占 : 17

1.7K 377 84
                                    

Mereka adalah sepasang kekasih yang populer dikalangan sekolahnya dulu. Tempat yang digunakan untuk menimba ilmu justru menjadi saksi bagaimana cinta itu bertemu.

Tersenyum, tertawa dan menangis dilalui bersama-sama. Dua tangan saling bergenggaman, menuntun kemanakah kaki itu menapak.

Jika ditanyai siapa mereka, tentu semua warga sekolah tahu. Siapa yang tak kenal pasangan fenomenal ini?

Sekali lagi itu dulu.

"Junkyu, aku—

"Tidak. Tetap disitu, aku sangat membenci fakta bahwa kau ada disini, Yoonbin"

Ya, memang. Definisi yang disebut pada paragraf diatas tadi adalah tentang mereka— Yoonbin dan Junkyu.

Mata yang penuh binar kasih sayang dan suara halus selembut sutra kini menjadi mata yang menyimpan penuh luka dan suara datar setajam duri.

"Aku mohon, dengarkan penjelasanku terlebih dahulu" melas Yoonbin. Berharap Junkyu mau menyatukan hubungan yang retak dulu lagi.

"Apa yang harus kudengar darimu?"

Yoonbin terdiam. Suara lalu lalang kendaraan yang lewat didepan toko kue tak mengganggu perhatiannya sekalipun.

Junkyu menangis. Dihadapannya.

Dan Yoonbin sangat benci melihat air mata yang jatuh dari kelopak mata yang dulu sampai sekarang masih ia kagumi.

Sadarlah. Itu karena perlakuanmu, Yoonbin.

"Dulu aku setia mendengar alasanmu yang sibuk karena kuliah. Meskipun aku kecewa setidaknya aku senang kau baik-baik saja meskipun hanya lewat sambungan telepon"

Kantung belanja kuenya tanpa sadar diremat dengan kencang— melampiaskan luka hati yang kembali menganga perlahan-lahan tanpa seijinnya.

Kenapa?

Kenapa disaat ia sudah diberi kesempatan untuk berbahagia dan masa lalu yang pernah rusak kini kembali ada?

"Disaat waktu libur, aku selalu berharap kau menyempatkan diri untuk kita berkencan seperti awal kita sepasang kekasih dulu. Tak masalah meskipun kita hanya diam duduk dicafe, hanya melihatmu didepan mataku saja itu sudah lebih dari cukup"

"Tapi apa yang aku dapatkan Yoonbin? Hiks—" Junkyu buru-buru mengusap air matanya dengan kasar sedangkan Yoonbin hanya diam ditempat ketika pemuda manis itu memandangnya penuh luka.

"Semakin kesini kita bukan layaknya sepasang kekasih lagi tapi seperti dua orang asing yang hanya bertemu secara sekilas" ucap Junkyu parau. Percuma air matanya ia tahan jika akhirnya jatuh semakin deras.

Menertawai kesedihannya dan keputusan yang tidak tepat untuk membuka hati pada orang yang salah. Junkyu menyesal.

"Sekarang aku akan menuruti kemauanmu untuk kita terus menjadi asing, Yoonbin"

🍁🍁🍁

Setelah mampir sebentar dipanti asuhan untuk memberikan kue pada anak-anak, Junkyu pun kembali kerumahnya lagi.

Sampai-sampai Jennie menjadi heran juga khawatir melihat pemuda manis itu datang dengan aura dan wajah yang tak seceria biasanya. Tapi, pikirnya ini masalah personal.

"Hiks— aku tidak mengerti kenapa dari jutaan orang, justru bisa jatuh cinta dengan pria brengsek sepertinya"

Junkyu menelungkupkan tubuhnya diatas ranjang. Menangis sejadi-jadinya diatas bantal hingga sedikit basah. Meremas sprei kasur hingga terlihat kusut.

Se-menyedihkan itu Junkyu jika dihadapkan Yoonbin.

Dadanya sesak sebab tertekan dengan ranjang apalagi menangis dalam posisi telungkup. Junkyu tidak peduli, rasa sesaknya bahkan tidak sepadan dengan keadaan hatinya saat ini.

Hi Captain, 1437! [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang