==
Bagian Dua Puluh Lima: Kebenaran, Ungkapan, dan Perasaan.
==
Mengabaikan merupakan hal yang sulit dilakukan. Atha baru menyadarinya pada detik ini, ketika Kariza berjalan di sebelahnya dengan santai menyusuri koridor sekolah dan ditatap oleh setiap pasang mata yang ada disana. Suatu hal yang tidak pernah dilakukan pemuda itu─karena Kariza sendiri lah yang memutuskan untuk menjaga jarak diantara mereka selama berada di sekolah. Supaya tidak ada yang mencurigai keduanya.
Tetapi sepertinya pagi ini lain dari pagi-pagi yang sebelumnya.
Usai turun dari mobil, sekalian pamit kepada Erik yang harus pergi ke kantor─Kariza langsung menyematkan jemarinya ke ruas tangan Atha. Menariknya memasuki gedung sekolah selagi tatapan beberapa murid mengarah pada mereka.
Suasana sekolah memang sudah ramai mengingat tadi keduanya berangkat lebih siangan sedikit. Begitu sampai di dalam gedung sekolah, Kariza langsung melepaskan gamitannya. Namun tetap berjalan persis berdampingan dengan Atha─yang tentu disambut dengan berbagai macam tatapan tidak mengenakkan dari para siswi selagi dia melintas.
Tidak ketinggalan─layaknya hari-hari sekolah sebelumnya, Kariza kembali melempar senyuman ala prince charming nya setiap kali ada yang menyapa. Entah itu siswi atau siswa. Tetap membuat Atha hingga detik ini heran mengenai alasan Kariza yang tidak bisa menjadi dirinya sendiri ketika di sekolah.
"Za, lo jalannya duluan aja deh."
Kariza menoleh kearahnya, mengerutkan dahi. "Kenapa?"
"Nggak enak dilihatin." bisik Atha pelan. Dia benar-benar serius ketika mengatakannya─tapi Kariza hanya menanggapinya dengan seringaian kecil dibibirnya.
"Mereka ngelihatin gue. Jangan geer."
Atha memutar kedua bola matanya malas. "Yaudahlah ya, gue ngeri sama fans lo."
"Fans gue kan elo juga." timpalnya.
Perempuan disebelahnya mendelik lalu bergedik geli. "Ew. No, thanks."
Beberapa saat kemudian, Atha bisa menghela napas lega karena koridor tempat kelasnya berada terlihat kosong melompong. Sepertinya belum banyak yang datang meski matahari sudah bersinar cukup terik di luar sana.
Kariza dalam diamnya melirik kearah Atha─membuang muka saat menyadari kalau getaran aneh itu kembali mencuat ke permukaan, membuatnya heran sendiri.
"Kaki lo masih sakit sampai sekarang?" tanyanya.
"Udah nggak terasa kayak tadi pagi sih."
"Oh, bagus deh." balas Kariza. Mengangkat dagunya, menatap pemandangan di depannya untuk waktu yang cukup lama─sampai pada akhirnya sosok yang saat ini paling tidak ingin ditemuinya muncul dari balik tembok ujung koridor. Berjalan dengan tujuan yang sama dengannya. Menuju kelas.
Atha mengangkat sepasang alisnya tinggi begitu sadar kalau Kariza tiba-tiba menghentikan langkahnya meski mereka sudah sampai persis di depan pintu kelas. Mata coklatnya pun berkilat penasaran sebelum melirik kearah yang sama─arah yang kini menyita seluruh perhatian mata hazel Kariza.
Sayangnya, sebelum Atha sempat melihatnya, Kariza lebih dulu mengulurkan sebelah tangannya─sengaja menghalangi jarak pandang Atha dengan membentangkan telapak tangan kanannya di depan matanya.
"Ada apaan sih Za?" Atha bertanya selagi berusaha menyingkirkan tangan Kariza.
Kariza buru-buru mengambil langkah maju dan memutar badannya menghadap Atha. Dia melepaskan tangannya, namun Atha tetap tidak bisa melihat sosok yang diperhatikannya beberapa saat lalu karena tubuh Kariza kini yang bergantian menghalanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaying Us
Teen FictionAthalia Sharafina menyukai Narado Risyad dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi tidak pernah menyatakannya bahkan disaat-saat terakhirnya dengan Nara. Sebuah keajaiban Atha bertemu Faust. Makhluk tampan dengan sepasang sayap hitamnya yang bersedia...