Sejak kepulangan dari pemakaman Kenzo, Hanum dan Kusuma tak henti-hentinya menangis. Mereka merasa sangat menyesal dengan apa yang telah mereka perbuat dengan Kenzo anaknya. Bahkan sebagai orang tua mereka tak tahu jika anaknya mengidap penyakit leukemia stadium akhir. Ya Tuhan! Jika waktu bisa di putar kembali mereka tidak akan berbuat keras terhadap Kenzo anaknya.
"Ini semua salah Papa, Papa yang selalu kekang dia. Maafin Papa, Ken. Maaf!" raung Kusuma.
Ingatannya menerawang saat pemuda itu, Kenzo masih hidup.
Seorang remaja laki-laki dengan seragam putih birunya berlari sembari membawa kertas hasil ujiannya. Wajahnya yang dihiasi senyuman semakin membuatnya terlihat manis.
Laki-laki itu berlari kencang masuk ke dalam rumah, tujuannya hanya satu mencari keberadaan sang Papa.
"Papa, papa! Ken, ada berita baik!" ucap Kenzo saat sudah bertemu dengan Kusuma yang sedang duduk bersama Hanum di ruang keluarga.
"Kenapa kamu teriak-teriak hah?!" tanya Kusuma tak suka.
Kenzo memberikan kertas ujiannya kepada Kusuma. "Ken dapat nilai 90 puluh Pa. Ken udah berusaha seperti yang Papa inginkan, nilai MTK Ken 90 Pa, Ken ada peningkatan," ucap Kenzo sembari tersenyum lebar.
Dengan seenaknya Kusuma merobek kertas ujian milik Kenzo membuat Kenzo sedikit terkejut.
"Pa, kenapa kertas ujiannya di robek?"
"Dasar anak tak tahu di untung! Sudah capek-capek Papa menyekolahkan kamu di tempat elit! Dan bimbel yang mahal! Tetap saja nilai kamu hanya 90! Lihat Azka, dia selalu nomor satu apa kamu tidak malu dengan dia hah?!" Bentak Kusuma menatap nyalang kearah Kenzo.
"Pa, Ken akan berusaha lebih keras. Ken janji akan mengalahkan Azka. Tapi tolong Papa hargai usaha Ken. Ken selalu belajar sampai tengah malam pa. Ken rela nggak makan hanya untuk belajar. Fisik Ken mulai lelah Pa, setiap hari hidung Ken selalu keluarin darah, Ken hanya pengen Papa bangga sama usaha Ken. Apa itu sulit Pa?" ucap Kenzo dengan sedikit terisak.
Bruk!
Tubuh mungil Kenzo di dorong oleh Kusuma menyebabkan tubuh Kenzo jatuh tersungkur ke lantai. Tak ada yang menolongnya, Hanum sang Mama hanya menonton, menyaksikan Kenzo yang menangis.
"Dasar cengeng! Bilang saja kamu malas belajar! Pokoknya Papa nggak mau tau kamu harus mengalahkan anak teman Papa Azka!!!" Tegas Kusuma, pergi begitu saja meninggalkan Kenzo yang malang.
Tangisan Kusuma semakin menjadi-jadi, bahkan ia memukuli tubuhnya sendiri.
"Ken! Maafin Papa nak! Maaf, maaf! Hanya keegoisan Papa kamu menjadi korban. Maafin Papa, kembali Ken, kembali, Papa akan peluk kamu sayang, Papa janji," ucap Kusuma dengan suaranya yang purau.
"Terlambat! Kalian sudah terlambat! Nggak ada gunanya menangis. Kalian bukan manusia kalian iblis! Bertahun-tahun kalian menyiksa Kak Ken, bertahun-tahun juga Kak Ken kesakitan karena ulah kalian. KALIAN IBLISSSS! KALIAN UDAH AMBIL KAK KEN, KALIAN UDAH AMBIL PUNYA KEYSHA!" Teriak Keysha dengan histeris, barang-barang yang ada di dalam rumah ia banting.
Hanum menangis, ia memeluk erat Keysha yang histeris.
"Maaf, maaf! Maafin Mama Key," ucap Hanum.
