanmu itu, kau tidak perduli, Jinny. Aku sangat mencintaimu tapi kau tidak perduli lagi."

"Oh Sehun! Hentikan semua ini. Apapun yang kau lakukan tidak akan pernah merubah kenyataan. Kau mengkhianati ku. Kau yang membuatku hilang keperdulian terhadap mu."

"Kau sangat kejam. Kau tau aku tidak benar-benar melakukannya! Aku. . . Aku dijebak. Aku dijebak hamzie."

"Tidak perduli apakah kau dijebak atau tidak, oh Sehun kau sudah mengkhianati hubungan kami. Tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan disini."

Sehun memejamkan mata, dia meremat kemejanya dengan erat dibagian dada. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Dia begitu mencintai gadis itu dan rela menukar hidupnya demi kebahagiaan-nya namun hanya karena trik ibunya, Sehun kehilangan cinta dari gadisnya.

"Aku tidak bisa hidup tanpa mu, apa kau tau?"

Jinny tidak memberikan tanggapan. Gadis itu terus diam dan tanpa emosi. Mereka adalah pasangan kekasih sebelumnya, namun entah karena konflik apa, keluarga Oh dan Park tidak berada di jalur yang sama. Mereka memiliki irisan begitu tebal yang membuat pasangan muda itu mengerang frustasi. Keluarga Oh menentang hubungan putranya dengan Jinny dan melemparkan putranya sendiri dengan obat kearah wanita lain. Jinny melihat hal itu tepat didepan matanya. Bagaimana oh Sehun meniduri wanita itu, Jinny menjadi saksi. Dia sangat kecewa, hati Jinny hancur berkeping-keping. Bayangan tentang berkeluarga dengan Sehun seketika menguap menjadi uap. Tidak ada jejak lagi yang tersisa. Dia begitu membencinya. Dia telah berjanji untuk memperjuangkan hubungan mereka namun Sehun? Dia patah hati. Jinny tidak tahan dan dia meletakkan hubungan mereka tepat didepan Sehun yang kembali menerima kesadarannya.

Itu sudah sangat terlambat. Jinny sudah tidak lagi perduli dengan hubungan mereka. Setiap kali Sehun mendekat, Jinny akan berlari hingga ribuan mil untuk memberinya jarak.

Waktu telah berlalu, bulan menjadi tiga bulan setelah kejadian. Hati Jinny mulai ragu diawal, melihat bagaimana keteguhan Sehun untuk meraihnya namun hal itu tidak bertahan lama. Ibu Sehun dan hadis yang ditidurinya datang didepan pintu apartemennya. Mereka datang dengan hasil tes ditangan. Gadis itu tengah hamil dari Sehun. Mereka ingin Jinny menggunakan hati nuraninya untuk pergi dan memberikan Sehun kepada keluarganya. Eoh Jinny seorang wanita dan dia memiliki Dita dengan kehamilan sebelumnya. Dia begitu mengetahui penderita seperti apa yang akan dimiliki oleh wanita hamil juga anaknya. Jinny kembali membuat keputusan, dia benar-benar meninggalkan Sehun namun satu hal yang tidak dia ketahui. Sehun telah mencintainya hingga kadar gila. Jinny adalah hidupnya. Tanpa Jinny, dia tidak akan hidup.

Jinny memejamkan matanya. Ini tidak akan berhasil. Dia telah muak dengan semua ini. Sehun seorang pria, dia harus memiliki tanggung jawab terhadap perbuatannya. Dia akan menjadi seorang ayah. Tidak ada alasan lagi bagi Jinny untuk mempertahankannya.

Jinny berbalik. Dia tidak ingin terlalu lama berada disini dan. . .

Brak!!

Mata Jinny terbelalak lebar. Tubuhnya mulai membeku saat mendengar suara semakin riuh. Dia berbalik dan mendapati kerumunan telah kacau. Dari celah barisan darah mulai menggenang kearahnya. Tubuh Jinny bergetar hebat.

Oh Sehun! Oh Sehun!

