EPILOG

41 3 0
                                    

Detak jantung Ba Da berpacu dengan waktu, terdengar lengkingan monitor jantung di belakang seorang dokter anestesi yang tampak panik, tapi gadis ini tak bisa mendengar apa pun yang dikatakan olehnya. Di hadapan Ba Da seorang wanita terbaring di atas meja operasi dengan badan yang mengejang, tapi tangan dokter manis ini terus menggali pada sayatan yang dibuatnya. Dia panik ingin segera mengeluarkan bayi mungil itu dari tempatnya. Namun, posisi wanita itu serta darah yang tiba-tiba mengalir lebih banyak dari sayatan yang dibuat membuat tangan Ba Da gemetar.

"Tanda vital pasien terus menurun, Dokter!" Akhirnya, terdengar samar-sama suara si dokter anestesi tadi, Ba Da terkesiap lalu mengingat hal yang diajarkan So Woon.

"Magnesium sulfat," ucap Ba Da di tengah kondisi yang mengerikan itu, "tetap tranfusikan darah, kita tidak boleh kehilangan pasien."

Pasien itu perlahan berhenti kejang dan Ba Da coba mengontrol pendarahan yang sudah menutupi bagian rahim pasien, dia berhasil membersihkannya. Lalu, mencoba sebisa mungkin agar bayi itu bisa diselamatkan, dengan sabar dan penuh kehati-hatian.

"Bayi laki-laki Nyonya Eunhee telah berhasil dilahirkan," ucap Ba Da, mata gadis itu berkaca-kaca saat dirinya mengelap sisa darah dari tubuh si bayi yang kini menangis.

"Terima kasih, Dokter." Wanita itu tiba-tiba berbicara, tapi matanya masih tertutup. Ba Da sedikit terperanjat, tapi tidak menutup kemungkinan ada kebahagiaan tersendiri saat dia bisa mendengar kalimat itu terucap dari si pasien.

"Kau hebat, Ba Da." Min Hyun tiba-tiba muncul di dalam ruangan itu dengan jas cokelat, juga senyum menawan yang terpatri di wajahnya.

"Park Min Hyun, kau tidak boleh menggunakan pakaian itu di ruang operasi," tegur Ba Da, tapi pria itu hanya menaikkan satu alisnya.

"Bangun, Ba Da." Suara itu berulang-ulang masuk ke dalam pendengaran Ba Da, awalnya gadis itu tidak mengerti, hingga semburat cahaya putih menyadarkan dirinya.

"Min Hyun?" Mata gadis itu mengerjap dan mulutnya terbuka untuk menguap. Perlahan Ba Da merenggangkan tubuh dan penglihatannya mulai jelas.

"Akhirnya, Dokter bedah umum kita bangun." Min Hyun cemberut di samping gadis itu. "Dasar curang, katanya akan menemaniku selama perjalanan. Nyatanya kau tidur," omel Min Hyun, tubuhnya disandarkan pada jok mobil dan bola mata hitam itu tampak menatap lurus ke depan.

"Maaf, sepertinya aku kelelahan karena sering menggantikan So Woon, dia sedang berada di trisemester pertama kehamilan. Juga ... aku memimpikan seseorang spesial tadi, hatiku benar-benar tenang dibuatnya." Ba Da memeluk dirinya dengan senyum yang mengembang.

Min Hyun menyeringai dengan penuh kebanggaan. "Kenapa kau harus memimpikan aku? Padahal aku sudah ada di sampingmu," ucap pria itu dengan sombong.

"Aku tidak sedang memimpikanmu," goda Ba Da, gadis ini tertawa jahil saat melihat air muka pria itu kembali cemberut. "Baiklah, kau juga ada di sana. Menyebalkan," lanjut Ba Da dan Min Hyun tampak ceria dibuatnya.

Bau asin, terik matahari, ombak yang tergulung dan lambaian angin laut yang menderu. Menjadi suasana paling ditunggu oleh Ba Da sejak tadi pagi Min Hyun menjemputnya, keduanya mengendarai mobil pria itu dengan kecepatan sedang. Karena musim dingin sudah datang, mereka mau tidak mau mencari laut yang masih hangat. Pantai Daecheon di Boryeong-si, Chungcheongnam-do menjadi pilihan keduanya. Di samping aksesnya yang cepat, pantai ini juga menjanjikan suasana matahari tenggelam yang indah setiap harinya.

"Ketatkan mantelmu, angin laut cukup dingin hari ini. Syukurlah, tidak turun salju, kalau tidak pemandangan lautnya pasti tidak akan seindah ini." Min Hyun menarik mantel Ba Da dan merapatkannya.

"Di mana pun tempatnya, asal bersama Min Hyun akan selalu menjadi tempat yang indah," celetuk gadis itu dan membuat Min Hyun tersipu.

