— Hari ketiga ; cat and banana milk
"Lihat ada mobil besar!"
"Wah! Aku baru tahu ternyata bunga sakura bisa tumbuh disini"
"Kita ingin makan dimana?"
"Hey?"
Kakinya yang melangkah riang mulai melambat. Ia baru sadar bahwa pegangannya pada teman barunya terlepas.
"Kau kenapa?" tanyanya dengan alis bertaut bingung.
Manik hazel itu mendongak— menatapnya melas dengan wajah yang sendu. Ia tak mengerti mengapa raut temannya seperti itu.
Seingatnya, ia sebelumnya tak melakukan hal yang menyakiti temannya. Lantas ada apa?
"Kasihan..."
Pikirannya yang semula berkecamuk berangsur-angsur mulai menghilang. Bibir yang tadinya membentuk garis kurva lurus kini terlihat melengkung ke atas.
Tangan berisinya mengusap lembut kucing yang tadinya disembunyikan dibelakang punggung temannya itu.
Ah benar, kondisi kucing itu sangat kurus sekali bahkan ada luka yang masih baru dikakinya.
Haruto menelisik taman yang mereka kunjungi waktu itu. Berharap ada minimarket terdekat untuk membelikan kucing itu obat.
Tanpa banyak berbicara, langkah kakinya berlari memasuki minimarket yang ternyata ada disana. Keringat dipelipisnya terlihat banyak sepadan dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
Padahal jarak taman dengan minimarket tak terlalu jauh, tapi Haruto sudah merasa sangat lelah.
Aish, disaat-saat seperti ini Haruto merutuki tubuhnya yang berisi. Ia jadi ingin marah pada mamanya yang gemar memberinya makan banyak.
Katanya, agar anaknya tumbuh sehat.
"A-ah! K-kau jangan mengobatinya seperti itu!"
Haruto terkejut. Bukan terkejut karena diteriaki seperti itu. Melainkan ini pertama kalinya teman barunya itu berani berbicara sekian lamanya ia terdiam.
"Oh wow, kau terlihat pintar sekali mengobati kucing itu" puji Haruto membuat anak kecil itu menatapnya sinis.
"Tentu saja! Ibuku sering mengajari cara mengobati karena aku sering ceroboh" sungut anak kecil itu.
Okay. Haruto tidak tersinggung ketika temannya selalu berkata ketus. Sebab disaat itu pula wajahnya yang tertekuk dan bibir yang mengerucut terlihat menggemaskan.
"Pantas saja snowpie yang menggemaskan ini suka terjatuh" Haruto tertawa seraya menepuk perut gendutnya.
"Kubilang jangan panggil aku snowpie!" pekiknya kesal. Oke-oke, jika seperti ini Haruto harus menghentikan leluconnya disini.
"Ayo kita makan dibawah pohon disana" ajak Haruto menunjuk pohon rindang yang tak jauh dari mereka berdiri.
Snowpie mengangguk. Tak lupa membawa kucing digendongannya. Keduanya memiliki rencana piknik kecil-kecilan ditamab seraya membawa keranjang anyaman milik nenek Haruto.
"Snowpie ada ular!" pekik Haruto membelalakkan matanya terkejut.
"Hah?! Mana?! Waaaa tolong aku!"
"HAHAHAHAHA— AKH SAKIT!"
"KAU TERNYATA SANGAT MENYEBALKAN!"
Haruto yang dasarnya suka menjahili temannya itu hanya tertawa puas meskipun sebagai gantinya akar rambutnya terasa nyeri dan ingin lepas karena dijambak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...