13

769 117 16
                                    

Sesampainya di rumah sakit, jeongyeon dan mina tergesa-gesa menuju ruangan tempat Chaeyoung berada. Setibanya di depan pintu ruangan itu, mina menghentikan langkahnya. Ada perasaan ragu untuk bertemu dengan sang suami.

Gadis itu terdiam di depan ruangan itu. Jeongyeon pun segera mendekatinya. "Ada apa?"

"nathan... Kau saja yang masuk. Aku di sini saja. Aku merasa tidak pantas menemui Chaeyoung," ucap mina menundukkan kepalanya. Perasaannya campur aduk. Antara bahagia dan sedih disertai rasa bersalah yang teramat besar. Mina terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada suaminya itu.

"Tapi kenapa?" tanya jeongyeon

Mina masih menundukkan kepalanya, berusaha menahan air mata yang terasa telah memenuhi kelopak matanya. "Aku malu menunjukkan wajahku di hadapannya. Aku... Sudah berjanji padanya semalam, kalau dia mau terbangun dari tidurnya, aku akan melakukan apapun untuknya, sekalipun aku harus merelakannya bersama orang lain. Aku sudah cukup senang dia sudah sadar."

"Jangan konyol, mina! Kau berhak menemaninya di dalam sana. Kau istrinya." jeongyeon menarik pergelangan tangan mina, namun segera ditepis oleh gadis itu.

"Aku mohon, jeong. Aku tidak bisa. Aku tidak mau egois dengan memaksanya tetap bersamaku. Akan lebih baik jika aku di luar saja menunggumu. Kau saja yang masuk!"

"Baiklah, aku mengerti," ucap jeongyeon mengusap kepala mina.

Di dalam sana, Chaeyoung baru saja selesai diperiksa. Beberapa dokter yang menanganinya pun keluar dari ruangan itu setelah memastikan kondisi sang pasien sudah membaik.

Sementara Chaeyoung masih terlihat gelisah. Hanya bola matanya yang berkeliling ke segala arah seperti mencari sesuatu. Lehernya yang terasa sakit membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain terbaring. Laki-lali itu kembali meringis kesakitan.

"Ibu..." panggil Chaeyoung dengan suara yang masih terdengar lemah. Ibu segera mendekat pada Chaeyoung dan mengusap kepalanya.

"Tenanglah, Nak! Kau terlihat sangat gelisah."

"mina... Dimana dia, Bu? Kenapa dia tidak ada di sini? Apa dia baik-baik saja?" Sekuat tenaga Chaeyoung menahan kesakitannya, berusaha terbangun dari posisi berbaring, namun rasa sakit itu membuatnya tidak dapat berbuat apa-apa.

Ibu tersenyum pada anaknya itu, mencoba menenangkannya yang sejak tersadar begitu gelisah. "Sepertinya dia sedang dalam perjalanan kemari. Jangan khawatir, mina baik-baik saja."

Chaeyoung masih belum dapat menguasai perasaan khawatirnya pada sang istri. Terlebih ancaman bambam yang ingin memiliki mina kembali.

"Aku ingin istriku ada di sini, Bu!Tolong panggilkan dia."

"Tunggulah sebentar lagi. Rain sudah menghubunginya,"

Chaeyoung pun berusaha menenangkan dirinya dari perasaan gelisah itu.

"Apa aku lama tertidur, Bu?" tanyanya kemudian.

"Kau kritis selama tiga hari. Dan mina kesini setiap hari menemanimu."

"Aku sangat mengkhawatirkannya, Bu. Aku ingin dia ada di sini." Ibu kembali berusaha menenangkan Chaeyoung, sementara Rain beranjak menuju pintu ketika terdengar suara ketukan. dan ketika pintu terbuka tampaklah jeongyeon yang berdiri tegak di ambang pintu.

Jeongyeon masuk ke ruangan itu dan langsung mendekat pada Chaeyoung

"Bagaimana keadaanmu?" tanya jeongyeon.

"Aku merasa lebih baik, Bos!" Chaeyoung kemudian kembali melirik ke arah pintu, mencari objek yang sejak tadi membuatnya merasa gelisah.

"Syukurlah kalau begitu."

[END] MR.PECICILAN DAN MOSTER BETINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang