• 8 - Consolation

1.5K 136 32
                                    

Milo mengetuk pintu berkali-kali dengan pot berisi tanaman bonsai di tangan kiri, dan paper bag di tangan kanan. Seharusnya Sienna tahu Milo yang datang, karena hanya dia yang tahu tempat tinggalnya. Setelah hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya pintu terbuka. Seperti yang Milo duga, Sienna menunjukkan wajah masamnya sebelum mengayunkan pintu hingga menutup kembali. Namun, dengan sigap Milo menahan pintu dengan kakinya.

"Kau boleh marah setelah aku menjelaskan semuanya," kata Milo.

Sienna berbalik tanpa mengatakan apapun, sementara Milo mendorong pintu dengan bahunya hingga terbuka. Kemudian wanita itu berdiri menghadap Milo dengan kedua lengan dilipat di depan dada.

"Jelaskan," tuntut Sienna.

"Semalam Isa membantu mengantarkan ini untukku, tapi terjadi sesuatu. Jadi, aku harus membawanya pergi saat itu juga," jelas Milo sambil menunjukkan barang-barang yang dibawanya.

"Sangat darurat sampai kau tega meninggalkanku sendirian di sana?"

"Sangat darurat sampai aku bisa mengabaikan ayahku jika saat itu dia menyuruhku datang."

Sienna menatap Milo. Wanita itu tahu sekeras apa kepala keluarga Kingham itu. Jadi, seharusnya Sienna mengerti seperti apa situasinya saat itu, tanpa Milo perlu menjelaskannya.

"Aku tahu, aku bersalah karena meninggalkanmu, tapi aku tidak punya pilihan. Maafkan aku," lanjut Milo.

"Jadi, kau melupakan hari jadi kita?" tanya Sienna, mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak melupakannya. Aku hanya tidak sempat mencari hadiah, makanya aku meminta bantuan Isa," elak Milo.

"Kau kan sering mengunjungiku. Kenapa kau tidak mengajakku untuk mencari hadiah yang kuinginkan? Kenapa harus meminta bantuan orang lain?"

"Kau selalu mengatakan ingin hadiah kejutan. Jika aku mengajakmu, namanya bukan kejutan lagi. Lagi pula, Isa bukan orang lain. Dia satu-satunya orang yang mengetahui hubunganku denganmu hingga saat ini."

Sienna menatap Milo. Entah mengapa ia merasa tidak nyaman dengan seseorang yang bernama Isa ini. "Kalau begitu, pertemukan aku dengannya. Kau bilang terjadi sesuatu padanya saat dia mengantarkan semua ini."

"Untuk apa? Dia bukan dalam kondisi yang bisa kau jenguk."

"Lalu, sebenarnya apa yang terjadi padanya?"

"Aku tidak bisa memberi tahumu soal itu."

"Kau lebih mementingkan aku atau Isa?" tanya Sienna tiba-tiba.

Milo mengernyitkan dahi. "Pertanyaan macam itu?"

"Ha, sekarang kau bahkan tidak langsung menjawabnya? Pergilah, urus saja Isa-mu itu."

Sienna menepis pot di tangan Milo hingga terjatuh ke lantai. Milo menatap pot yang rusak dan tanah yang berantakan sambil menghela napas panjang.

"Aku lelah dengan sikapmu yang seperti ini. Aku akan menemuimu lagi setelah marahmu mereda." Milo berbalik untuk pergi, tetapi Sienna buru-buru memeluk pinggangnya dari belakang.

"Kenapa sekarang kau begitu keras padaku?" lirih Sienna di punggung Milo. "Aku hanya merasa semakin jauh darimu, padahal kini aku berada di dekatmu. Tidak bisakah kita bersama-sama seperti sebelumnya?"

Milo kembali menghela napas. "Sienna, keadaan kita sudah berbeda dari yang dulu. Dulu aku masih kuliah dan bisa sering menghabiskan waktu bersamamu. Sekarang aku bertanggung jawab atas perusahaan ayahku dan untuk orang-orang yang bekerja di sana."

"Kalau begitu, tinggallah di sini bersamaku. Dengan begitu, kau masih pulang padaku walau kau sibuk."

"Aku tidak bisa tinggal denganmu. Keadaannya rumit dengan ayahku selama tiga tahun ini. Bisa mencuri-curi waktu untuk mengunjungimu saja sudah cukup bagiku." Milo berbalik dan meraih wajah Sienna dengan kedua tangannya. "Yang penting, kita masih bisa bersama. Ya, kan?"

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang