A/n: internetku mati saudara2 karena wifinya offline gitu selama 3 hari..jadi nunggu si abang2 internet dateng ke rumah kemaren. Sorry for the late update & happy reading, hope you love this chapter!P.s: bersiap yang ngeship atha-kariza. Karena nara juga bakal menyihir kalian #apalah
==
Bagian Lima Belas: Semakin Dalam
=="Kita mau kemana sih, Nara?" tanya Atha lagi. Nara yang duduk di sebelahnya hanya diam dan menatap suasana di luar yang sepi.
"Disini aja Pak." ucap Nara yang alih-alih membalas pertanyaan Atha, pemuda itu malah menepuk bahu pria berambut klimis yang menggerakkan kuda.
Setelah mendengar permintaan Nara, pria itu buru-buru meminggirkan cidomonya. Memberi ruang untuk kendaraan lain melintas. Sesekali Atha bisa melihat turis mancanegara lewat dengan memakai sepeda sewaan.
Setelah turun dengan agak susah payah, Nara membiarkan Atha di belakangnya kerepotan sendiri menyusulnya.
"Naraa," panggil Atha. "Gue capek." tambahnya.
Si pemilik nama pun menoleh. Tapi memalingkan kepalanya lagi. Menyebalkan.
"Nar, kita mau kemana sih sebenarnya?" tanya Atha untuk yang kesekian kalinya usai mereka turun dari cidomo. Disinilah keduanya kini, berjalan di pinggir jalanan kecil yang langsung berseberangan dengan ladang jagung tanpa Atha ketahui tempat tujuan mereka―sejak seperempat jam yang lalu.
Pemandangan di sekeliling mereka terbilang indah. Atha bisa melihat tiang kincir angin berada di tengah-tengah ladang. Dengan angin yang berhembus cukup kencang serta matahari yang mulai terik seiring waktu berlalu, Atha memperhatikan Nara yang berjalan di depannya. Memuggunginya.
"Nara." panggil Atha yang sudah mulai kesal.
Pemuda itu menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Mata coklatnya menatap Atha tepat di manik. Tanpa disadarinya membuat perempuan itu mematung di tempat. Ini seperti reka ulang kejadian lama. Atha berjalan di belakang sementara Nara berjalan di depannya―bedanya waktu itu mereka tidak berada disini. Dan yang bersama Atha waktu itu adalah Narado Risyad yang berbeda.
"Apa?" balas Nara pada akhirnya.
"Kita mau kemana?"
Nara menarik napas. "Lo―ada tempat yang lo pengen kunjungin?" tanya pemuda itu yang seketika membuat Atha membelalak kaget.
"Jadi daritadi kita jalan, lo nggak punya tujuan mau kemana?"
Nara mengendikkan bahu dan memasang tampan tak berdosa. "Gue cuman pengen jalan." jawabnya.
Atha menepuk dahinya.
"Ada ide?" Nara kembali bertanya, kali ini sambil memiringkan kepala.
Yang ditanya pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ketika menangkap sebuah benda yang menarik perhatiannya diatas bukit―barulah Atha mengeluarkan jari telunjuknya. "Ada. Gue mau kesana." ucapnya.
Nara memalingkan kepala supaya bisa menatap kearah tempat yang ditunjuk Atha. Pemuda itu mengerutkan dahi sebentar saat melihat bianglala raksasa berdiri kokoh diantara pepohonan diatas bukit.
Merasa sesuatu yang menarik akan terjadi, Nara menarik sebelah sudut bibirnya keatas.
"Oke, kita ke sana."
》》》
Atha menggigit bibir bawahnya sambil melirik Nara sesekali. Pemuda berseragam putih abu-abu itu membungkukkan badannya sedikit sambil mengintip keadaan dari balik tembok besar di samping mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaying Us
Teen FictionAthalia Sharafina menyukai Narado Risyad dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi tidak pernah menyatakannya bahkan disaat-saat terakhirnya dengan Nara. Sebuah keajaiban Atha bertemu Faust. Makhluk tampan dengan sepasang sayap hitamnya yang bersedia...