A/N: Hai semuanya! maaf banget apdetnya lama karena lagi banyak remed dan otak masih nge-stuck. Btw maaf kalo pas baca tiba-tiba ada yang typo/gimana, dan maaf karena chapter ini abstrak. Yasudahlah ya. Happy reading and hope you <3 it! jangan lupa tinggalkan jejak xx
―sav
==
Bagian Delapan Belas: Diluar Dugaan.
==
Erik yang biasanya setiap pagi memusatkan pikirannya kepada deretan kalimat diatas koran, pagi ini tidak terlihat begitu. Pria separuh baya itu memilih melipat rapih korannya dan menyendokkan sarapannya kedalam mulut. Sekali-sekali melirik anak lelaki semata wayangnya yang kelihatan sibuk dengan dunia kecil didalam pikirannya sendiri.
Dia pun berdeham pelan. "Riza." panggilnya. Otomatis membuat si empunya nama mengangkat kepala.
"Kenapa―Pa?"
"Hari sabtu, ada acara keluarga di rumah Bude Jilan. Kamu bisa ikut kan?" lanjutnya. Diana yang duduk disebelahnya hanya menatap Ayah dan Anak itu bergantian.
Sementara Atha sendiri berhenti menyendok sarapannya. Dia malah mencuri pandangan kearah Kariza disampingnya melalui ekor mata. Seolah ikut menantikan jawabannya. Sabtu ini kan, Kariza bertanding boxing di Arena.
Gugup, Kariza membuka sedikit mulutnya sambil menyusun kata-kata yang pas didalam benaknya. "Aah, nggak bisa Pa. Soalnya.."
"Tanding, Om. Basket." potong Atha yang langsung mengalihkan ketiga pasang mata di meja makan tersebut.
Pada akhirnya, Erik pun hanya mengangguk lalu diam dan melanjutkan menyantap sarapannya.
"Eh ya," kali ini Diana angkat bicara. "Semalam, waktu Mama pulang, Mama nemu bubur gosong di dapur. Siapa yang sakit?" lanjut wanita itu seraya mengerutkan dahi.
Atha dan Kariza bertukar pandangan.
"Tadi malam itu Ka―" ucapan Atha terputus saat perempuan itu merasakan sesuatu menginjak kakinya dibawah meja. Membuatnya menahan ringisan kesakitan. Dan setelah diselidiki, pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Kariza sendiri. Pemuda itu mengisyaratkannya untuk diam melalui sepasang mata hazelnya yang kelihatan berbinar dibawah cahaya lampu ruang makan.
"Semalam Riza lagi pengen bubur Ma cuman lupa matiin kompor. Gosong deh." bohongnya.
Atha mendelik tidak percaya. Setengah bingung dan heran mengapa pemuda itu justru berbohong.
"Ooh, tumben masakan kamu gosong. Mama cobain tadi malam asin banget―udah gitu pahit. Nggak biasanya Za." tambah Diana diiringi tawa kecil.
Mendengar perkataan Diana membuat Atha meneguk ludah. Seburuk itukah masakannya?tapi mengapa Kariza memakannya dengan lahap semalam?membayangkannya saja cukup membuat perut Atha terasa mual.
Kariza hanya mengulum senyum dan meneguk habis air mineralnya sebelum berdiri lebih dulu. "Pergi dulu Ma, Pa." ucapnya kemudian berlalu.
Atha menoleh cepat kearahnya dan memperhatikan bagaimana Kariza melenggang pergi, meninggalkannya dengan seenak jidatnya. Tidak ingin berlama-lama disana pun, Atha berdiri kemudian dengan kelewat semangat membungkukkan badannya sedikit. Pamit. "Om, Tante duluan ya."
Diana tersenyum dan mengangguk kecil. "Hati-hati."
Secepat kilat Atha menyusul Kariza menuju garasi. Tepat sebelum pemuda itu sempat mengambil langkah maju sekali lagi, dia menarik pegangan ranselnya. Menahan Kariza.
"Apaan?" Kariza membalikkan badan. Menatapnya malas.
"Lo bohong ke Tante Diana dan lo bohong karena masakan gue sebenarnya nggak enak." jawab Atha dengan raut datar. Sebenarnya dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena meski tidak enak, kelihatannya Kariza cukup tahu sopan santun hingga melahap habis bubur gosong buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaying Us
Teen FictionAthalia Sharafina menyukai Narado Risyad dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi tidak pernah menyatakannya bahkan disaat-saat terakhirnya dengan Nara. Sebuah keajaiban Atha bertemu Faust. Makhluk tampan dengan sepasang sayap hitamnya yang bersedia...