"Terlambat Ma, terlambat! Kata maaf Mama dan Papa nggak sebanding dengan apa yang dirasakan Kak Ken selama ini. Kalian nggak tau sebanyak apa luka lebam di badan Kak Ken saat di pukuli Papa, kalian nggak tau saat Kak Ken nahan sakit karena penyakit leukemia-nya. Kalian nggak tau gimana Kak Ken rapuh tapi berusaha tegar di hadapan kalian. Kalian nggak akan tau! Karena kalian adalah manusia yang tak punya hati! Key benci kalian!!" ucap Keysha, gadis itu segera berlari meninggalkan rumahnya, tak menghiraukan panggilan dari kedua orangtuanya.
Keysha berjalan tak menentu arah, hari pun sudah gelap. Tak sadar ia sudah berada di atas jembatan gantung. Keysha melihat kebawah, air sungai yang tampak sangat deras, apa ia harus mengakhiri hidupnya? Ia hanya ingin berkumpul dengan orang yang ia cintai.
Keysha menatap kearah langit. "Kak Ken, tunggu ya? Keysha mau nyusul Kak Ken," ucap Keysha sedikit terisak.
Keysha memejamkan matanya, baru saja ia mau melompat suara seseorang menghentikan aksinya.
"Bunuh diri nggak akan menyelesaikan masalah. Yang ada bunuh diri membuat masalah yang baru, kamu pikir dengan cara kamu bunuh diri selesai gitu aja? Nggak akan, di akhirat nanti jasad mu nggak akan diterima di bumi maupun di langit," ucap seorang pemuda menatap kearah Keysha.
"Pergi kamu! Kamu nggak tahu apa yang aku rasain makanya kamu ngomong seperti itu," ucap Keysha.
"Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa, Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya," ucap pemuda itu membuat Keysha terdiam.
"Bunuh diri bukan hal tepat untuk menyelesaikan masalah. Bunuh diri perbuatan yang paling tidak disukai sama Allah karena melawan takdir," ucap pemuda itu lagi membuat Keysha menangis.
Keysha terduduk gadis itu menangis.
"Aku nggak punya tujuan hidup lagi, orang yang aku sayangi udah pergi, dia meninggal kemarin malam. Kakak aku meninggal! Dia satu-satunya orang yang ngertiin aku, dia yang selalu ada setiap aku butuh. Sekarang dia udah nggak ada, lantas buat apa aku hidup? Aku pengen mati!" Raung Keysha.
"Hikmah itu adalah barang hilangnya seorang muslim, jadi dimana pun kita berada dan menemukannya maka ambillah. Setiap peristiwa itu pasti ada hikmahnya. Dan satu lagi, mustahil Allah menciptakan suatu hamba tanpa adanya tujuan, Allah menciptakan kamu pasti ada tujuannya," ucap pemuda itu membuat tangisan Keysha mereda.
"M-makasih," ucap Keysha akhirnya.
"Sama-sama."
"Nama aku Keysha, nama kamu?" tanya Keysha.
"Adam," jawab pemuda itu yang tak lain adalah Adam.
"Sekali lagi makasih, kalau nggak ada kamu mungkin aku sudah meninggal karena bunuh diri," ucap Keysha.
"Lain kali kalau iman sedang futur sholat, baca Al-Qur'an, dan satu lagi hijab kamu benerin tuh, rambutnya berantakan kemana-mana," ucap Adam.
"Tadi aku habis ke pemakaman Kakak aku, aku memang tidak terbiasa berhijab," ucap Keysha. Adam hanya terdiam.
"Hari sudah semakin malam, pulanglah nggak baik perempuan keluyuran dimalam hari banyak penjahat," ucap Adam. Keysha mengangguk.
"Saya pamit, Assalamualaikum," pamit Adam.
"Waalaikumsalam."
"Adam, nama yang bagus," ucap Keysha pelan, pada akhirnya gadis itu pun pulang kembali kerumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik Takdir
Teen Fiction[SEQUEL DARI CINTA SANG GUS] Angkasa High School, siapa yang tidak mengenali sekolah itu? Sekolah dari kalangan elit nomor satu di Indonesia, yang berisikan anak-anak jenius didalamnya. Terlebih Angkasa memiliki kelas unggulan yang diberikan nama ke...