"Aku tak tahu bahwa kau ternyata kekasihnya Junkyu"
"Takdir begitu lucu"
Keadaan sepasang kakak beradik itu sama. Sudut bibir yang berdarah, pipi terlihat lebam, dan raut wajah yang tak bisa dijabarkan lebih lanjut.
Dan satu lagi, mereka sama-sama berhasil mendapatkan dan menghancurkan hati dari seorang Kim Junkyu. Terdengar sia-sia dan tega.
Tapi apa boleh buat? Ini sudah terlambat, Haruto maupun Yoonbin sudah mengira Junkyu sangat membenci mereka sekarang.
Menghitung mundur waktu— lima belas menit yang lalu Haruto dan Yoonbin saling menyalahkan satu sama lain siapa yang paling jahat menyakiti Junkyu disini.
Jeongwoo dan Lily? Tentu saja melerai. Namun, seribu sayang keduanya terkena bentakan Haruto hingga membuat Jeongwoo dan Lily ikut emosi lalu pergi dari tempat itu.
Biarlah kakak beradik itu adu emosi yang sia-sia. Padahal, mereka sama-sama salah.
Yoonbin menatap adiknya yang sibuk mengobati lukanya tanpa berniat membantu. Suasana yang tadinya ricuh pun kembali hening— saling duduk berjauhan diruang tamu.
Dulu saat ia memilih bersekolah di Korea untuk mencari suasana baru, ia dikenal dengan murid yang berkepribadian dingin, cuek dan cenderung menutup diri.
Meskipun demikian, ia dianugerahi kelebihan dibidang akademik. Berbeda dengan Haruto yang lemah dibidang tersebut namun kuat di bidang non akademik.
Pertama kali mengenal Junkyu yang menjadi adik tingkatnya di kelas sepuluh, Yoonbin pikir ini hanyalah sebuah perasaan kagum sesaat mengingat Junkyu termasuk murid cerdas disekolahnya.
Dari itu mereka sering menjadi satu tim olimpiade matematika dan tentunya membutuhkan komunikasi untuk belajar bersama.
Tanggal 7 Mei, itulah tanggal dimana Yoonbin mengutarakan perasaannya pada Junkyu diatas podium setelah penerimaan piala olimpiade.
Dan hubungan yang dilihat dan diinginkan banyak orang karena keromantisan Yoonbin itu langsung hancur begitu ia mematahkan kepercayaan Junkyu di Jepang dulu.
Karena itu, tekad kepulangannya setelah menamatkan sekolah tingginya di Jepang dan terbang kembali ke Korea adalah untuk menemui dan meminta maaf pada Junkyu.
"Kenapa harus Junkyu?"
Kegiatan mengobati sudut bibirnya terhenti, menatap datar kakak kandungnya itu tak berniat menjawab.
Sret!
"Kenapa harus dia brengsek!" bentak Yoonbin murka mencengkeram kerah Haruto yang berdecih tak suka.
"Karena aku mencintainya"
Jawaban dari Haruto tentu membuat Yoonbin berang. Dipukulnya rahang itu sekali lagi— tak peduli dengan keadaan adiknya yang sudah babak belur.
Haruto menatapnya marah. Kepalan tangan yang terangkat hendak membalas pukulannya pun terhenti begitu mendengar ucapan Yoonbin.
"Lalu bagaimana dengan anak kecil yang kau cari selama ini?"
Haruto menunduk— menatap kalung yang tersingkap disela-sela kancing kemejanya.
"Aku juga mencintainya"
🍁🍁🍁
Mashiho tak mengerti mengapa Junkyu bisa menangis cukup lama. Hatinya ikut merasa sakit melihat bagaimana sahabatnya yang terbiasa berkata ketus dan tiba-tiba dihadapkan Junkyu yang hanya bisa terisak lirih.
"Sssh, sudah ya? Aku khawatir dadamu sesak karena terlalu lama menangis" ucap Mashiho yang tak bohong jika dari tatapannya benar-benar merasa khawatir.
Buliran air mata itu disekanya dengan perlahan. Junkyu menatap Mashiho sayu— akibat matanya yang bengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanficBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...