Langkah yang diambil begitu lemah, dia nyaris limbung saat salah satu orang berlari dari kerumunan.

Oh Sehun!

Saat kerumunan mulai terbelah dan Jinny mencapai ujung, tubuhnya roboh. Dia benar-benar oh Sehun. Pria itu gila. Dia melompat dari lantai tertinggi untuk mengakhiri hidupnya?

Wajah Jinny semakin pucat.  Dia meraung kesakitan melihat pria itu berlumuran darah dan kacau.
.
.
.
Tubuh Jinny bergetar, dia keluar dari mobil dengan nafas yang tersengal-sengal. Tubuhnya seperti jeli, teratur kesana-kemari untuk berjalan lebih dekat. Air matanya begitu basah dan keringat mengucur deras. Jinny mengulurkan tangannya berharap bisa meraih tubuh yang tengah berada diketinggian. Jinny masih dengan tangisnya saat siluet itu sudah mengambil ancang-ancang untuk melompat dan. . .

Brak!

Dentuman keras terdengar dari besi yang tertabrak.

"Jangan! Aku mohon jangan! Aku mohon jangan lakukan itu."

"Pergi! Jangan perdulikan aku. Tidak ada gunanya aku hidup. Hidupku hanya akan membuat putriku menderita, hanya dengan kematianku, hidup putriku akan terjamin."

"Tolong berhenti memuntahkan omong kosong. Bagaimana kematianmu bisa menjamin hidup putri mu eoh? . ."

" Putriku telah dioperasi. Jika aku mati, rumah sakit akan menanggung biaya-nya. Dan hidupnya akan dijamin. ."

"Kau gila! Apa putrimu akan baik-baik saja, setelah itu? Kehidupan seperti apa yang akan dijalaninya tanpamu? Ku mohon jangan lakukan ini."

Jinny masih memeluk pria itu dengan sangat erat. Dia takut jika pelukan itu terlepas, pria dihadapannya akan berlari dan melompat.

"Kau tidak tau apapun. Kau tidak akan mengerti apapun tentang hidup kami yang kecil. . ."

"Ya. . Ya. . Ya. . Ya. . Aku tidak tau, untuk itu, ku mohon beritahu aku. Aku bersedia membagi keluhan dengan mu. Jangan biarkan putrimu menderita sendirian di dunia ini, aku mohon. Kita bisa membicarakannya, boleh?"

Pria dihadapan Jinny mengerutkan keningnya tajam. Dia berbalik untuk menemukan Jinny sudah basah oleh keringat juga air mata. Dan jangan lupakan tubuhnya yang bergetar hebat.

"Dokter Park!" Panggil pria itu penuh dengan keterkejutan.

Jinny masih menangis. Dan tubuhnya masih bergetar. Pria itu tidak tahan melihat tampilan didepannya dan berusaha membawa kesadaran wanita itu untuk kembali.

"Dokter Jinny! Dokter Jinny! Apa yang terjadi?" Tubuh Jinny menggigil. Dan pria itu membawa Jinny kedalam pelukannya.

"Kumohon jangan melompat. . . . Kumohon jangan melompat. . ."

Gumaman itu terus terdengar ditelinganya. Dia tidak tau apa yang telah terjadi namun membiarkan tubuh mereka tertera angin sungai tidaklah bagus. Dengan cekatan pria tersebut membopong tubuh bergetar Jinny menaiki mobilnya dan membawanya ke rumah kumuh miliknya.
.
.
.
.
Saat dini hari Jinny mulai mendapatkan kesadaran dan dia memijat pelipisnya yang berdenyut sakit.

"Dokter Park, kau sudah siuman?"

Suara itu mengejutkan Jinny dan membuat tubuhnya menegang.

Menyadari raut wajah Jinny, pria kecil itu bergegas untuk memperkenalkan diri.

"Aku Park Jimin, ayah dari Park Ro Eun. Pasien yang baru saja kau tangani beberapa hari yang lalu."

Jinny menelan ludahnya kasar. "kau ayah Ro Eun?"





Pampering Little wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang