— Hari keempat ; our promise
"Kata orang, menjadi dewasa itu tidak enak. Apa benar?"
Matanya berpendar polos. Hidungnya mengkerut tanda berpikir keras layaknya orang yang diberi beban pikiran berat.
"Eum, entahlah. Coba kau jadi orang dewasa dulu"
Yang bertanya tertawa, tak menyangka mendapat jawaban yang hal sedemikian meskipun memang tak ada yang salah.
"Mudah saja. Berpakaian berjas, merokok—
"Apa kau pikir definisi orang dewasa seperti itu?" tanyanya.
Bibirnya tertarik ke atas. Senyum yang terlihat tampan meskipun ia masih berumur belia. Sudah dipastikan besarnya nanti akan dipuja oleh kaum hawa.
"Tidak. Menjadi dewasa bukan karena penampilannya tapi karena pola pikirnya"
Mulutnya terbuka kecil membentuk huruf O— entah benar-benar paham atau sebagai bentuk menghargai bahwa ia mendengar ucapannya barusan.
"Tapi sebelum menjadi dewasa kita harus punya cita-cita" sambungnya lagi.
Kepalanya memiring bingung. Hingga flowercrown bunga seribu bintang dikepalanya sedikit miring. Lalu genggaman tangan mereka sebagai saksi pemanis.
"Aku ingin menjadi dokter militer!"
Ia tertawa hingga matanya menyipit. Mengusap rambutnya dengan perasaan gemas karena begitu semangat ketika menjawab seraya mengepalkan tangan ke atas layaknya pose pahlawan memperjuangkan kemerdekaan.
"Kalau begitu, aku akan menjadi tentara untuk menjaga negara dan menjagamu juga nanti"
"Kita membuat perjanjian?"
Kepalanya mengangguk setuju. Salah satu dari mereka mengambil batu yang berujung runcing untuk membuat ukiran dibatang pohon belakang mereka.
Dan keduanya pun berakhir mengukir pohon itu yang menjadi saksi sebagai awal kisah mereka untuk belasan, puluhan dan ratusan tahun berikutnya.
• Our promise ; Captain H and Doctor J
🌿🌿🌿
Pukul 2 dini hari tadi, Haruto mendapat panggilan dari presiden jika tugas mereka dinegara disana sudah selesai.
Negara Lebanon dan Israel sepakat berdamai kembali setelah presiden dengan beberapa orang penting di pemerintah mendiskusikan terkait hal ini kemarin.
Hingga pukul 7 pagi sekarang, personel militer dan dokter terlihat mengemasi barang-barang mereka. Pesawat militer khusus penumpang akan sampai disini pada malam harinya.
"Butuh bantuan?"
Tangannya yang sibuk menggotong koper, tas kecil dan perlengkapan obatnya itu langsung mengangguk.
Junkyu memang membutuhkan seseorang untuk membantunya sekarang.
"Oh, thank you very much... eum?"
Sadar bahwa Junkyu belum mengenal namanya, dengan inisiatifnya sendiri pun menjulurkan tangan bermaksud untuk berkenalan.
"I'm Jake. Nice to meet you" ucap tentara itu yang diketahui bernama Jake seraya tersenyum kecil.
Junkyu ikut tersenyum— matanya melirik logo bendera yang ada disisi lengan kanan dari seragam militernya.
Ah, dari negara Australia ternyata. Pantas aksen bahasa Inggrisnya begitu lancar dan bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...