Bagian Sembilan Belas: Sekali pun Dalam Mimpi

13.5K 1.4K 187
                                    

==

Bagian Sembilan Belas: Sekali pun Dalam Mimpi.

==

"Gue suka sama lo."

Atha mematung. Otaknya perlahan mencerna perkataan pemuda bermata hazel di depannya sambil menatapnya seakan dia gila. Pada akhirnya, Kariza pun diam dan menggigit bibir bawahnya. Tanpa berkata apa pun, dia membuang muka kemudian memasang helmnya.

"A-apa lo bilang?" tanya Atha sesaat setelahnya. Dia menunjuk kearah Kariza dengan mata yang membelalak kaget.

Yang ditanya pun hanya berdecak pelan―menghela napas dengan berat hati sebelum mengacak rambutnya dan menoleh menghadap Atha. "Lo..nggak ngerasain apa-apa?deg-degan gitu misalnya?" dia bertanya balik. Membuat Atha terheran-heran.

Daripada menjawab, Atha malah menggeleng cepat.

"Padahal gue yakin banget hari ini gue lagi ganteng." Kariza menutup kedua matanya dan mengepalkan kedua tangannya yang berada diatas speedometer vespanya. "Benar. Masalahnya karena ini lo. Seorang Atha." gumamnya pelan.

Makin nggak jelas aja deh ini manusia, batin Atha. Melipat kedua tangannya di dada, Atha menarik sebelah sudut bibirnya lalu menatap Kariza malas. "Ada apa dengan gue?"

"Lo."

"Apa?"

"Lo, Athalia Sharafina."

"Apa sih Ja, ngomong yang jelas."

Kariza mendengus kesal. "Gue lagi latihan nembak Nanda kalau misalnya gue menang tanding boxing besok."

"Ooh jadi gue kelinci percobaannya?" Atha bertanya seraya menaikkan badannya ke bagian belakang motor kemudian memegangi erat bahu Kariza.

"Ya, kurang lebih."

"Kariza―lo salah memilih kelinci percobaan." Atha berdecak. "Gue kan nggak suka sama lo." sambungnya.

Kariza menginjak pedal gas motornya, menjalankannya keluar parkiran motor. "Terus gue harus pilih siapa?" tanyanya lagi.

Atha berpikir sejenak. "Irina. Gue jamin dia bakal memberikan respon yang lo inginkan."

Pemuda bermata hazel itu meliriknya melalui kaca spion, memasang raut bete. "Lo cocok kerja di biro jodoh kayaknya, Tha." tuturnya yang dihadiahi pukulan pelan di atas helmnya oleh Atha.

"Kariza, mau tahu nggak―kenapa Nanda nggak suka sama lo?"

Kariza yang sedang menyetir motor vespanya mengangkat tangan kanannya ke udara, menyebabkan Atha hampir menjerit karena Kariza hampir saja menabrakkan motornya ke cidomo yang melintas dari arah berlawanan."KARIZA!"

Kariza meminggirkan motornya. "Telinga gue mau pecah dengar suara cempreng lo."

"Jantung gue mau berhenti ngelihat kelakuan lo!" teriak Atha sekali lagi.

"Gini Tha," Kariza menarik napas dalam-dalam. "Kita ada di posisi yang sama. Sama-sama suka doi, tapi nasib kurang berpihak sama kita. Makanya―seharusnya kita kompak, saling kerja sama, namanya simbiosis mutualisme. Jadi lo jangan menjatuhkan harapan gue dengan bilang Nanda nggak suka gue. Nembak dia aja belom." cerocosnya panjang lebar. Dia pun kembali menjalankan motornya. Keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju rumah. Atau lebih tepatnya, rumah Kariza Tarazio.

》》》

Atha memeluk erat bantalnya sambil sesekali menenggelamkan kepalanya disana. Tepat beberapa menit setelah dia memasuki kamar dan berganti baju―kasur adalah tempat pertama yang dia tuju. Sementara, di lain sisi, Faust duduk di pinggirannya. Turut memperhatikan tingkah Atha yang sedang bermalas-malasan diatas kasur.

Replaying UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang