• 13 - Kiss and Make Up

2.1K 135 56
                                    

Akhir-akhir ini Milo jadi lebih sering menghabiskan waktu memandang keluar jendela di kantornya. Ia rindu melihat Isa di dapurnya, makan bersamanya, membersihkan rumah bersamanya, atau menemaninya membaca buku di den.

Milo baru menyadari bahwa keadaan mulai berubah sejak Sienna kembali ke Amerika. Waktunya tersita dengan berusaha menyenangkan kekasihnya itu dan mulai jauh dari Isa. Apakah sebenarnya Isa juga merasakan hal yang sama dengannya? Apakah Isa juga merasa kehilangan dirinya? Mungkinkah sikap menghindar dari Isa akhir-akhir ini juga dikarenakan kekesalan yang telah lama terpendam?

Perhatian Milo teralihkan pada ponselnya yang bergetar di meja. Ia bahkan menghela napas panjang melihat nama Sienna di layar ponselnya.

"Kenapa kau menghilang dariku?" sembur Sienna begitu Milo menjawab teleponnya.

"Kau yang mengatakan padaku untuk tidak menemuimu lagi," balas Milo.

"Lalu, kau menerima ucapanku mentah-mentah?" Sienna mendengus kesal. "Dulu kau tidak seperti ini, Milo. Kau bahkan tidak merayuku atau memohon padaku seperti yang biasa kau lakukan."

"Apakah kau mendengarkanku saat terakhir kali aku memohon padamu?"

"Apa kau sudah tidak mencintaiku?" tanya Sienna dengan suara bergetar. "Sudah dua tahun ini kau tidak mengatakan kau mencintaiku, kau tahu? Biasanya kau mengatakannya setiap hari, meskipun hanya melalui telepon atau pesan."

Milo memijat pelipisnya tanpa menjawab. Dua tahun yang lalu dia dilarikan ke rumah sakit karena terkena hipotermia setelah menyelam di air laut yang dingin. Isa menyusulnya dan menemani Milo selama berada di rumah sakit. Wanita itu tidak tidur, tidak beranjak dari sisinya, bahkan diam-diam Milo melihat Isa meneteskan air mata karena cemas tentangnya. Setelah keluar dari rumah sakit, Milo baru sempat mengabari Sienna mengenai keadaannya.

"Aku sudah melarangmu pergi dengan teman-temanmu. Lihat akibatnya karena kau tidak mendengarkanku." Itu yang dikatakan Sienna waktu itu karena Milo tidak memberi kabar selama seminggu.

Milo tepekur sambil memejamkan matanya. Isa tidak pernah menghakiminya, Isa juga tidak pernah melarangnya untuk tetap pergi bersama teman-temannya. Milo merasa bersalah jika ia mulai membandingkan keduanya, tetapi seperti itulah yang ia rasakan.

"Apakah akan ada bedanya? Sikapmu tetap sama, meskipun aku mengucapkannya setiap hari selama bertahun-tahun." Milo menghela napas panjang. "Sienna, bisakah kita istirahat untuk beberapa waktu? Aku ingin kita merenungkan kembali mengenai hubungan kita."

"Maksudmu, KAU merenungkan apa saja kesalahan yang telah kau lakukan sehingga membuatku marah?"

"Ya, anggap saja begitu."

Sienna berdecak tidak sabar. "Katakan saja jika kau ingin putus denganku. Ada apa dengan alasan istirahat ini!"

"Aku sudah pernah memintanya berulang kali selama dua tahun terakhir. Lalu, memangnya kau mau mendengarkanku?"

"Ya! Aku sudah tidak tahan dengan pria yang selalu memikirkan dirinya sendiri. Kau juga tahu kan, aku sudah lama ingin berpisah denganmu. Hanya saja, kau selalu datang memohon-mohon agar aku tidak meninggalkanmu!" tukas Sienna. "Jangan hubungi aku lagi, jangan temui aku lagi, dan jangan memintaku untuk kembali padamu. Karena hubungan kita benar-benar berakhir!"

Telepon terputus sebelum Milo sempat menjawab. Sejujurnya, Milo merasa seolah beban terangkat dari bahunya. Terutama karena ia tidak lagi perlu merasa bersalah telah menikah di balik punggung kekasihnya itu.

Namun, Milo belum menemukan solusi untuk memperbaiki hubungannya dengan Isa. Tiba-tiba ia merasa tidak mengenal wanita itu dengan baik sehingga tidak tahu bagaimana memperbaiki suasana hatinya.

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang