• 10 - Hope Against Hope

1.6K 127 69
                                    

"Lenganku rasanya berat sekali," keluh Isa sambil meletakkan pisaunya. Padahal ia hanya membantu memotong-motong buah.

"Mau kupijat?" Milo menawarkan dengan alis terangkat.

"Ya, setelah kau persiapkan 15 juta untukku."

Milo memanggang daging di pemanggang yang disediakan di setiap tenda. Sesekali ia menjulurkan tubuhnya, meminta Isa menyuapkan potongan buah persik ke mulutnya.

Mereka menyantap daging panggang dengan kentang, brokoli, dan tomat ceri. Awalnya Isa mengira daging itu akan terlalu banyak untuk mereka berdua, tetapi ternyata semua habis dalam sekejap mata. Setelah itu mereka duduk di kursi lipat sambil menikmati segelas cokelat panas dengan api unggun yang menyala.

"Wah, aku selalu membayangkan seperti ini. Duduk di depan api dengan minuman cokelat," kata Isa.

"Kapan terakhir kali kau pergi berkemah?" tanya Milo.

Isa mengusap-usap dagunya sambil berusaha mengingat-ingat. "Sepertinya saat ada acara berkemah di SMP. Aku tidak pernah ikut perkemahan musim panas seperti teman-temanku yang lain."

"Kau ingin berkemah lagi di musim panas nanti?"

"Kenapa? Kau ingin mengajakku pergi bersama Sienna juga?"

"Kau tidak keberatan jadi obat nyamuk?"

Isa menjawabnya dengan pukulan di lengan Milo, membuat pria itu terbahak-bahak.

"Kau bersenang-senang hari ini?" tanya Milo. Isa menjawab dengan anggukan. "Bagian mana yang paling kau sukai?"

"Umm... berenang?"

"Apa karena aku menciummu?"

"Tidak!" jawab Isa cepat.

Salah satu ujung bibir Milo terangkat, sementara ia memandangi api di depan mereka, tidak percaya dengan ucapan Isa.

"Pasti akan lebih menyenangkan jika kau menikmati ini bersama Sienna. Ya, kan?" Ada nyeri di dada Isa saat ia bertanya. "Aku tidak sengaja melihat pesan darinya kemarin. Kalian bertengkar?"

"Dia hanya tidak tahan karena kami harus menyembunyikan hubungan ini." Milo menghela napas sambil meluruskan kakinya. "Aku tahu, pasti kau bertanya-tanya tentang mengapa orang tuaku begitu menentang hubunganku dengan Sienna."

"Aku mendengar sedikit cerita tentang itu."

"Sienna bukan orang jahat seperti yang mereka pikirkan. Di saat semua orang menekanku karena aku seorang Kingham, Sienna datang menyelamatkanku," tutur Milo dengan pandangan menerawang. "Aku pertama kali bertemu dengannya saat usiaku 13 tahun. Sebenarnya tidak ada kesepakatan untuk berkencan di antara kami, tapi hubungan kami berjalan begitu saja, dan terus berlanjut hingga saat ini. Aku kehilangan keperjakaanku saat berusia 15 tahun, tapi aku baru melakukan seks pertama kalinya di usia 17 tahun. Jadi, aku sudah cukup umur, kan?"

Isa meneguk minumannya dengan wajah memerah. Kenapa Milo harus membahas hal itu?

"Dia tahu saat aku kesepian, dia menemaniku saat sedih, maupun senang, dan dia selalu memberi solusi atas semua masalahku," lanjut Milo. "Alasanku membiarkan ayahku mengirimnya jauh dariku adalah karena ayahku mengancam akan menuntut Sienna karena telah membawaku ke bar saat usiaku 13 tahun, termasuk penculikan, dan mengencani anak di bawah umur. Kau tahu, kan, ayahku bisa melakukan apa saja tanpa peduli dengan kehidupan orang lain."

Isa memandang Milo. Ia tidak tahu ternyata masalahnya lebih rumit daripada sekadar hubungan yang tidak direstui.

"Sienna sudah kehilangan orang tuanya sejak kecil dan tinggal di panti hingga dia dewasa. Dia tidak terbiasa dikekang sepertiku dan hanya ingin membantuku melupakan hal-hal yang membebaniku." Cahaya api unggun menari-nari di mata Milo saat ia menatapnya. "Dulu dia selalu ada untukku. Jadi, aku bertekad untuk melindunginya setelah aku dewasa. Aku yakin, suatu hari nanti mereka akan mengerti bahwa kami bukan hanya sepasang anak yang sedang memberontak dari orang tuanya."

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang