Seminggu sudah berlalu. Artinya sudah seminggu pula hubungan keduanya berjalan.
Biasanya, di masa-masa awal menjadi sepasang kekasih memang belum nampak gelombang hambatan yang akan menerpa.
Iya, katanya orang-orang begitu.
Tapi masalah seperti itu bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Hidup dan masalah, bukankah saling berkontribusi dan bertemu satu sama lain?
Hidup menjadi tempat mereka bertumpu dan masalah yang menjadi alasan mereka untuk kuat dan terus tumbuh.
Benar. Itu sama halnya untuk hubungan Haruto dan Junkyu nanti. Cinta memang menyenangkan tapi dibalik itu mereka harus menanggung resikonya bersama-sama.
Bukan menyelesaikan masalah dengan ego melainkan dengan hati yang lapang dada dan kepala yang dingin.
Tring!
Tangan yang tadinya sibuk memotong keju itupun terhenti sejenak. Mengambil capitan kecil untuk mengambil roti dimesin pemanggang.
Pagi-pagi sekali, rumah Junkyu sudah terdengar berisik karena pemuda manis tengah melakukan kegiatan memasak.
Memang tak ada yang aneh meskipun ia masih memiliki hari cuti, ia hanya mempersiapkan sesuatu yang terbaik untuk kekasihnya— uhuk!
Apa itu?
Tidak, kalian jangan penasaran.
"Miaw~"
"Oh? Selamat pagi sayang" yang tadinya sibuk dengan dapur, kini matanya beralih ke bawah tepat dimana buntalan kucing itu menyender manja pada kakinya.
Mangkok kecil berisikan susu itu dijilat Chubby secara khidmat dengan mata terpejam. Sementara Junkyu masih betah mengusap kepalanya dengan sayang.
Pemuda Kim itu terkekeh tiba-tiba. Melihat kalung berwarna navy dihiasi lonceng perak dileher Chubby. Itu hadiah pemberian dari Haruto kemarin.
"Apa kau menyukai kalungnya? Kuingat kau dulu sangat tidak suka diberi kalung" ujar Junkyu yang memang ada benarnya.
Keberadaan Haruto diawal-awal bertemu memang sempat tidak diterima oleh Chubby.
Tapi siapa yang tahu bahwa dari pemberian kalung itu, justru menjadi gerbang awal untuk Chubby dan Haruto akrab?
Bahkan ketika keduanya bermain bersama dan waktu yang mengharuskan Haruto pulang, Chubby semakin mengeong berisik tidak mau ditinggal.
Beberapa potong sandwich tuna, buah-buahan dan green booster juice ditambah dua balok es batu pun sudah selesai Junkyu siapkan.
"Selamat pagi ayah"
Junkyu membungkuk didepan figura almarhum ayahnya. Difoto itu, sosok yang menjadi pahlawannya sudah pergi meninggalkan banyak luka dan kenangan mendalam untuk anak tunggalnya.
Seorang Kim Junkyu— bocah lima tahun yang suka dengan coklat, takut dengan ulat bulu, tingkahnya yang menggemaskan, cerewet, dan periang.
Ya, itu deskripsi tentang Junkyu dari sudut pandang ayahnya.
Kini, Kim Junkyu yang sekarang bukanlah bocah lagi. Melainkan seorang dokter yang sudah bisa memberikan jasanya pada orang lain dan yang paling penting sisi menggemaskan tak luntur dan tak lekang oleh waktu.
Junkyu berhasil mewujudkan impiannya meskipun sang ayah tak bisa memeluk dan memberikan selamat padanya secara nyata. Tapi, ia tahu bahwa ayahnya tersenyum diatas langit.
Setiap malam, bibirnya tak pernah bosan melantunkan sebuah doa. Menceritakan apa yang terjadi hari ini layaknya anak kecil yang masih suka mengadu pada orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...