A/n: saran; play lagu galau fav kalian, atau lagu galau yg disediain ya hehe♡
==
Bagian Dua Puluh Tiga: Begitu Berarti.
==
"Mungkin―sejak gue suka sama lo." ucap Atha, pelan. Dia bisa mendengar suara kembang api meledak di langit yang berbintang.
Dia meneguk ludah perlahan, melirik Nara sedikit. Untuk mengamati reaksinya.
Nara terdiam. Menatap Atha, mencari keseriusan disana selagi kedua alisnya terangkat. Pemuda itu lalu menghela napas dan memalingkan kepala. Membungkukkan badan kesamping lalu menaruh sebuah benda diatas kepala Atha perlahan. "Topi lo jatuh nih." ujarnya, tiba-tiba mengubah topik.
Atha mengedipkan matanya cepat dan merapatkan topinya sambil menundukkan kepala. Tidak ingin membiarkan Nara melihat ekspresi memalukannya berlama-lama. Meski begitu, Atha tidak bisa mengingkari kalau pada detik Nara mengalihkan pembicaraan―hatinya seperti disayat perlahan.
Apa yang barusan itu, hanya dianggap main-main olehnya?
"Atha. Kenapa lo bawa dua topi?" pertanyaan Nara yang dadakan membuat Atha yang sibuk berspekulasi sendiri kaget. Otomatis mendongakkan kepala kemudian menunduk lagi kebawah.
Tanpa perempuan itu sadari, kedua tangannya meremas erat topi yang Kariza titipkan padanya. Topi milik Kariza.
Wajah menyebalkan itu pun muncul dibenak Atha tanpa di suruh. Dalam bayangannya, Kariza pasti mengejek Atha bila pemuda itu melihatnya menyedihkan seperti ini.
"Topi siapa?"
"Kar―ah. Si idiot." jawab Atha. Hampir saja kebablasan berbicara.
"Idiot?" Nara memiringkan kepalanya seraya bertanya.
Atha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tertawa canggung. Sebenarnya tidak bermaksud untuk ditanya lebih lanjut. "Iya, dia idiot karena udah kelamaan ninggalin gue buat ke toilet."
Nara beranjak berdiri dengan tiba-tiba, membuat Atha bingung. Pemuda itu mengulurkan sebelah tangannya sambil tersenyum manis, memperlihatkan kedua lesung pipitnya. "Ayo keluar. Mungkin si "idiot" lo itu udah cariin lo kemana-mana." ujarnya. Atha menyambut uluran tangannya dengan senyum yang sedikit dipaksakan, dia sama sekali tidak tahu harus bereaksi apa pada Nara yang bertingkah seperti ini.
Seperti, ungkapan tentang dia menyukainya―hanya angin lalu baginya.
Walau begitu, Atha bersyukur karena tidak butuh waktu lama untuk keduanya keluar dari bianglala. Mungkin karena terlalu fokus pada dirinya sendiri, Atha jadi tidak awas pada sekitarnya.
Keduanya berjalan berdampingan menyusuri keramaian orang-orang yang tengah menikmati suasana kemeriahan yang disebabkan oleh kembang api. Neverland hari ini kelihatan lebih ramai dari biasanya. Dan juga, kelihatannya, hanya Atha dan Nara yang berjalan berlawanan dari arus.
"Nar, lo dengar nggak sih?" Atha berhenti berjalan, dia mendadak kesal sendiri. Menunggu tanpa kepastian adalah yang terburuk. Kalau saja dia tahu Nara tidak akan merespon―Atha berharap kalau dia tidak usah repot-repot datang ke masa lalu.
Lagipula, yang ingin ditemuinya bukanlah Nara yang saat ini memutar badan. Menghadap dirinya.
"Dengar apa?"
Atha menggigit bibir bawahnya. "Ya..yang tadi di bianglala!" jawabnya, setengah berteriak.
"Apa?emang lo ngomong apaan tadi waktu di bianglala?" tanyanya lagi. Nara memasang wajah bingungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaying Us
Teen FictionAthalia Sharafina menyukai Narado Risyad dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi tidak pernah menyatakannya bahkan disaat-saat terakhirnya dengan Nara. Sebuah keajaiban Atha bertemu Faust. Makhluk tampan dengan sepasang sayap hitamnya yang bersedia...