— Hari terakhir (lost) ; can you find me?
Pundak yang terlihat naik turun sebab menangis hanya mampu ia lihat dengan tatapan sendu.
"Kumohon jangan menangis"
"Kau yang membuatku seperti ini!"
Yang lebih muda membentak yang lebih tua. Terdengar tidak sopan, namun ia paham mengapa ia menjadi seperti ini.
"Jika kau merindukanku, kau bisa panggil aku lewat snowball ini" ucapnya seraya tersenyum.
Kelopak matanya terlihat sebab— ah, ia tidak tega. Karena sebab itu, tangannya dengan senang hati terbuka lebar untuk memeluk tubuh yang lebih kecil darinya.
"B-bagaimana caranya?"
Ia tersenyum dengan kebaikan hatinya mengusap lelehan air mata yang masih tersisa dipipi sang lawan bicara.
"Snowball, snowball, snowball can you find me?" sebenarnya ia spontan mengatakan itu agar Snowpie-nya tak lagi menangis. Yah, memang anak kecil suka mengibuli dan mudah dikibuli.
Matanya yang terlihat sedih mulai hanyut seperti debu yang disiram air. Yang lebih pendek tersenyum manis melupakan bahwa ia sempat menangis.
"Apa jika begitu kau bisa kutemukan?"
Ia terdiam. Betul juga, apa jika begitu dirinya bisa lagi dipertemukan dengannya?
"Bisa. Tapi kau harus bersabar sampai Tuhan yang menentukan, Snowpie"
🌿🌿🌿
Haruto menatap malas pada pemandangan didepannya. Tatapan tajam andalannya bahkan tak bisa menghentikan keduanya tertawa.
"Kau sungguh seperti preman pasar jika seperti ini! HAHAHAHA"
"Sepertinya kucing itu terlalu pintar bahwa kau cukup berbahaya disekitar majikannya"
Ia mendengus kesal sekaligus merasa sedih. Tangannya meraba pipinya sendiri lalu meringis kecil. Rasanya sangat sakit sebab kuku kucing itu menyakarnya dengan senang hati.
Bak peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga pula kini Haruto ditertawai oleh kedua sahabatnya sendiri. Memalukan.
"Sudah cukup menertawaiku?"
Lily menghentikan tawanya meskipun masih ada sisa kekehan lucunya. Begitupun dengan Jeongwoo.
"Sebenarnya belum. Tapi aku takut kau akan memberi Jeongwoo hukuman push up dua ratus kali nanti"
Jeongwoo mendelik namanya disebut-sebut. Tapi memang benar, jika Haruto kesal pasti akan melampiaskannya pada Jeongwoo.
Ini namanya menyelewengkan jabatan, ckckck.
"Bagaimana bisa kau terjebak dirumah Junkyu?" tanya Jeongwoo kemudian.
Haruto tersenyum— mendesah senang seraya menyenderkan punggungnya pada sofa. Menerawang adegan romantis bersama kekasihnya.
"Bukan terjebak. Aku ditawarkan untuk datang main kerumahnya" balas Haruto.
Disisi lain, Jeongwoo dan Lily saling berpandangan. Mereka mengerti satu sama lain, mereka tahu rahasia satu sama lain termasuk—
"Lalu bagaimana keputusanmu, Haruto?"
Kesenangannya langsung jatuh, sejatuh-jatuhnya. Suasana yang tadinya dipenuhi tawa kembali diputar seperti 10 menit yang lalu.
Hening. Persis ketika Jeongwoo dan Lily belum datang kemari.
"Kau ingin berhenti atau lanjut?" sambung Lily dengan nada mendesak. Ia cukup jengkel pada Haruto yang terkesan terlalu memudahkan segala masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...