BAB - 38

190 12 2
                                    

BAB – 38

Saat ini Aesera sudah berada di mansion besar milik keluarga besar Mahendra yang dimana pria tua itu seperti biasa sedang mengisap cerutunya dengan santai di salah satu single sofa yang ada di ruang tamu saat ini. Mahendra sendiri yang mengundang Aesera untuk datang dengan memerintahkan cucunya, Galen untuk menghubungi gadis itu dan Gareldan yang di suruh untuk menjemputnya.

Padahal malam ini sudah semakin larut, dimana Aesera bisa melihat beberapa dari anggota keluarga mereka ada yang sudah terkantuk-kantuk.

Dan saat ini, gadis itu sudah duduk di salah satu kursi yang agak canggung di dekat Galen yang berada di sebelah kanannya, sementara di sebelah kiri terdapat Gareldan yang sibuk dengan ponselnya.

Tiba – tiba Mahendra membuat semua perhatian kini teralih kepadanya, dimana pria tua itu langsung bersuara dan berkata, “Karena Anzera sudah berada disini, aku ingin membahas sesuatu.”

“Apa yang ingin Kakek bahas sebenarnya?” Arelion bersuara karena sepertinya pria itu sedikit penasaran dengan sang Kakek.

“Ini tentang kasus yang sempat di tangani oleh ayah kalian waktu itu.”

Pernyataan tersebut membuat mereka semua semakin bertanya – tanya, tentang kasus yang mana yang dibahas oleh Mahendra saat ini. Sebab yang mereka tahu, bahwa Alistair menangani banyak kasus saat itu.

Sampai dimana, Aesera yang ada disana pun di buat bingung oleh apa yang sedang dibahas oleh Mahendra saat ini. Dan untungnya, Gareldan yang peka akan situasi Aesera saat ini pun memberi tahu gadis itu.

Alistair Geonido Kairos, merupakan ayah  Gareldan beserta dua kakaknya itu adalah seorang Jaksa yang terkenal, dimana ia dikenal sebagai seorang yang handal, tegas dan berwibawa dalam menangani berbagai kasus hukum. Alistair memiliki reputasi yang sangat baik dalam menyelesaikan kasus-kasus yang rumit dan sensitif pada masa itu.

Salah satu kasus terbesar yang mereka tangani melibatkan sebuah perusahaan besar yang terlibat dalam serangkaian tindakan ilegal membuat kasus penculikan yang didasari oleh dendam antara rival bisni yang berusaha mencemarkan reputasi perusahaa tersebut.

Pada waktu itu, Alistair bekerja sama dengan salah satu pengacara terkemuka, Arsenio Djoe Pratama, yang juka memiliki reputasu yang tak terbantahkan didalam dunia hukum hingga saat ini. Kedua keahlian mereka bersama membentuk kolaborasi yang sangat kuat dalam menangani kasus-kasus tersebut.

Kasus penculikan yang mereka tangani melibatkan seorang anak kecil, yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan yang diduga menjadi otak di balik kekacauan tersebut.

Alistair sempat terkejut dengan kasus tersebut, terutama ketika beberapa bulan berlalu tanpa ada titik terang dalam penyelidikan, kasus tersebut di tutup. Meskipun demikian, Alistair dan Arsenio tidak menyerah dan terus bekerja keras untuk membawa kasus ini ke pengadilan dan mencari keadilan untuk korban.

Namun, ketika mereka berusaha membongkar kepingan kasus ini yang telah ditutup sebelumnya, Alistair tiba – tiba dihadapkan pada halangan yang tidak terduga. Aksesnya untuk mengungkap kebenaran dan memperjuangkan keadilan terhalang oleh pihak – pihak tertentu yang tidak di ketahui motifnya. Pemerintah bahkan turut memblokir upaya Alistair untuk melanjutkan penyelidikan, tanpa memberikan penjelasan yang jelas mengenai alasan di balik tindakan mereka.

Setelah mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh Gareldan dengan seksama, Aesera menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti, namun tetap merasa kebingungan. Dimana ia bertanya – tanya mengapa dirinya dipanggil ke mansion mereka sedangkan dirinya tidak memiliki hubungan yang jelas dengan kasus yang sedang mereka bahas.

Setelah berdiam diri dan menyimak secara cermat, Aesera akhirnya memutuskan untuk angkat suara. Dengan penuh keraguan, ia bertanya, “Lalu, apa hubungannya aku dengan kasus yang ditangani oleh paman Alistair waktu itu?”

Pertanyaan dari Aesera itu pun langsung mencuri perhatian keempat pria yang hadir di ruangan tersebut. Sehingga Gareldan pun juga ikut bersuara, “Iya, kenapa kakek memanggil Anzera kesini? Ini masalah kita seharusnya,”

Mahendra, yang sedari tadi masih menghisap cerutunya itu pun langsung menghela nafas dengan berat. “Memang ada hubungannya, Anzera. Mau tidak mau, kalian harus tahu bahwa Anzera yang ada disini adalah anak dari Djoko Tirtan yang diculik beberapa waktu yang lalu.”

Mendengar itu, membuat Aesera terkejut bukan main, apa maksudnya ini? Ia tak mampu mengungkapkan apa – apa, merasakan kebingungan yang ia rasakan saat ini.

Tak hanya Aesera yang terkejut, ke tiga pria di ruangan itu pun merasa terkejut denga pengakuan yang baru saja di beberkan oleh Mahendra, kakek mereka. Apa benar orang yang selama ini Arelion adalah wanita yang selama beberapa bulan ini ada bersama mereka?

“Apa kakek serius?” tanya Galen memastikan.

“Ya, tentu saja.” Serunya tegas, mengisyaratkan bahwa apa yang mereka hadapi tidak dapat di abaikan begitu saja.


***


Arga, saat ini pria itu sedang berada di ruang kerja kembarannya, Argo, yang saat ini sibuk dengan pekerjaannya dengan beberapa kertas yang sudah berserakan diatas meja kerjanya.

“Kau tahu, aku menyadari bahwa sifat Aesera akhir – akhir ini seperti kembali berubah seperti semula,” Ungkap Arga sembari menatap langit – langit ruangan tersebut.

“Kau dengar aku tidak?” serunya kembali karena tidak mendapat jawaban dari Argo.

Argo hanya bisa mendengus kesal, kenapa Arga selalu suka mengganggunya. “Aku juga sadar, tapi jangan gangu aku saat ini.” Argo menatap Arga dengan ekspresi kesal, jelas kesibukannya sedang mendesak saat ini.

Arga pun berdecak kesal dengan respon yang diberikan oleh kembarannya itu. padahal ini menyangkut adik mereka, Aesera. Sedari lama juga ia sudah memperhatikan adiknya itu kembali, Aesera seperti kembali ke sifat semula, menyebalkan dan tak tau diri.

“Aresa, dia juga akhir – akhir ini tidak memberi kita kabarnya lagi.” Ucap lagi Arga bersuara, mengingat salah satu adiknya itu juga tidak ada kabar lagi.

“Sudahlah, mungkin dia sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Dan kau lebih baik diam, aku sedang fokus dengan pekerjaanku saat ini. Biarkan aku menyelesaikannya.” Jawab Argo dengan suara datar.

Entah kenapa Argo jadi kembali cuek seperti dulu, tapi emang sifatnya seperti itukan seperti dulu?

Lama merenung kembali, kini tiba – tiba ponsel milik Arga berbunyi suara notifakasi dari aplikasi WhatsApp nya itu terdengar.

Dan setelah ia lihat, disana ada notifikasi yang berasal dari Pitaloka beserta gadis itu sepertinya mengirimkan sebuah lokasi, yang sepertinya ia tahu dimana itu.

Tanpa ragu lagi, Arga langsung meluncur keluar ruangan dengan cepatnya, tanpa memberikan penjelasan atau perhatian lagi kepada Argo. Hingga membuat pemilik ruangan tersebut menjadi heran dan bingung dengan tindakan Arga itu. Tapi sepertinya hal itu tidak membuat Arga berpikir panjang dan kembali fokus kepada pekerjaannya.

Di sisi lain, Aresa yang baru saja datang berpapasan dengan Arga dan bertanya kepada kakaknya yang nampak seperti dalam keadaan tergesa – gesa.

“Kakak mau kemana?” tanya Aresa dengan heran, tapi nampaknya Arga langsung melanjtukan langkahnya tanpa memberikan jawaban atau penjelasan.











BERSAMBUNG






Yang penting apa? Yg penting update he he he . . .

If I'm Not AeseraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang