占 : 24

1.9K 349 39
                                    

"Hai"

Satu detik setelah ia membuka pintu sudah ada seseorang yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Tersenyum tipis menahan mati-matian detak jantung yang berdebar kencang.

"Hai..." balasnya memalingkan wajahnya malu. Pipinya memerah.

Sang lawan bicara hanya tersenyum simpul. Mengambil tali harness yang ada ditangannya— Chubby mendusel manja dibawah kakinya.

"Ah, kau melupakan ini"

Hidungnya reflek menahan nafas. Oh Ya Tuhan, jarak mereka terlalu dekat. Bahkan Junkyu bisa merasakan parfum woody and musk milik Haruto.

Setelah melilitkan syal rajut dileher pemuda manis itu, Haruto pun menggenggam tangannya menggunakan tangan kanan sedangkan yang kiri tengah memegang tali harness dileher Chubby sehingga mengikuti langkahnya.

Pukul 5 sore, keduanya memang memiliki janji untuk pergi bersama setelah kepulangan dari negara Kongo.

Siluet pasangan yang tengah mengayunkan gandengan tangan itu terlihat romantis dari kejauhan. Sementara Chubby sibuk menatap genit kucing betina yang lewat.

Junkyu hanya diam— tersenyum malu-malu dibalik syal yang menutupi mulutnya. Ia tak tahu kemanakah Haruto membawanya pergi, percuma bertanya jika pria itu dari awal tak memberikan jawaban yang jelas.

"Kita sudah sampai" Haruto melepaskan gandengan tangannya pada Junkyu secara perlahan-lahan.

Pemuda Kim itu terdiam. Menelisik tempat apa yang dirinya pijaki sekarang.

"Hiks—"

Senyum Haruto langsung luntur. Matanya langsung menyorot khawatir begitu Junkyu menangis menutupi wajahnya yang nampak kacau.

"Ada apa? Mengapa kau menangis, Junkyu?" tanya Haruto bertubi-tubi.

Yang ditanyai hanya menggeleng. Tapi bahasa tubuhnya merangsek masuk kepelukan Haruto yang langsung diterima dengan senang hati.

"Kau masih mengingat taman ini" bisik Junkyu lirih dengan suara samar-samar.

Haruto menghela nafas lega— berpikir bahwa taman dimana mereka pertama kali bertemu waktu kecil membawa kenangan buruk bagi Junkyu.

"Tentu saja. Karena itu kau" bisik Haruto mengecup kecil telinga Junkyu yang memerah.

Tangan seputih susunya memegang batang pohon. Terukir inisial huruf mereka berdua yang masih tercetak meskipun tidak terlalu jelas.

Puji syukur pohon itu tidak ditebang, Junkyu masih bisa mengingat kegiatan apa saja yang dilakukan bersama Haruto dulu.

Makan, bermain, bercerita dan membaca buku dibawah pohon yang sama memiliki kesan yang sangat membekas dihidup Junkyu.

"Are you happy?"

"Meow~ meow~"

Keduanya tertawa renyah mendengar Chubby seperti ikut menyahut pertanyaan Haruto.

"Kau pasti tahu bahasa Chubby kan— awh!" matanya menatap sengit pada Haruto yang tiba-tiba mencubit pipinya gemas.

"Dia berkata kau cengengan"

Dahi Junkyu mengkerut tidak terima.

"Dasar gendut!"

Kini bergantian Haruto yang tidak terima. Dipeluknya erat tubuh Junkyu berupaya mencegah ia kabur.

"Akh— lepaskan!" teriak Junkyu kesal.

"Tidak mau, wlek!" ledek Haruto menjulurkan lidahnya hingga membuat Junkyu yang ada dipelukannya menjadi jengkel.

Hi Captain, 1437! [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang