41

606 92 13
                                    

Dibalik tegarnya mina dan chaeyoung menerima kenyataan kehilangan baby monster, ada jihyo yang sedang tenggelam dalam rasa bersalahnya. Sejak kejadian naas itu, jihyo tiada hentinya menyalahkan dirinya sendiri.

Gadis itu mengurung diri di kamar, hanya menangis dan menangis. Menyesali kebodohannya yang dengan mudahnya percaya pada sosok laki-laki jahat yang baru dikenalnya.

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan pintu.

"jihyo! Buka pintunya!" ucap seulgi.

Jihyo menutup kedua telinganya dengan bantal. Merasa malu bertatap muka dengan kakak sulungnya itu.

"jihyo!" Terdengar panggilan diiringi ketukan pintu sekali lagi. "buka pintunya atau aku dobrak!"

Gadis itu menyingkirkan bantal yang menutupi telinganya. Lalu dengan pasrah bangkit dari pembaringannya menuju pintu dan membukanya. Seulgi berdiri di ambang pintu dengan tatapan datar.

"Kenapa kau mengurung diri di kamar? Apa kau pikir masalahmu akan selesai dengan cara seperti itu?"

Jihyo menunduk malu. Tidak berani menatap wajah seulgi. "Aku sudah mencelakai mina. Aku sudah menyebabkan mereka kehilangan anak mereka, Kak. Aku merasa seperti seorang pembunuh." Gadis itu kembali menangis pilu.

Seulgi kemudian memeluk adik bungsunya itu, mengusap rambutnya dengan sayang. "Tapi mengurung diri bukan jalan keluarnya. Itu namanya bodoh."

"Kak jeongyeon pasti sangat kecewa padaku, Kak. Aku tidak pernah menyadari mengapa Kak jeongyeon begitu menyayangi mina. Aku tidak tahu pengorbanan mina sebesar itu. Aku merasa sangat egois. Dan aku sudah melakukan kebodohan dengan membunuh anak mereka." Tangisan jihyo semakin menjadi-jadi.

"Tenanglah. Ayo kita duduk dulu." seulgi membawa jihyo untuk duduk di sofa panjang.

"jihyo, jangan pernah berpikir salah satu dari kami tidak menyayangimu. Aku, jeongyeon dan dahyun adalah kakakmu. Terutama jeongyeon. Diantara kami bertiga dialah yang paling terpukul karena kehilanganmu." seulgi mengusap wajah jihyo yang banjir oleh air mata.

"Aku harus apa untuk menebus kesalahanku, Kak?"

"Minta maaflah pada mina. Kalau mina memaafkan mu, jeongyeon pasti akan memaafkanmu juga."

"Aku malu menemuinya. Dia sudah memperingatkan aku supaya menjauhi daniel, tapi aku malah menuduhnya yang bukan-bukan."

"Untuk itulah kau minta maaf. Aku akan menemanimu ke sana. Bagaimana?"

Jihyo menjawab dengan anggukan kepala, kemudian kembali bersandar di bahu kakak sulungnya itu.

.

Di tempat lain, perdebatan sengit sedang terjadi antara menantu polos dan mertua galak. Membuat ruangan yang tadinya damai sentosa itu mendadak ribut layaknya sebuah pasar.

"Ibu... Aku sudah kenyang," ucap mina pada ibu mertuanya yang terus menerus memaksanya makan.

"Kenyang bagaimana? Kau makan sedikit sekali. Ayo buka mulut!" Wanita paruh baya itu sudah mulai galak lagi. Membuat mina bergidik ngeri.

"Satu suap saja, ya... setelah itu sudah."

Ibu melorotkan matanya, "Ayo cepat makan!" Dengan sedikit terpaksa, mina terus membuka mulutnya, menerima setiap suapan itu.

Chaeyoung yang sedang memainkan ponselnya sambil berbaring di sofa hanya tertawa kecil, melihat perdebatan mina dengan ibu mertuanya itu.

"Sudah, Bu! Aku kenyang," ucapnya dengan mulut penuh makanan.

[END] MR.PECICILAN DAN MOSTER BETINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang