• 17 - Is (S)He Thinking About Me?

1.6K 116 56
                                    

"Kau tidak perlu repot-repot seperti ini," kata Isa pada Milo yang sedang menyetir di sampingnya.

"Ini bukan masalah besar," balas Milo. "Kalian sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama sejak kau tinggal di Seattle. Waktu itu kudengar kau juga rindu padanya."

Milo membelokkan mobilnya ke arah sebuah hotel. Ia sudah memesan sebuah kamar agar Isa bisa menghabiskan akhir pekannya bersama Ivory, Mandy, dan Carrie. Milo sendiri mengatakan hari ini ia akan bertemu dengan Rick, seniornya saat kuliah di Oxford yang sedang berkunjung ke Amerika.

Milo ikut turun dari mobil dan menemani Isa masuk ke dalam hotel. Mereka disambut oleh manajer hotel ketika mereka memasuki lobi. Manajer itu mengantar mereka ke sebuah ruangan khusus untuk Isa menunggu teman-temannya yang lain.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang," kata Milo sambil mengusap kepala Isa. "Sampai bertemu besok."

"Terima kasih." Isa melambaikan tangan pada Milo yang pergi meninggalkan ruangan itu. Sebenarnya ia ingin memberi kecupan pada Milo, tetapi pria itu tidak terlihat ingin memberi ciuman juga padanya. Jadi, Isa mengurungkan niatnya.

Isa duduk di sofa dengan canggung, sementara ia disuguhi teh dan kue-kue. Isa belum pernah mendapat pelayanan seperti ini karena ia hampir tidak pernah berlibur bersama Milo sehingga mereka tidak pernah menginap di hotel bersama.

Setelah teman-teman Isa datang, manajer hotel tadi ikut mengantar mereka hingga ke kamar. Isa tercengang setelah tahu Milo memesan kamar presidential suite untuk mereka. Kamar itu merupakan kamar terbesar dan termahal, dengan tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, hingga kolam renang pribadi. Sama seperti teman-temannya, ini juga pertama kalinya Isa bermalam di kamar seperti ini. Bahkan Isa selalu meminta kamar yang standar setiap kali ia pergi menemani Milo ke Inggris untuk bertemu Siennna.

"Kalian tahu berapa harga kamar ini untuk satu malam? Bahkan kamar ini lebih besar daripada apartemenku!" ujar Carrie takjub. "Isa, terima kasih karena telah berbagi semua ini dengan kami. Suamimu memang yang terbaik."

Sebenarnya Isa sendiri tidak tahu Milo merencanakan ini semua untuknya. Pria itu hanya menyampaikan pada Ivory bahwa dia akan mentraktir spa untuk Isa dan teman-temannya ketika mereka ke Vancouver minggu lalu. Milo memang tidak pernah tanggung-tanggung dalam menunjukkan kasih sayangnya. Bahkan pria itu mengirimkan bingkisan dan voucher senilai lima ribu dollar sebagai ucapan terima kasih pada Louie, pria yang mengantar Isa pulang dari perkemahan waktu itu.

Setelah menikmati pijat, spa, hingga perawatan kuku tangan dan kaki, Isa dan teman-temannya kembali ke kamar. Mereka pergi ke kamar tidur masing-masing untuk berganti pakaian renang. Isa dan Mandy masing-masing menempati satu kamar, sementara Ivory dan Carrie berbagi satu kamar yang tersisa.

Isa memeriksa ponselnya dan melihat satu pesan dan satu panggilan terlewat dari Milo. Senyum merekah di wajah Isa, terutama ketika ponselnya kembali bergetar dengan nama Milo di layarnya. Ia segera menjawab panggilan itu.

"Ya, Milo?" Isa menunggu, tetapi tidak ada sahutan dari Milo. "Milo?"

Isa mengernyitkan dahi mendengar suara timbul-tenggelam dari seberang. Sepertinya Milo sedang berada di mobil yang berjalan. Apa kebetulan Milo menghubungi Isa dengan tidak sengaja? Sesekali Isa bisa mendengar Milo berbicara tentang jalan dan lalu lintas, tetapi ia tidak bisa mendengar suara orang yang bersamanya. Tiba-tiba Isa merasa cemas. Apakah sebenarnya Milo pergi bersama Sienna, dan bukan seniornya, seperti yang Milo katakan padanya?

"Isa, ada room service." Ivory tiba-tiba muncul di pintu kamar. Ia melihat Isa dengan ponselnya di telinganya. "Aku akan menerimanya."

Setelah Ivory pergi, Isa memutuskan untuk tidak mendengarkan pembicaraan Milo lagi, meski tidak disengaja. Ia juga tidak peduli jika Milo memang benar-benar pergi bersama Sienna.

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang