占 : 9

2K 426 107
                                    

— Hari pertama ; bunga seribu bintang

Taman itu terlihat asri dan berwarna ketika ada ayunan, jungkat-jungkit dan perosotan untuk menarik perhatian anak kecil.

Biasanya disore hari mereka akan bermain di taman itu sampai-sampai ibunya datang untuk memarahi anaknya karena tidak pulang-pulang atau belum mandi dan makan.

Sekarang tempat itu masih terlihat ramai. Teman sebayanya pun nampak bahagia dan tertawa dengan mainan yang mereka mainkan saat itu.

"Halo!"

Junkyu menatap aneh pada tangan yang disodorkan padanya. Ia melengos dan lebih memilih sibuk untuk mengorek-ngorek tanahnya sendirian.

"Halo...? Apa kau hantu?"

Kali ini ia berdesis kesal dan membanting ranting kayunya hingga bocah laki-laki bertubuh gemuk dihadapannya tersentak kaget.

"Kau bicara apa?! Pergilah!" usir Junkyu galak mendorong tubuh bocah itu dengan kasar.

"Hey hey! Aku tidak menyakitimu. Aku hanya ingin berkenalan, sungguh!" raut bocah gemuk itu nampak serius dan Junkyu hanya berdecih seraya menundukkan kepalanya lagi.

Mereka berdua tak ada obrolan lagi saat itu. Yang satu menatap Junkyu dalam diam sedangkan Junkyu sendiri masih betah menunduk.

"Oh kau menangis?! M-maaf, apa ucapanku menyakitimu tadi?" kaget bocah gemuk itu melihat celana Junkyu mulai basah sebab rintik air matanya.

Untuk bocah berumur 7 tahun yang mengira melakukan kesalahan dan meminta maaf— membuat Junkyu terkagum. Orangtuanya pasti mendidiknya dengan baik.

Pertahanan Junkyu runtuh. Sudah mengatakan dalam batin jangan menangis tapi yang ia rasakan justru kebalikannya.

"Eung, ayahku ugh— hiks hiks ayahku..." ucap Junkyu tak jelas membuat bocah gemuk itu merasa kebingungan.

"Ssstt... tenang okay? minumlah ini selagi menunggu aku membuatkan sesuatu" ucap bocah gemuk memberikan sebotol susu pisang yang tadi sempat ia beli di minimarket pada Junkyu.

Junkyu menurut dan menyedot susu pisangnya dengan bocah gemuk yang nampak mencari sesuatu disemak-semak. Entah apa yang dia cari, Junkyu tak tahu.

"Nah ini dia! Cantik bukan? Nenekku baru mengajariku kemarin" bangga bocah gemuk itu pada Junkyu yang mengerjap terpesona.

Oh, rupanya dia tengah mencari tanaman bunga liar yang persis seperti bunga matahari dan dirangkai menjadi sebuah flower crown.

"Wow! Kau sungguhan cantik!"

Junkyu mengerucutkan bibirnya sebal. "Aku masih laki-laki" balasnya ketus.

Tangan kecilnya terangkat ke atas untuk memegangi flower crown yang ada dikepalanya. Junkyu tersenyum— benar, ini cantik.

"Terimakasih" cicit Junkyu malu-malu sementara bocah gemuk itu hanya menyengir sebagai balasan.

"Lalu ceritakan padaku, ada apa dengan ayahmu?" ucap bocah gemuk pada Junkyu yang kembali murung seperti awan mendung.

"Ayah pergi meninggalkanku"

Ada raut terkejut bercampur iba dimatanya. Namun, secepat kilat ia tersenyum dan menepuk pelan pipi Junkyu agar mengalihkan perhatian padanya.

"Mengapa ia pergi meninggalkanmu?"

Junkyu mengusap air matanya meskipun percuma jika kembali turun dengan deras seakan mengejek kesedihannya.

"Ayah tertembak dimedan perang. Aku hiks aku bahkan ingat sebelum pergi ke Lebanon ayah mengajakku ke tempat bermain di hari ulang tahunku"

Hi Captain, 1437! [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang