BAB - 13

4.4K 350 3
                                    

- Emosi Aesera -
If I'm Not Aesera

HAPPY READING

(Belum Revisi)


Suasana di kediaman Adinata saat ini terlihat menegangkan, pasalnya, Pitaloka kembalih berulah dan mencoba mengadu domba Violin Citra Adinata dengan Argo. Violin merupakan salah satu sepupu Aesera yang berlihak kepadanya, Violin yang memang jarang berkunjung dikarenakan memang ia tinggal di Kanada mengurus bisnis nya sendiri, membuat Violin jarang bertemu dengan keluarganya.

Dan hari ini, niat hati ingin menemui sepupu tersayangnya, Aesera. Violin malah melihat Pitaloka bersama Argo sedang menghabiskan waktu bersama di taman belakang dengan menikmati secangkir kopi.

Pitaloka yang melihat kesempatan untuk menyingkirkan satu - persatu orang yang ada di pihak Aesera, pun memulai aksinya.

Pitaloka sengaja membahas pergi nya Aesera dari rumah, hingga berniat mengajukan pemutusan kekeluargaan dan menghilangkan nama Adinata dari namanya. Dan dengan pasti dan jelas, Violin tahu Pitaloka merupakan orang yang bertanggung jawab atas semua itu.

Karena jengkel dan merasa enek melihat wajah Pitaloka, Violin yang melihat pak Rio selaku tukang kebun disana yang membawa sebuah pupuk basah yang Violin yakin kan itu sangat bau.

Tanpa menunggu lama, Violin langsung merebut pupuk itu dari tangan pak Rio lalu menghampiri Pitaloka yang ada disana.

Dan . . .

Byur!

Argo yang melihat kejadian itu langsung menoleh dengan cepat kearah Violin.

"Violin!"

"Ups! Sengaja."

Arga yang kebetulan lewat disana pun menyaksikan kejadian tersebut, senang bukan main melihat Pitaloka yang di siram pupuk basah ke wajah nya oleh Violin.

"Vio, kok kamu nyiram aku?" Tanya Pitaloka dengan nada bicara yang sok lirih.

"Pitaloka, muka kamu itu bikin saya emosi setiap kali saya melihatnya." Ujar Violin dengan enteng nya.

Tatapan Argo menajam saat itu juga, Violin yang memang ia ketahui berpihak kepada Aesera, adik nya itu. Membuat Argo tahu bahwa Violin juga tidak menyukai keberadaan Pitaloka.

"Violin, kenapa kau berbicara seperti itu?" Tanya Argo tak suka.

Violin lalu melirik sepupu bodoh nya itu. "Mikir saja sendiri. Disini adik kamu siapa sih, Go? Itu, perempuan ular di samping mu, dia itu seharus nya tidak ada disini."

"Ini semua, keputusan Mama saya."

"Yah mikir dong! Mama kamu itu, memiliki niat lain untuk membawa perempuan jadi - jadian ini." Violin menunjuk Pitaloka dengan sedikit emosi. "Arga saja sudah sadar, lah kamu? Boro - boro sadar, peka saja tidak."

Violin menatap jengkel kearah Pitaloka, ingin sekali ia mencakar wajah sok polos di hadapannya itu.

* * *

Sedangkan disisi lain, kini Arga sedang merancanakan sesuatu, dimana ia sedang berada di dalam kamar nya. Arga berniat akan menghubungi Aesera, adiknya. Namun karena tahu adiknya itu tidak lagi seperti biasanya, dan terkesan tegas, susah untuk di yakinkan, dan aura nya yang luar biasa mengerikan.

Arga langsung mengambil satu bantal yang ada di ranjang milik nya, lalu ia mendekat di tembok serta yang dekat dengan meja. Ia akan memukul - mukul kan bantal ke dinding serta menggebrak meja nya berulang kali untuk meyakinkan Aesera. Cemerlang kan ide nya?

If I'm Not AeseraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang