• 12 - Out Of Sorts

1.3K 134 38
                                    

Milo turun dari mobilnya dan memasuki sebuah restoran. Dilihatnya Sienna sudah duduk di salah satu meja sambil menyeruput minumannya.

"Apa jalanannya macet?" tanya Sienna saat Milo duduk di depannya.

"Lumayan," jawab Milo.

"Aku sudah memesan daging bebek panggang untukmu. Kudengar daging bebek di sini enak."

"Aku tidak makan daging bebek."

"Apa maksudmu? Kau pernah memakannya bersamaku saat kita berada di Inggris."

"Ya, lalu aku ke rumah sakit karena kolestrolku naik, kau lupa?"

Sienna berdecak. "Astaga, Milo. Itu sudah beberapa tahun yang lalu. Sekali-sekali memakannya lagi, kan, tidak apa-apa. Bahkan orang yang sedang diet juga sesekali memakan makanan yang tidak diperbolehkan."

Milo tidak menyahut. Sienna sangat berbeda dengan Isa yang selalu bertanya lebih dulu sebelum memesan sesuatu untuk Milo. Bahkan sejak awal menikah, Isa bertanya jika ada makanan yang Milo tidak sukai, atau jika ia memiliki alergi terhadap makanan tertentu, sehingga Isa selalu menghindarinya. Isa tidak hanya bertanya pendapat Milo mengenai makanan, melainkan juga pakaian yang ingin dikenakan. Isa tidak pernah memaksakan Milo dengan keinginannya sendiri. Itu sebabnya Milo lebih menghormati Isa dan sebisa mungkin tidak mengecewakannya.

"Kau masih kesal karena aku memesankan daging bebek? Haruskah aku memesankan yang lain?" tanya Sienna, membuyarkan lamunan Milo.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja," jawab Milo sambil meraih garpunya.

Sienna menghela napas. "Kau tidak menemuiku selama beberapa hari, dan wajah seperti ini yang kau berikan padaku? Kau sudah bosan denganku, ya?"

"Ada hal lain yang sedang kupikirkan."

"Tidak bisakah kau melupakannya untuk sebentar saja? Aku ke sini untuk bersenang-senang, bukan untuk melihatmu merengut."

"Aku sudah bilang, Isa sedang terluka. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian di rumah."

"Apa itu masalahku?"

"Dia terluka setelah aku meninggalkannya di perkemahan waktu itu, dan aku pergi karena kau membuatku panik hanya karena lenganmu terkena tutup panci!" balas Milo akhirnya.

"Jadi, itu salahku? Kalian pergi ke perkemahan itu karena inisiatif kalian sendiri. Lalu, setelah dia terluka, itu salahku?" tanya Sienna pada Milo yang sedang menatap tajam ke arahnya. "Apa itu? Sekarang kau melotot padaku."

"Maaf," gumam Milo sambil menurunkan pandangannya. "Aku tidak bisa menemanimu. Aku datang ke sini hanya karena kau mengatakan akan mendatangiku ke kantor."

"Kau tidak perlu datang lagi," tukas Sienna saat Milo bangkit dari kursinya. "Aku tidak percaya sekarang kau lebih mementingkan orang lain daripada aku!"

Milo segera meninggalkan mejanya, mengabaikan beberapa pengunjung restoran yang melihat dengan penasaran ke arah mereka. Ia memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan selain Sienna yang terus memutar ucapannya.

♤♡◇♧

"Aku tidak pergi bekerja hari ini. Kaki istriku sedang terkilir, aku harus menemaninya di rumah."

Isa tertegun mendengar pembicaraan Milo di telepon dengan sekretarisnya. Jika sebelumnya Isa merasa berbunga-bunga setiap kali Milo menyebutnya sebagai istri, kini hanya ada rasa nyeri yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata. Seolah kini kenyataan menghantamnya bahwa pernikahan mereka tidaklah sungguhan. Isa harus bersiap kapan pun Milo datang untuk mengakhiri perjanjian di antara mereka.

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang