— Cupid ; söta granulat
Angin berdebu bertebaran tipis memang sedikit membuat matanya terasa perih. Dadanya pun merasa sesak ditambah fisiknya yang lelah.
Dibalik batu menjulang tinggi sekitar lima meter itu membuatnya merasa terlindungi— meskipun tak benar-benar bisa dibilang aman.
Kalung dog tags yang bergerak mengikuti sapuan angin terlihat berayun dramatis dilehernya. Haruto menunduk.
Setetes buliran keringat dari pelipis lalu mengucur dipucuk hidung mancungnya hingga jatuh menetesi sepatu PDH-nya. Ia tiba-tiba mengulum senyum.
Jika biasanya kalung yang ia bawa pergi berperang untuk mengingat Snowpie-nya tanpa mengetahui nama dan rupa wajahnya.
Siapa yang tahu keajaiban yang berawal diragukan kenyataannya menjadi sebuah kemustahilan yang dapat dikabulkan?
Snowpie-nya adalah seorang Kim Junkyu. Pemuda manis berusia 21 tahun, 3 tahun lebih muda darinya.
Snowpie-nya adalah seorang dokter umum sekaligus dokter militer. Pemuda manis yang takut dengan ulat bulu namun tidak takut dengan ular bahkan berbisa sekalipun.
Snowpie-nya adalah seorang yang menyukai boneka karakter yang bernama Brown. Pemuda manis yang menyukai susu pisang, senja dan bukit berkatnya.
Dan Snowpie-nya adalah seorang Kim Junkyu yang bisa membuat Letnan bertekuk lutut terhadap pesonanya.
Wibawa Haruto yang terkenal tegas, dingin dan keras itu menjadi manja, clingy dan lembek jika berhadapan dengan Junkyu.
Brugh!
"Awh!"
Lama melamun, Haruto langsung menoleh melihat siapa gerangan yang terjatuh dibelakangnya.
"Kenapa kau ada disini?!"
Tangan kekarnya langsung sigap menutup tubuh Junkyu dipelukannya. Bermaksud melindungi dokter Kim dari jangkauan tentara Kongo.
Haruto panik. Tentu saja panik.
Junkyu membawa senjata api ditangannya. Apa yang dilakukan pemuda manis ini?!
"Tidak usah berlebihan. Seorang dokter militer juga diajarkan bagaimana caranya melindungi diri dimedan perang, Haruto" ucap Junkyu.
Seharusnya Haruto menjadi tenang disaat Junkyu mengucapkan hal seperti itu. Faktanya tidak, pria itu menggelengkan kepalanya— isyarat tidak seharusnya Junkyu berada di zona merah.
"Kakimu apakah baik-baik saja?" tanya Junkyu melihat kaki Haruto yang dibaluti sobekan kaos miliknya.
Namun, Haruto diam.
"Haru—
"Kau mencari mati"
Junkyu menghela nafasnya begitu tahu nada pria itu terdengar marah. "Haruto, aku khawatir—
"Aku khawatir pada prajuritku. Tapi ini memang tugas kami, Junkyu"
Mata Junkyu sedikit membulat. Tidak ada yang salah dari ucapannya, tapi tidak bisakah hatinya jangan merasa sakit begitu Haruto tidak khawatir padanya?
"Aku juga khawatir padamu, sangat" sambung Haruto lagi hingga mengikis pikiran negatif Junkyu barusan.
Tangan halus dan putih bersih— sebersih hatinya itupun Haruto genggam dan diusap lembut. Mereka saling memandang, mencari celah makna cinta dan kasih sayang yang nyata didalam pupil matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
Fiksi PenggemarBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...