• 11 - Out Of Reach

1.4K 143 50
                                    

Isa terbangun dan merasakan lengan yang kekar di bawah lehernya. Ia membuka mata, mendapati Milo yang tidur dengan mulut terbuka di sampingnya. Jantungnya seolah mendesak untuk keluar saat menyadari dirinya berbaring sambil memeluk dada pria itu.

Isa mengangkat lengannya dengan hati-hati dan beringsut menjauh dari Milo. Ia merasa gugup karena kini ia bisa melihat wajah Milo dengan jelas dibandingkan semalam. Pipinya terasa panas mengingat bagaimana ia merasakan kenikmatan yang sama seperti malam itu, saat ia menjemput Milo yang minum-minum bersama teman-temannya. Isa merasa sangat intim dengan Milo setelah kulit mereka saling bersentuhan, saat ia memeluk pria itu. Terutama karena Milo melakukannya dalam keadaan sadar semalam.

Milo begitu pintar mengeksplorasi bagian-bagian yang Isa tidak tahu bisa menimbulkan efek berbeda-beda di tubuhnya. Bahkan pria itu meninggalkan beberapa jejak di kulitnya. Isa sempat khawatir ia akan hilang akal setelah merasakan sensasi itu untuk kedua kalinya. Namun, sama seperti sebelumnya, Isa segera menghentikan Milo saat pria itu mencapai bagian paling pribadinya. Ia masih ingin merasakan sentuhan Milo, tetapi ia mengaku belum terbiasa, dan takut untuk melakukan hal yang lebih jauh dari itu. Tanpa banyak protes atau memaksa, Milo menuruti permintaan Isa, dan menarik diri darinya. Bahkan pria itu membantu Isa memakai kausnya kembali agar tidak kedinginan saat tidur.

Milo menggeliat dan berbalik menghadap Isa. Ia sempat terlonjak saat menyadari Isa berada di depan wajahnya. "Astaga, kupikir aku melanggar peraturan," gumamnya. Ia memandang Isa dengan tatapan lembut, membuat Isa salah tingkah. "Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?"

Isa mengangguk. "Bagaimana denganmu? Akhir-akhir ini kau memiliki mata panda," katanya sambil mengusap kantong mata Milo dengan ujung jarinya.

"Aku tidur dengan baik semalam." Milo mengecup kening Isa, lalu merebahkan kepalanya di bahu Isa, dan memeluknya. "Kurasa karena udara yang dingin, dan kau ada di sampingku, aku merasa lebih bersemangat pagi ini."

Awalnya Isa bingung dengan maksud ucapan Milo. Namun, kemudian ia bisa merasakan sesuatu yang keras menekan pahanya. Isa semakin gugup saat Milo memasukkan tangannya ke balik kausnya dan mengusap tubuhnya. Milo berbaring diam seperti itu untuk beberapa lama, sehingga Isa mengira pria itu tidur lagi.

"Kau takut?" tanya Milo tiba-tiba.

"Tidak," jawab Isa.

Milo memberi kecupan di leher dan dagu Isa. "Isa, kenapa dulu kau melarang adanya ciuman dalam perjanjian kita, terutama di bibir?"

"Karena yang kutahu setiap ciuman itu ada maknanya. Ciuman di pipi dan kening menunjukkan kasih sayang yang biasa dilakukan oleh keluarga dan orang terdekat. Bahkan dalam beberapa budaya, ciuman di pipi merupakan bentuk sapaan. Ciuman di tangan menunjukkan rasa hormat. Ciuman di hidung murni menunjukkan rasa kasih sayang—yang menurutku menggemaskan. Sementara, ciuman di bibir menunjukkan rasa cinta dan keintiman," tutur Isa.

"Itu sebabnya dulu kau melarangku untuk menciummu lagi?"

Isa mengangguk. "Menurutku, ciuman di bibir bisa sangat mengikat seseorang secara emosional. Bahkan dua orang asing bisa merasa tertarik satu sama lain, meskipun mereka hanya satu kali berciuman. Makanya kau tidak bisa mencium seseorang jika kau tidak memiliki perasaan padanya."

"Tapi selama ini aku hanya mencium perempuan yang kusukai, kok."

Lagi-lagi Isa berusaha menebak-nebak, apa yang tersirat dari ucapan Milo. Milo membenamkan bibirnya di leher Isa, sementara tangannya mengusap punggung wanita itu.

"Semua bagian tubuhmu terasa hangat, Isa." Milo bergumam di dekat telinga Isa. "Seandainya aku bisa melakukan ini setiap pagi."

Dada Isa berdegup kencang saat akhirnya Milo mengangkat kepalanya. Pria itu menunduk lalu mencium bibir Isa dengan lembut, tidak sepanas semalam. Diam-diam Isa bertanya-tanya, apa yang akan terjadi jika mereka melakukan ini setiap pagi. Kemudian Milo menyesap bibir bawah Isa dengan gusar.

inamorataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang