Spaghetti itu hanya dipilin-pilin tanpa minat menggunakan garpu. Matanya memandang ke piring tapi otaknya seakan bukan berada ditempatnya.
"Junkyu?"
Oh, ternyata benar. Junkyu tengah melamun.
Buktinya ketika bahu itu ditepuk dengan pelan, Junkyu nampak seperti orang linglung dan terkejut begitu saja. Hyunsuk menatapnya aneh sekaligus khawatir.
"Kau tidak lapar?"
Junkyu menatap spaghetti dan Hyunsuk secara bergantian. "Aku lapar" gumamnya pelan.
Hyunsuk menghela nafasnya perlahan sementara Mashiho yang ikut bersama mereka hanya ikut terdiam menyantap makan siangnya.
Dokter senior bermarga Choi ini sebetulnya bukan ingin ikut campur— tapi, hei mereka ini sudah berkawan lama. Tentu saja ada rasa cemas yang hinggap dibenaknya.
Sedangkan dokter Kim masih menghabiskan makan siangnya dengan gerakan terburu-buru. Membuat Hyunsuk maupun Mashiho cemas ia akan tersedak.
"Aku pergi dulu"
Grep!
Dua pasang mata yang sedari tadi terlihat menghindar kini saling bertubrukan. Menatap satu sama lain dengan salah satunya menatap intens— mencoba membaca makna tatapannya.
Satu kesimpulan yang Hyunsuk dapatkan, Junkyu kacau.
"Siapa yang membuatmu seperti ini?"
Deg!
Kinerja jantungnya seperti dipacu dan dipaksa bekerja dengan cepat. Tak pernah Junkyu mendapati tatapan dingin dan nada datar yang Hyunsuk perlihatkan saat ini.
"T-tidak ada"
"Kau tergagap" Hyunsuk tersenyum miring, mencoba menekan aura tegasnya pada Junkyu. "Berarti memang ada" sambungnya lagi.
Mashiho menatap keduanya dengan tatapan tak tahu harus berbuat apa. Dan disaat itulah Junkyu menatap sahabatnya meminta tolong untuk menyelamatkan situasi sekarang.
Menyelamatkan bagaimana? Meskipun bukan dirinya yang diintrogasi, tapi Mashiho terkena dampak dari aura Choi Hyunsuk.
Sret!
"Jauhkan tanganmu, kau baru saja menyakitinya"
Ketiganya langsung menoleh secara serempak. Siapa gerangan yang berani melepas paksa genggaman tangan Junkyu dengan Hyunsuk.
Tatapan Hyunsuk yang semula biasa saja mulai terlihat marah.
Nyut!
"Akhhhh ini sakithh!"
"Dasar brengsek! Berani-beraninya kau menyakiti Junkyu!" geram Hyunsuk marah masih dengan tangannya menjambak rambut pria asing itu.
Mashiho melotot terkejut terutama Junkyu. Kantin yang semula tenang mulai riuh sebab merasa penasaran siapa yang baru saja berteriak histeris tadi.
"T-tidak! Bukan dia, Hyunsuk!" pekik Junkyu melerai Hyunsuk yang masih dendam menjambak rambut Jihoon.
Ya, kalian tidak salah baca. Yang baru saja datang tidak diundang itu adalah Jihoon.
Hyunsuk sering melihat pria itu ke rumah sakit hanya untuk menemui Junkyu. Jadi, dia pikir pria yang disebut Jihoon inilah yang menyakiti Junkyu.
"Jangan berbohong demi membelanya, Junkyu"
Junkyu langsung menggeleng ribut— tidak membenarkan ucapan Hyunsuk barusan. Ia jadi merasa bersalah pada Jihoon yang menjadi korban fitnah dari permasalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...