Seoul pagi hari tidak banyak berubah. Selalu sama, hanya beberapa gedung yang telah mengalami peningkatan dan mungkin beberapa taman kota yang mulai berkembang.
Maserati GranTurismo putih melesat, membelah jalanan padat pusat kota.
"Ibu! Aku tidak ingin pergi ke sekolah." Suara kecil mencicit didekat jendela.Dita meletakan berkas-berkas di atas pangkuan. Dia menoleh pada sosok kecil yang tengah asik bermain dengan buku gambarnya. "Kenapa? Kau selalu bersemangat kesekolah, sebelumnya. Apakah ada yang berbeda?"
"Tidak! Hanya saja, aku ingin Home Schooling. . ."
"Apa kau tidak percaya diri, hum? Sangat bagus untuk membaur, sayang. Kau bisa belajar bagaimana menilai seseorang. Semakin banyak orang yang kau kenal, semakin banyak kesempatanmu untuk mempelajari jenis-jenis pertemanan." Ujar Dita acuh pada keluhan di wajah putranya.
Daehwi mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan melompati kelas?" Tanya daehwi tanpa menatap kerutan di dahi ibunya.
Dita hanya ingin daehwi menikmati masa kecilnya dengan ringan. Dia tidak berharap daehwi akan dewasa lebih cepat. Setiap momen dalam hidup adalah penting dan Dita ingin daehwi memiliki semua kesan yang harus dia dapatkan.
"Sejujurnya itu bukan hal yang buruk. . . . Tapi semakin cepat kau melewati tingkatan, semakin cepat perubahan diantara kau dan aku. Di universitas, atau mengambil pelatihan militer. . . Semua akan lebih cepat datang padamu dan itu artinya, kita akan berpisah untuk beberapa saat. Apa kau tega meninggalkan satu-satunya ibumu, eoh?" Tanyanya mendramatisir.
Daehwi memutarkan matanya. Dia baru merayakan 7tahunnya dan ibu telah membicarakan omong kosong lebih cepat. "Itu masih sangat lama, ibu. Banyak kelas yang harus aku lewati. Ini hanya satu tingkat lebih awal. Tidak seperti aku akan menembus universitas di tahun depan, oke?"
"Lihatlah bagaimana caramu berbicara denganku. Bahkan itu 50thun lebih tua dari usiamu. Anak dengan 7tahun tidak akan berdiskusi dengan ibunya tentang hal ini, jika kau ingin tau."
Nyaris tersedak oleh ludahnya sendiri, daehwi menangkap pemikiran tua dari ucapan ibunya (pikiran daehwi seperti kakek-kakek).
Kaki daehwi menendang kursi pengemudi, membuat kaki Christian secara reflek menginjak pedal rem. Itu adalah kejutan. Baik Dita maupun daehwi terantuk kedepan. "Ma-maafkan aku Nona Park. Aku tidak se..."
"Bukan salahmu, Chris. Seseorang dengan tempramen buruk sedang membuat ulah." Ujar Dita mengabaikan teguran dari mata daehwi.
Christian tidak menunggu lama, dia segera menginjak pedal gas dan melanjutkan perjalanan.
"15 menit lagi, kami akan berada di Golden Sky." Jelas Christian mengingatkan Dita di kursi belakang.
''ibu! Haruskah aku ikut masuk?" Tanya Daehwi pura-pura tidak berminat.
"Tentu! Kau harus melihat dengan kedua biji matamu sendiri, bagaimana wanita janda ini membanting ginjalnya untuk kehidupanmu." Kata Dita dengan acuh sembari merapikan penampilannya.
Daehwi mengernyit, membuat wajah penuh penghinaan pada karakter Dita. Ibunya adalah wanita yang keras, lugas dan sedikit konyol. Dia akan mengeluarkan apapun yang terlintas tanpa memikirkan kembali pro juga kontra dalam ucapannya.
.
.
.
.
.
Dita pergi ke toilet Golden Sky meninggalkan Daehwi berdiri diantara kerumunan yang penuh rasa penasaran. Dia anak dengan tinggi 120cm, ukuran tidak normal untuk anak seusianya. namun tampilan pada wajah daehwi tidak dapat membohongi usia asli pada dirinya.Saat bunyi Ting! Dengan pintu lift terbuka, langkah-langkah mulai tergerak maju. Daehwi sudah siap menaiki lift tersebut, namun saat mata bulat kecil menangkap siluet wanita dengan perut besar berjalan penuh usaha keras untuk mencapai lift, daehwi secara alami menghadang lift itu dengan satu tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pampering Little wife
FanfictionDita datang dengan begitu banyak keluhan. Dia ingin memukul seluruh anggota keluarga Cho, Dia akan melakukan berbagai cara agar mereka menerima kejatuhan. Dita akan menjual jiwanya pada iblis, jika hal itu bisa menghancurkan dan memuaskan keluhannya...