"Ah, sejak kapan kau pandai berkata-kata manis seperti ini? Ya, kakiku sampai lemas karena mendengarnya." Min Hyun beringsut ke pasir putih, dia berpura-pura pingsan karena kalimat yang baru saja Ba Da lontarkan.

Gadis ini ikut duduk di sampingnya dengan tawa yang tak lepas dari wajahnya, Min Hyun bangkit dan menatap sisi kiri wajah Ba Da yang tampak lembut. Tangan pria ini terulur untuk membawa tubuh mungil itu bersandar pada bahu bidangnya.

"Ba Da, ada hal lucu yang akan kuceritakan hari ini," ucap Min Hyun. Sontak keduanya saling tatap. Pupil mata Ba Da membesar, menunjukkan rasa penasarannya.

"Apa itu?"

"Jadi, aku tidak sengaja membaca nama website-mu di biodata dan entah kenapa itu terlihat sangat familier. Sampai aku mencoba mencarinya di search bar dan kau tahu? Ternyata, website itu adalah milik seseorang yang telah menghiburku di masa-masa kehilangan dua tahun lalu," ucap Min Hyun sembari mengecup pelan kening gadis itu.

Ba Da menutup mata, hatinya terasa hangat dan perlahan air mata terkumpul di pelupuk matanya. "Apa kau anggota website-ku? Aku pikir itu tidak memberikan manfaat apapun pada orang lain," ucap Ba Da ragu.

"Tidak konyol, sama sekali tidak. Aku senang ketika menemukan website itu, terlebih lagi cerita-cerita lucu tentangmu dan adikmu yang kini sudah kutahu bagaimana rupanya. Semua itu terasa seperti obat dan aku bersyukur, tapi sayangnya website itu berhenti beroperasi awal tahun ini." Min Hyun kembali menatap lurus pada lautan lepas.

"Seseorang melamarku dan aku melupakan segalanya," kilah gadis itu, dia sedikit terkekeh saat melihat wajah Min Hyun yang meledeknya. Lubang hidung pria itu membesar dengan bibirnya yang ditarik ke bawah. "Berhenti menunjukkan wajah aneh itu."

Min Hyun tetap menunjukkannya, sebelum dirinya melepas rangkulan dan berdiri di hadapan Ba Da. "Karena aku tidak sempat mengucapkan terima kasih, aku menuliskan sebuah catatan kecil di laptopku dan menunggu sampai website My Beautiful Sea kembali diaktifkan, tapi karena aku bertemu pemiliknya, aku memodifikasinya sedikit."

Dahi Ba Da mengerut, membuat alisnya tertaut. Min Hyun mengeluarkan selembar kertas yang sudah tampak usang dan kumal. Dia berdeham untuk melonggarkan rasa mencekat di tenggorokannya dan tersenyum malu-malu pada Ba Da.

"Ba Da~ya! Laut berwarna biru dan hijau itu sedang menjamu hatiku. Maukah kau hadir untuk meringankan langkah ini di pasir panas yang tersengat matahari pagi? Aku hanya ingin menyemai kebahagiaan denganmu, mengecap banyak rasa yang akan kau tinggalkan. My Sea! My Beautiful, Sea."

"Apa itu?" Kebingungan tampak di wajah Ba Da, walau tidak bisa dia pungkiri, kalimat yang barusan diucapkan oleh Min Hyun adalah suatu hal yang indah.

"Puisi abal-abal yang aku buat selama berkirim email denganmu." Min Hyun terkekeh dan Ba Da mendecak merasa gemas dengan tingkah laku pria ini.

"Ayo, kita menikah saja," tawar Ba Da saat dia bangkit untuk mensejajarkan diri dengan Min Hyun.

"Hei, kau tidak boleh curang. Harusnya aku yang mengatakan hal itu terlebih dahulu," protes Min Hyun, tapi Ba Da hanya menjulurkan lidah dan mulai berlari. "Ba Da, mau ke mana kau? Larilah, aku akan mengejarmu ke mana pun kau akan pergi!"

Dua orang ini berlari dengan riang di tepi pantai, suara ombak mengalun seiring dengan tawa renyah yang lahir dari mulut keduanya. Satu per satu Park Min Hyun dan Kwon Ba Da membuat memori baru, menghempaskan segala luka dan dalam waktu yang cukup pendek itu saling menyembuhkan.

"Min Hyun, apa yang akan kau lakukan besok?" Ba Da berjalan beriringan bersama Min Hyun, dengan pria itu mengalungkan lengannya pada pundak Ba Da.

"Mencintai Ba Da, kalau kau?" tanya Min Hyun balik.

"Mencintaimu, Park Min Hyun." Keduanya tergelak, sedikit geli, tapi tak bisa dibantah, bahagia itu sekarang menjadi milik mereka.

-fin-


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY BEAUTIFUL SEA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang