"Aku tak tahu cara berpikirmu! Jika dia tahu kau akan dicap pria brengsek!"
Suara yang terdengar dari rumah kecil—milik warga sekitar yang memang sengaja digunakan untuk menyimpan barang penting militer terlihat gaduh.
Bahkan Jeongwoo yang ingin masuk kedalam sana memilih bersembunyi dibalik tembok.
"Kau yang tak tahu! Berhentilah ikut campur!"
Ada tatapan terkejut dimata Lily mendengar nada tinggi milik Haruto. Inilah salah satu sifat Haruto yang tak ia sukai.
Egois dan tak mau mendengarkan petuah dari orang lain.
Lily berdecih lalu mengambil baret miliknya yang sempat diletakkan dimeja dengan kasar.
"Baik, jangan sampai kau menyesal dengan keputusanmu sendiri" finalnya tanpa melihat Haruto. Ia muak.
Haruto menatap punggung sahabatnya tanpa berniat untuk menahannya agar tak pergi. Meskipun tak bisa dibohongi jika tatapannya terpancarkan makna bersalah.
"Apa yang terjadi?" akhirnya Jeongwoo keluar dari persembunyiannya dan bingung dengan raut marah dari Lily tadi.
Haruto tersenyum dan menggeleng. Responnya itu membuat Jeongwoo menghela nafasnya lagi.
Ingat, mereka bertiga sudah bersahabat sejak seleksi militer sampai sekarang. Bukan waktu yang sebentar untuk memahami sifat satu sama lain.
"Lalu bagaimana dengan Junkyu?" itu hanya pertanyaan mudah diucapkan namun sulit untuk dijawab, sama seperti Haruto yang kembali terdiam.
"Aku mencintainya" balas Haruto mantap.
"Jadi apa aku bisa mempercayai ucapanmu kali ini?" tanya Jeongwoo dengan aura intimidasi khasnya.
Memang pangkat Haruto diatas dari pangkatnya, seseorang yang harus Jeongwoo hormati.
Tapi jika diluar jam kerja, mereka masih bercengkerama layaknya sahabat karib begitupun dengan Lily.
Setinggi apapun jabatannya, Jeongwoo tahu jika Haruto tak boleh gegabah mengambil keputusan dan ia berhak memberi solusi.
Tapi apakah bisa? Haruto bahkan sampai saat ini masih enggan keluar dari masa lalunya.
"Kau orang yang jahat jika menyakiti Junkyu yang tak ada kaitannya dengan dia" ujar Jeongwoo kali ini dan sukses membuat Haruto menatapnya tajam.
"Jaga ucapanmu!" Haruto mengusap wajahnya kasar dengan frustasi, lagi-lagi ia kelepasan mengeluarkan emosinya.
Jeongwoo terdiam sejenak. Pandangannya jatuh pada kalung dog tags yang ada ditangan sahabatnya itu.
Haruto yang tengah menunduk kembali mendongak disaat bahunya ditepuk.
"Kau harus menentukan pilihanmu. Melupakan atau tetap lanjut"
🌿🌿🌿
"واو ، الأخ الأكبر رائع في لعب الكرة الطائرة!"
(Wah, kakak hebat sekali dalam bermain voli!)
Junkyu mengusak rambut anak kecil yang setinggi perutnya dengan perasaan gemas.
Rasa lelah dan takutnya sirna sudah karena tawa anak-anak yang senang bermain bersamanya.
"Do you guys want to play volleyball again, kids?" ajak Junkyu dengan peluit dikalungnya bersiap memberi aba-aba dan disambut sorakan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...