Dengan langkah gontai dan tidak bersemangat, Chaeyoung memasuki sebuah rumah minimalis. Karena sudah menjelang larut malam, sebagian lampu di rumah itu telah padam, membuat pencahayaan remang-remang.
Chaeyoung melangkahkan kakinya pelan-pelan. Namun, saat akan melewati ruang tamu, dia mendapat sambutan yang luar biasa.
BUHK.. BUHK.. BUHK
"Aduh, Ibu ampuni aku! Jangan pukul lagi, Bu! Ini aku, anakmu!" teriak Chaeyoung sambil menahan sakit di punggungnya akibat dipukul sang ibu dengan gagang sapu.
"Dari mana saja kau? Ini hampir larut malam dan kau baru pulang. Beberapa hari ini kau sangat sering pulang larut malam. Apa yang kau lakukan di luar sana?" bentak wanita itu.
"Aku bekerja, Ibu. Tenanglah, aku tidak akan mabuk-mabukan lagi seperti dulu." Chaeyoung masih belum bangkit dari posisi berlutut di hadapan ibunya.
"Benarkah?" Wanita paruh baya itu meneliti setiap bagian tubuh anaknya, sesekali mengendus bau tubuh Chaeyoung.
Ibu baru merasa lega saat tidak mendapati bau minuman di tubuh anaknya itu. "Benar juga," ucapnya sambil meletakkan kembali gagang sapu itu ke tempatnya.
Ya ampun, sepertinya aku akan menghadapi dua wanita dengan karakter yang sama. Ya, ibu sama menakutkannya seperti mina. Mereka akan bekerja sama membantai ku. batin Chaeyoung
Chaeyoung kemudian berdiri dari posisi berlututnya.
"Kenapa Ibu belum tidur? Ibu sudah makan dan minum obat, kan?" tanya Chaeyoung hendak memastikan.
"Sudah. Yani membuat makanan yang sangat enak. Ayo, ibu temani kau makan. Kau pasti belum makan." Wanita itu menggandeng anaknya masuk ke ruang makan.
Jika biasanya Chaeyoung sangat banyak bicara, maka malam itu sangat berbeda. Dia lebih banyak diam.
Ibu memperhatikan anak semata wayangnya yang lain dari biasanya. Chaeyoung yang kesehariannya sangat pecicilan dan ceria terlihat sedang memendam beban. Bahkan laki-laki itu menyantap makanannya dengan tak bersemangat.
"Ada apa? Kau ada masalah? Wajahmu sangat murung."
"Tidak apa-apa, Ibu. Ada sesuatu yang ingin aku beritahu pada Ibu," ucap Chaeyoung sesaat setelah menghabiskan makanannya.
Chaeyoung merangkul ibunya menuju ruang keluarga. Wanita itu sudah menduga-duga sesuatu sedang terjadi pada anaknya. Chaeyoung mendudukkan ibunya di sofa, lalu ikut duduk di sebelahnya.
"Ibu, aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Chaeyoung dengan wajah serius membuat sang ibu merasa curiga.
"ada apa?"
Sejenak Chaeyoung terdiam hendak mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan sesuatu yang akan membuat ibunya terkejut.
"Aku akan menikah, Bu," ucap Chaeyoung. Wajah wanita itu pun mendadak bahagia mendengar ucapan anaknya. Sudah sejak lama wanita itu ingin mendengar kalimat itu keluar dari mulut anaknya. Namun, di usianya yang sudah menginjak 27 tahun. Chaeyoung tak kunjung bertemu jodohnya.
"Menikah?" tanya ibu dengan wajah berbinar.
"Iya, Bu. Aku akan menikah,"
"Kau sudah melamar jennie?"
Seketika wajah Chaeyoung berubah mendengar nama jennie disebut. Ibunya memang sangat menyukai sosok jennie. Sudah sejak lama wanita itu menginginkan jennie menjadi menantunya.
Namun, hingga beberapa tahun mengenal jennie, Chaeyoung sama sekali tidak punya keberanian menyatakan perasaannya pada gadis pujaannya itu.
Bagaimana aku katakan pada ibu bahwa gadis yang akan menikah denganku bukan jennie, tapi mina. Ibu kan tidak begitu menyukai mina. batin Chaeyoung
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MR.PECICILAN DAN MOSTER BETINA
RomansaSequel cerita 'PRISON OF LOVE [2yeon]' Versi michaeng "Turuti atau aku tembak!" Suara lembut namun menusuk yang terucap dari bibir seorang wanita cantik dan anggun. Sebuah kisah pasangan unik, dimana Chaeyoung yang pecicilan mendapatkan jodoh min...