Part 9

844 95 34
                                    

Sudah satu minggu singto di rawat di rumah sakit dan krist selalu setia menemani dirinya, hari ini ia sudah di perbolehkan untuk pulang, singto juga sudah mengganti baju pasiennya tadi.

"Maafkan aku" ucap krist, memecah keheningan, saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Sudahlah om, sudah satu minggu om mengucapkan kata maaf aku sampai bosan mendengarnya"

"Aku hanya merasa bersalah"

"Lagi pula semua sudah terjadi, dari mana om tahu rumah ku?"

"H-hah?"

"Bukankah om tak pernah bertanya sebelumnya? Jadi om tahu dari mana?"

"Dari off"

"Oh... Ini bukan jalan ke rumah ku" ucap singto.

"Mulai hari ini kamu tinggal di rumah baru kita"

"Tidak mau, aku bukan siapa-siapa om lagi pula aku sudah sehat sekarang"

"Jangan membantah sing, aku sudah membeli rumah untuk kita"

"Bukankah om sudah punya istri"

"Memangnya kenapa?"

"Aku tak mau jadi simpanan!"

"Mau tak mau harus mau!"

"Tidak, lagi pula aku masih mempunyai kekasih"

"Shit! Sudah 5 bulan dia tak menemui mu kenapa kamu masih mengharapkannya!"

"Om tahu dari mana? Bukankah aku tak pernah cerita?" Ucap singto sembari menatap mata krist membuat krist gelagapan.

"Om mencurigakan! Om tahu alamat rumah ku dan om juga tahu phi natt tak pernah menemui ku lagi selama 5 bulan ini!"

"A-aku hanya tahu"

"Benarkah??"

"Hmmm, lupakan kekasih mu itu mulai sekarang belajar mencintai ku singto!"

"Tidak mau"

"Apa kamu mau anak mu tidak mempunyai daddy nanti"

"Anak? Sejak kapan aku punya anak"

"Kamu hamil sekarang, sudah dua bulan"

*Deg...

"Om tak pernah cerita sebelumnya"

"Sekarang aku cerita, sekarang kamu hamil, saat kamu merasa pusing dan mual itu karna bawaan janin bukan karna kamu sakit keras"

"O-om... A-aku tak mau hamil" ucap singto membuat krist terkejut dan reflek berhenti mendadak.

"Kenapa!?"

"Bukankah sudah ku katakan aku mencintai phi natt!!"

"Shit! Lupakan dia singto!! Apa kurangnya aku! Aku bahkan lebih kaya dari pria itu!"

"A-aku tak mencintai om, kita melakukan itu karna saling membutuhkan bukan di dasari oleh cinta"

"Tapi aku mencintaimu"

"A-aku tidak"

Krist menjalankan mobilnya lagi dan tak memperdulikan ucapan singto, ia harus bisa mengontrol emosinya sekarang mengingat jika singto tengah hamil anaknya.

30 menit kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah mewah, krist membukakan singto pintu mobil kemudian singto keluar, krist membawa singto masuk ke dalam dan memperlihatkan kamar mereka.

"Istirahat, aku akan kembali ke kantor"

Sedangkan singto hanya diam.

"Jangan pernah melakukan hal bodoh atau kamu akan menyesal nanti" setelah itu krist langsung pergi dari sana, ia perlu menyegarkan pikirannya sekarang.

Setelah krist pergi singto merebahkan tubuhnya di kasur, memikirkan semuanya, bagaimana ia bisa hamil? Padahal sebelum ia bertemu krist ia juga sering berhubungan dengan natt namun tak sampai hamil dan sekarang natt hilang entah kemana, setidaknya beri singto penjelasan atau putuskan hubungan mereka, ia akan menerima itu, singto menatap ponselnya kemudian mencoba menghubungi nomor natt lagi namun masih tidak aktif. Singto menyimpan ponselnya di atas nakas kemudian memejamkan matanya dan terlelap.

Di tempat lain saat ini krist tengah meeting di luar kantor, ia tak terlalu fokus mendengar ucapan kliennya karna terlalu memikirkan singto, ia takut singto pergi dari rumah atau singto mencoba menggugurkan kandungannya.

"Tuan krist" ucap kliennya

"Tuan"

Patt menyentuh tangan krist yang berada di sampingnya sehingga membuat krist tersadar dari lamunannya.

"Ada apa?" Tanya krist.

"Bagaimana?" Ucap kliennya.

"Baik tuan, kami akan memikirkannya sekali lagi, terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir di pertemuan ini" ucap patt.

Keduanya saling berjabat tangan setelah itu kliennya pergi.

"Terima kasih" ucap krist.

"Sudah menjadi tugas saya"

"Apa lagi jadwal ku?"

"Tidak ada, kita bisa kembali ke kantor sekarang"

Baru saja krist beranjak ponselnya sudah berdering.

"Kenapa?"

"Tawanan kita melarikan diri tuan"

"Bodoh! Menjaga satu orang saja tak becus!"

"M-maaf kami akan menemukannya secepatnya"
.
.
.
Krist menginjakan kaki di rumahnya dan langsung mencari keberadaan singto, ia takut singto pergi darinya atau bahkan natt sudah menemukannya.

Krist melihat di kamar namun tak ada keberadaan singto ia mencari ke setiap penjuru rumah dan menemukan singto di dapur tengah memasak. Krist langsung memeluk tubuh singto dari belakang.

"Kenapa om?"

"Kamu tak mencoba untuk kabur?"

"Tidak, kenapa harus kabur?"

"....."

"Besok aku akan masuk kerja" ucap singto

"Tidak usah, aku akan membiayai hidup mu mulai sekarang, aku tak ingin kamu lelah"

"Tidak akan, lagi pula aku bosan berada di rumah seperti ini"

"Baiklah, tapi berangkat dan pulang bersama ku"

"Iya"
.
.
.
.Di tempat lain saat ini natt tengah lari dari kejaran anak buah krist, ia tak tahu salahnya apa, ia bahkan tak mengenal krist sebelumnya namun saat itu tiba-tiba dua mobil hitam menghalangi dirinya di tepi jalan dan menyuruhnya keluar, krist meminta natt untuk menjauhi singto, natt sempat menolak namun ia di hajar oleh anak buah krist hingga ia babak belur dan jatuh pingsan.

Natt terbangun di rumah sakit dan di depan ruangannya terdapat banyak orang-orang berbaju hitam yang tak di kenalinya, ia yang takut dengan itu semua langsung membuat perjanjian dengan krist, ia berjanji tak akan menemui singto lagi dan akan pergi sejauh mungkin dari kota itu. Dia pikir setelah itu hidupnya akan aman namun ia salah ternyata Krist masih menyuruh beberapa orang anak buahnya untuk mengawasi dirinya di kota baru tempat tinggalnya.

Natt merasa tak tenang dengan itu semua, ia tak suka jika harus di awasi setiap saat itu sebabnya natt memilih melarikan diri dari kotanya sekarang, ia akan mencari singto dan memberitahu semua apa yang di lakukan krist terhadapnya, dia juga ingin bertanya tentang hubungan singto dan krist, karna sebelum itu ia merasa jika hubungannya dan singto baik-baik saja, ia memang hanya sedikit sibuk saat itu bukan berarti dia bermain di belakang singto.






















Tbc.

Mine √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang