Bagian Sebelas: Cinta Segitiga atau Segi Empat?

13.7K 1.4K 54
                                    

A/n: audio nya di play ya. Happy reading♡

==

Bagian Sebelas: Cinta Segitiga atau Segi Empat?

==

Atha baru saja keluar dari toilet ketika melihat Irina sedang memasukkan sesuatu seperti surat melalui celah loker milik seseorang. Perempuan berambut sebahu dengan kacamatanya itu terlihat gugup―dan sangat berhati-hati saat memasukkannya. Seolah benda itu mudah rusak.

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar sepuluh menit lalu. Atha yang ketiduran saat Pak Ardan, guru Bahasa Indonesia nya, menerangkan pun baru terbangun lima menit setelah bel. Dan begitu menoleh kesamping, Atha mendapati Nara sudah tidak ada di tempat. Kelas juga sepi.

"Irina? lo ngapain?"

Yang merasa dipanggil pun menoleh dengan wajah pucat dan tegang dari balik kacamatanya. Seolah dia adalah maling yang baru tertangkap basah. Irina menggeleng cepat dan membuka mulutnya, tapi tidak satu pun kata-kata keluar dari sana.

"Irin―"

Atha berjengit kaget saat Irina malah berlari melewatinya. Membuat beberapa pasang mata memperhatikan dia juga Atha. Sementara Atha sendiri memiringkan kepala, bingung dengan sikap Irina waktu SMA yang kentara sekali dari Irina Alderia teman satu jurusannya. Omong-omong, setelah Irina pergi―rasa penasaran Atha semakin menjadi-jadi. Dia pun mendekati loker yang Irina masukkan surat barusan dan menatap nama pemilik dari loker tersebut.

Kariza Tarazio. Nama itu tercantum dengan huruf kapital.

Seharusnya dia sudah tahu.

"Ngapain lo di depan loker gue?"

Atha menegakkan badannya dan menolehkan kepala ke kanan dengan kedua alis terangkat. Kariza tiba-tiba saja muncul di sana sambil memincingkan mata tajam.

"Gue kebetulan aja lewat sini―eh iya, gue juga belom dapat loker." sanggah Atha. Tidak mau disangka yang tidak-tidak oleh makhluk menyebalkan itu. "Lo sendiri ngapain di sini?"

"Ngapain kek." jawabnya jutek lalu merogoh sakunya, mengambil sebuah kunci dan membuka lokernya. Kariza memperhatikan setiap barang yang ada didalamnya sambil menyipitkan mata, seolah sedang memastikan tidak ada yang hilang atau tiba-tiba muncul di sana―hingga sebuah surat berwarna merah muda menyita perhatiannya.

Sebelah tangan Kariza meraihnya sebelum dia menutup lokernya rapat kembali. Mata hazelnya menelusuri surat tersebut lalu menatap Atha.

"Dari lo?" tanyanya.

Atha spontan mendelik kaget hingga buru-buru melipat tangannya. Membentuk tanda silang di depan dada. "Bukan gue." jawabnya, menegaskan.

Kariza mendesis dan tersenyum tipis. Membuatnya sepintas terlihat, ehem, tampan.

Surat yang dipegangnya jelas-jelas adalah surat yang ditaruh Irina kan?

Atha jadi penasaran, bagaimana dengan isi di dalam surat tersebut. Tapi alih-alih dibuka, Kariza malah melipat dan memasukannya ke saku seragamnya. Membuat Atha tanpa sadar mendesah kecewa.

Detik selanjutnya, Kariza menghela napas sebelum angkat bicara. "Angkat tangan lo."

"Apa?" tanya Atha.

Kariza mengendikkan dagunya sambil menatap kedua tangan Atha. "Tangan lo diangkat." suruhnya lagi.

Walau tidak yakin apa yang akan dilakukan oleh Kariza, Atha pun mengangkat tangannya di udara tetapi kemudian Kariza meraih pergelangan tangannya. Meletakkan sesuatu diatasnya.

Replaying UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang