A/N: wordsnya nggak nanggung, 4000+ mudah-mudahan aja pada suka.. hope u love it!
P.s: di play dong lagunya hehe
-sav==
Bagian Dua Puluh: Getaran Aneh.
==
Kariza menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu kamarnya usai bersiap lebih dahulu. Dia hendak berangkat ke Arena, tempat pertandingan boxingnya diadakan. "Kariza Tarazio, lo harus menang hari ini." ucapnya pada diri sendiri. Sedang berusaha mengumpulkan keyakinan.
Begitu membenarkan selempangan tasnya dan menuruni beberapa anak tangga, langkahnya terhenti. Kariza memutar kedua mata hazelnya dan membalikkan badan. Kakinya melangkah ke depan pintu kamar sedang ditumpangi oleh perempuan berambut sebahu dengan poni ala bocahnya. Athalia Sharafina. Entah apa yang membuatnya kemari, tapi tangan Kariza rasanya gatal untuk membuka pintu kamarnya sejak terbangun tadi pagi.
Semalam, Kariza tertidur diatas sofa ruang keluarga. Televisi bahkan masih menyala. Dan seingat dia, dia tidak memakai selimut apa pun―namun ajaibnya begitu terbangun paginya Kariza mendapati tubuhnya dibalut selimut hangat dan televisi sudah mati. Kalau Diana, Mamanya, pasti akan langsung membangunkannya dan mengusir Kariza ke kamar. Sama halnya dengan Erik, Papanya.
Maka dapat disimpulkan, pelaku utamanya adalah Atha. Orang yang ditungguinya pulang semalam. Bahkan sampai Kariza sesekali ke teras rumah, sekedar melihat tanda-tanda kepulangannya.
Tangan kanannya terkepal, terangkat di udara untuk mengetuk pintu. Tapi detik selanjutnya, Kariza menghentikan niatnya lalu mengacak rambutnya. Dia merasa aneh sejak terbangun tadi pagi. Walau begitu, setelah labil beberapa saat, Kariza akhirnya memilih memutar kenop pintu yang ternyata tidak dikunci.
Pemuda itu berjalan masuk dengan alis yang bertaut tinggi. Menyadari si pemakai kamar masih bergelung nyaman didalam selimutnya meski matahari sudah bersinar terang diluar sana. Kariza melangkah mendekat dan berdecak pelan. "Kebo." ejeknya.
Tanpa sepengetahuannya, Faust memperhatikan Kariza dari ujung kepala hingga kaki sambil melipat kedua tangan di dada. Makhluk itu melayang turun ke bawah dan menapakkan kakinya di lantai. Memutuskan untuk mengawasi lebih lanjut.
"Bangun woi, udah siang." ucap Kariza. Menyentuh pipi kiri Atha dengan ujung telunjuknya pelan. Kalau melihat perempuan itu tertidur seperti ini, Kariza rasanya ingin tertawa. Saat tertidur mulut Atha seperempat terbuka sementara kedua tangannya terlentang ke kedua sisinya. Layaknya seorang bocah. "Lo nggak mau dukung gue apa pas tanding?biar gue bisa jalan sama Nanda, dan terserah deh lo apain tuh si Nara."
Tidak mendapat respon apa pun―mata hazel Kariza teralih pada sebuah benda bertali yang dipegang Atha erat di tangan kanannya. Sontak membuat rasa penasaran Kariza mencuat ke permukaan.
Dia menjulurkan tangannya, meraih benda tersebut. Merebutnya perlahan sambil sesekali melirik Atha. Berusaha untuk tidak memperhatikannya―tapi yang ada Atha tiba-tiba saja menarik tangannya, menyebabkan Kariza hampir jatuh menindihnya. Untunglah, hal itu tidak terjadi karena dengan cepat Kariza menahan tubuhnya menggunakan sebelah tangan.Namun demikian, kini dia bisa merasakan jarak yang terpaut antara wajahnya dengan Atha kelewat dekat.
Saking dekatnya, Kariza bisa merasakan hembusan napas teraturnya. Dan seolah waktu terhenti, Kariza harus dengan susah payah mengambil napasnya. Tubuhnya mendadak bereaksi aneh dengan segala perasaan campur aduk mengikuti. Kariza menggelengkan kepalanya lalu menyelesaikam apa yang menjadi tujuannya. Dia mengambil benda yang ternyata adalah sebuah kalung itu. Kalung dengan batu berwarna merah sebagai pendannya.
Kariza membenarkan posisinya dan menyipitkan mata. Memperhatikan kalung tersebut dengan seksama. "Kalung dari siapa nih?"
Suara decitan pintu yang kembali terbuka memecahkan lamunan singkatnya. Kariza secara spontanitas memasukkan kalung tersebut kedalam saku celana selututnya, selagi Diana menongolkan diri dari balik daun pintu. Wajahnya nampak bingung saat melihat Kariza berdiri dengan kikuk di dekat kasur Atha. Bukan hanya Kariza yang terlihat kaget dengan kehadiran Diana yang terbilang tiba-tiba, Faust pun juga sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaying Us
Teen FictionAthalia Sharafina menyukai Narado Risyad dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi tidak pernah menyatakannya bahkan disaat-saat terakhirnya dengan Nara. Sebuah keajaiban Atha bertemu Faust. Makhluk tampan dengan sepasang sayap hitamnya yang bersedia...