• 6 - Sentimental

1.5K 134 68
                                    

"Apa ini?" Sienna berdiri di depan pintu dengan kedua lengan dilipat di depan dada.

Milo meringis sambil menyodorkan sebuah paper bag pada Sienna. "Sebagai permintaan maafku."

"Apa kau sudah menyadari kesalahanmu?" tanya Sienna sambil meraih paper bag itu dan memeriksa isinya. "Kita memang sudah lama bersama, tapi bukan berarti kau bebas mendikte hidupku."

"Aku tidak akan melakukannya lagi."

Sienna menatap Milo tajam sebelum akhirnya bergeser dari pintu. "Masuklah."

Milo menurutinya dengan perasaan lega. Setelah menunggu Sienna bersiap, mereka pergi ke McKenna Park. Sebisa mungkin mereka selalu menghabiskan akhir pekan di luar agar tidak terus-menerus berada di apartemen. Biasanya mereka pergi ke tempat yang cukup jauh dari Seattle dan tidak banyak dikunjungi orang-orang yang kemungkinan akan mengenali Milo.

Tempat itu sepi, hanya ada satu keluarga yang sedang berkumpul tidak jauh dari mereka. Setelah menggelar alas di bawah pohon yang rindang, Milo dan Sienna duduk menikmati perbekalan yang dibawa seraya memandangi sungai di depan mereka. Milo mengerling gugup ke arah Sienna yang terlihat seolah memindainya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kulihat kau selalu memakai jam tangan itu, bahkan saat terakhir kali kau mengunjungiku ke Inggris," kata Sienna akhirnya. "Aku tidak pernah melihatmu memakai merek itu. Jam itu benar-benar bukan gayamu. Bahkan sepertinya itu bukan jam tangan yang mahal."

"Ya, ini... ini hadiah ulang tahun. Jadi, aku memakainya sebagai rasa terima kasih," jawab Milo tanpa bisa menutupi kegugupannya.

"Kalau begitu, seharusnya kau memakai dompet yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahunmu, kan? Kenapa kau memakai dompet lain?"

"Kau memberi dompet itu lima tahun yang lalu. Tentu saja aku harus menggantinya karena sudah rusak."

"Memangnya apa sih yang bisa kau lakukan pada sebuah dompet? Kau hanya menggunakannya untuk menyimpan kartu kredit dan tanda pengenalmu. Kau bahkan hampir tidak pernah menyimpan uang tunai. Bagaimana bisa sampai rusak begitu?"

Milo memilih untuk tidak menjawab untuk menghindari perdebatan lain. Ia tidak bisa mengatakan bahwa jam tangan itu adalah hadiah dari Isa dua tahun yang lalu. Meskipun bukan barang yang mahal, tetapi benda itu cocok di kulitnya. Milo memakainya setiap hari dan selalu mengganti baterainya jika habis. Dompet yang kini digunakannya juga pemberian dari Isa tahun lalu. Milo hanya berharap Sienna tidak menyadari benda-benda pemberian Isa yang lain di tubuhnya selama ini.

"Apa kau pernah memikirkan masa depan dari hubungan ini?" tanya Sienna tiba-tiba.

"Kenapa kau bertanya begitu? Tentu saja aku selalu memikirkannya," jawab Milo cepat.

"Kau tahu, aku sering membayangkan kita tinggal di tempat yang tidak ada satu orang pun mengenal kau atau aku. Kita bisa hidup tanpa ada orang-orang yang menghakimi apa yang kita jalani." Sienna menghela napas panjang dengan pandangan menerawang. "Sebenarnya aku berencana mengajakmu pindah setelah kau lulus kuliah. Kita bisa lari ke kota lain, atau negara lain sekali pun. Kita bisa memulai kehidupan yang baru."

Milo menunduk dengan perasaan bersalah menyelimutinya.

"Sayangnya, kau memilih untuk menuruti ayahmu dan kembali ke sini," lanjut Sienna. "Apa yang sebenarnya kau takutkan? Kehilangan harta? Jabatan? Apa artinya semua itu jika kau harus melepaskan kebahagiaanmu? Semua itu bisa kau dapatkan lagi jika kau mau bekerja keras. Atau kau takut tidak akan mendapat pengakuan dari keluarga Kingham atas anakmu kelak?"

"Kau tahu betul, aku kembali karena keluargaku," balas Milo, sedikit tersinggung.

"Tentu, karena mereka mengancam akan menghapusmu dari daftar keluarga jika kau tidak mau kembali. Padahal pada akhirnya mereka akan meninggalkanmu setelah mereka tutup usia. Kau beruntung aku masih bertahan setelah kau memilih untuk meninggalkanku sendirian di Inggris. Bayangkan jika kau harus menikmati kekuasaanmu sendirian, tanpa orang tua, maupun kekasihmu."

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang