Hari kedua.
Sudah dua hari Haruto beserta komplotannya berada di negara Kongo. Negara miliknya sudah mempercayakan Haruto beserta kawan-kawannya untuk dikirim disini.
Semakin banyak yang mempercayai maka semakin banyak pula beban tanggung jawabnya.
Saat itu negara di belahan Afrika tersebut dirundung konflik berdarah. Kongo baru merdeka, namun rupanya Belgia belum rela negara jajahannya itu lepas seluruhnya.
Konflik antar suku yang ditunggangi Belgia pun meletus penuh darah. Haruto harus betul-betul menyusun strategi dan pengamanan di daerah mereka tempati saat ini.
Dari kilas waktu beberapa minggu yang lalu hingga sekarang, rasanya tak ada yang berubah.
Haruto yang sekarang adalah sama dengan Haruto yang dulu. Kembali menyibukkan diri dalam pekerjaannya dan jarang keluar untuk bepergian.
Kecuali jika ia ingin berolahraga.
Hubungan Haruto dengan Lily juga nampak seperti dua orang yang asing. Benar-benar asing.
Bahkan mereka ditugaskan ditempat yang sama pun, Haruto yang hendak menyapa namun Lily melengos begitu saja. Mungkin dia butuh waktu, pikir Haruto.
Tapi, sampai kapan?
Junkyu sudah menjauh dan membencinya, apa harus salah satu sahabatnya juga begitu?
Tuk!
"Kapten, waktu malam digunakan untuk beristirahat bukan melamun"
Haruto terkekeh. Memukul pelan lengan Jaehyuk ala-ala pria. Pelan dalam artian Haruto ini berbeda dengan Jaehyuk.
Pria Yoon itu bahkan sedikit oleng mengingat pukulan dan tenaga Haruto tidak main-main. Sssh, mengerikan.
"Bagaimana aku bisa beristirahat jika kau memberiku kopi?" tanya Haruto mengangkat salah satu alisnya heran.
Jaehyuk menyengir bodoh. Memang jika ditengah situasi bekerja, keduanya seperti atas dan bawahan yang tidak ada waktu untuk bercanda.
Dalam kenyataannya, Haruto makhluk sosial begitupun dengan Jaehyuk yang masih berinteraksi dan bercanda satu sama lain layaknya teman karib.
"Kapten pasti sedih tidak ada Junkyu disini" ucap Jaehyuk membuka obrolan. Pria Yoon itu tidak tahu jika hubungan keduanya sudah karam.
Haruto menghembuskan nafasnya berat bersamaan dengan suara tutup kaleng kopi yang dibuka. Malam yang dingin tapi tenggorokanya haus.
Jaehyuk tepat untuk memberikannya kopi yang dingin.
"Menurutmu, apa kunci hubunganmu dengan Asahi tetap awet?" lain pertanyaan, lain jawaban.
Tidak apa-apa, mungkin Haruto hari ini perlu tahu dan belajar dari Jaehyuk untuk mempertahankan hubungannya dengan Junkyu. Pikir Jaehyuk.
Ditegukan kopinya yang ketiga, Jaehyuk berucap seraya menatap angkasa malam.
"Kepercayaan"
Haruto menunggu apakah Jaehyuk masih mau berbicara setelah menjawab dengan jawaban singkat itu. "Hanya itu saja?" Jaehyuk mengangguk.
"Tentu. Kepercayaan itu layaknya sebuah titik sudut yang ada ditengah diagram lingkaran. Ibarat menjadi komponen penting dari satu ke satu yang lain, jika salah sati komponen tidak ada rasa kepercayaan, saling ego dan menyalahkan satu sama lain. Bukankah menurut kapten itu percuma?"
Mendengar penjelasan panjang yang ia dengar dari Jaehyuk membuat Haruto benar-benar tertampar. Di keheningan malam ini bukan untuk digunakan beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Captain, 1437! [END] ✓
FanfictionBaju yang bukan sembarang baju, kain yang bukan sembarang kain dengan corak hijau lumut dan coklat disertai bintang tiga dikerahnya. Merupakan suatu kebanggaan bagi Watanabe Haruto. Ya.Semua itu adalah kebanggaannya, dulu. Sebelum kecelakaan kecil m...