Part 7

802 101 72
                                    

Hari-hari berlalu, krist masih berusaha untuk merayu singto agar menjadi miliknya namun singto tetap kekeuh dengan keputusannya, ia memang tak mau menjadi kekasih krist tetapi ia tak pernah menolak jika krist menginginkan tubuhnya.

Singto hanya mencoba setia dengan natt walau sudah 3 bulan ini natt hilang entah kemana, singto sudah mencari ke rumah dan kantor natt berkerja namun tak ada tanda-tanda keberadaan pria itu, entahlah lagi dan lagi singto mencoba mengerti, mungkin natt sedang ada masalah dan membutuhkan waktu untuk sendiri, itu yang berada di benaknya.

Singto juga sudah membayar sewa rumahnya dan tentunya menggunakan uang dari krist. Singto senang berkerja di perusahaan krist namun ia tak pernah bisa cocok dengan teman-temannya, entah kenapa tak ada yang menyukai dirinya selain off.

Hanya off teman singto di sana, yang lain selalu menjauhinya. Padahal singto termasuk orang yang pandai bergaul, dulu saat berkerja di restoran ia mempunyai banyak teman, mau itu bagian waiters, chef atau apa, tidak seperti saat ini dia seakan di jauhi.

Singto sudah sering mencoba mendekati mereka namun semua menjauh, apa salahnya? Ia juga merasa sering di bicarakan namun singto tak tahu karna masalah apa.

Saat ini jam istirahat telah tiba, singto menyimpan peralatan tempurnya kemudian menghampiri teman kerjanya.

"Ayo makan siang bersama?"

"Tidak" ucap orang tersebut kemudian pergi dari sana.

Tak lama datang off menghampirinya dan menepuk pundaknya.

"Ayo makan"

"Kenapa tak ada yang mau berteman dengan ku" ucap singto.

Keduanya berjalan kecil menuju kantin.

"Abaikan saja, bukankah aku mau berteman dengan mu"

"Tapi saat aku berkerja di restoran aku mempunyai banyak teman, semua karyawan di sana mau berteman dengan ku tak peduli apa jabatan mereka, disini walau sesama cleaning servis juga tak ada"

"Tapi kamu beruntung bisa dekat dengan CEO perusahaan ini" bisik off.

"Jika di suruh memilih aku mau meninggalkan satu CEO demi semua teman-teman ku itu"

"Kenapa?"

"Aku hanya butuh teman off, bagaimana aku betah berkerja jika mereka tak ada yabg mau berteman dengan ku, mereka bahkan sering memberi ku banyak perkerjaan"

"Singto keruangan ku" ucap krist yang baru saja lewat.

Mereka baru saja tiba di kantin sekarang.

"Tidak" ucap singto.

Membuat krist menghentikan langkahnya dan menatap singto.

"Maaf tuan, tapi sekarang jam istirahat aku ingin makan bersama off" ucap singto dengan nada yang sangat kecil dan menundukan kepalanya.

Krist berjalan mendekat ke arah singto namun singto memundurkan langkahnya membuat krist menghentikan langkahnya.

"Tatap aku!"

Singto mengggelengkan kepalanya, jika itu di tempat sepi singto bahkan dengan berani membuka celananya dan meminta atasannya itu untuk menusuk lubangnya sekarang di tengah keramaian ada sebagian mata menatap ke arah mereka membuatnya harus menjaga image.

"Baiklah, setelah makan keruangan ku"

Singto hanya mengangguk kemudian mencari tempat duduk bersama off. Banyak mata menatap ke arah dirinya dan off, singto sudah terbiasa dengan hal itu hanya saja masih sedikit risih.

Setelah makan siang, singto beranjak lebih dulu mengingat jika ia di panggil krist keruangannya tadi.

"Cih dasar jalang"

"Pria simpanan" dan masih banyak lagi cacian yang di dengar oleh singto.

Namun singto berusaha untuk tak menghiraukannya dan terus berjalan menuju ruangan krist.

*Ceklek.. pintu terbuka dan singto masuk ke dalam ruangan krist, ia memang hampir setiap hari keluar masuk ruangan tersebut.

"Kenapa om?"

"Aku merindukan mu"

Singto berjalan mendekat ke arah krist dan duduk di pangkuan krist, dia memang sering melakukan itu.

"Aku menginginkan tubuh mu" bisik krist.

"Aku sedang tak enak badan"

"Apa kamu sakit?"

"Entahlah, aku selalu pusing akhir-akhir ini" ucap singto sembari menenggelamkan wajahnya di ceruk leher krist.

Krist mengusap lembut punggung singto, keduanya saling terdiam dengan waktu yang cukup lama.

"Apa sudah minum obat?"

"Sudah tadi pagi"

"Bagus, sekarang istirahat di sini jangan berkerja"

"Tidak, aku akan tetap berkerja"

"Ini perintah"

"Dengan aku berkerja saja mereka masih menjauhi ku apa lagi jika aku tak berkerja nanti"

"Siapa?"

"Tidak ada" gumamnya kecil.

Krist menatap wajah singto sangat pucat, tak terlihat seperti biasanya.

"Apa pusing lagi sekarang"

"Iya, aku ingin muntah" ucap singto sembari beranjak dari pangkuan krist dan berjalan menuju toilet.

Cukup lama dirinya berada di toilet, singto keluar dan sudah ada krist berada di depan pintu.

"Apa kamu baik-baik saja" tanya krist cemas, singto dapat melihat itu, apa krist menyukainya? Ia pikir selama ini krist hanya menginginkan tubuhnya saja.

Singto hanya menganggukan kepalanya, kemudian keduanya berjalan menuju sofa, krist duduk di sana dan singto merebahkan kepalanya di paha krist kemudian memejamkan matanya. Krist mengusap lembut kepala singto hingga membuat singto nyaman dan tertidur.

















Tbc.

Mine √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang