بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!
Dan yang belum follow akun wp aku di follow dulu ya!
Note: Yang belum baca Cinta sang Gus di harap baca dulu sampai selesai biar tau alur ceritanya:)
Happy Reading!
•••
Matahari mulai menampakkan dirinya dari ufuk timur. Seorang gadis tengah berjalan melewati koridor pesantren, senyuman merekah di kedua sudut bibirnya saat ia tiba di suatu tempat.
Gadis itu berjalan memasuki ndalem, yang sudah ia pastikan di dalam sana sudah ada abi serta kakaknya yang sedang menunggu kedatangannya.
"Assalamualaikum!" ucap gadis itu, dan benar saja di hadapannya terdapat abi serta kakaknya yang sedang berbincang dengan Pak Kiyai Mukhtar dan Bunyai Sarah sang pemilik pesantren Nurul Huda tepatnya di kota Jakarta.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. Lantas senyuman gadis itu kian merekah, matanya sudah berkaca-kaca meluapkan rindu yang sudah tidak terbendung lagi.
Gadis itu berlari dan langsung memeluk erat abinya. "Abiiii, Hawa kangen!" ucapnya, tangisnya pun pecah di dalam pelukan sang Abi.
Yusuf mengusap lembut pucuk kepala Hawa yang terbalut oleh hijab syar'i-nya. "Abi juga kangen sama Hawa," balasnya sembari mengecup lembut dahi Hawa.
Hawa melerai pelukannya, dan beralih menatap sang kakak yang juga sangat merindukan dirinya. Mata laki-laki itu berkaca-kaca tanpa aba-aba ia pun memeluk Hawa, sang adik dengan erat.
"Hawa kangen sama Adam! Ternyata Adam udah gede ya!" imbuh Hawa sembari terkekeh pelan.
"Kamu gimana sih? Kan kita kembar, ya gede bareng lah!" balas Adam.
Hawa Shakaela Qulaibah. Iya, itu adalah namanya, ia kerap di panggil dengan sebutan Hawa, gadis cantik dan ceria. Ia memiliki saudara kembar bernama Adam Faiz Al- Arkhan yang kerap di panggil dengan sebutan Adam. Saat ini keduanya sudah menginjak usia 17 tahun.
Hawa dan Adam terpisah saat mereka mulai memasuki bangku Tsanawiyah, karena pada saat itu Hawa mendapatkan beasiswa sekolah di pesantren yang cukup terkenal di Indonesia, Nurul Huda tepatnya di kota Jakarta. Walaupun Abinya memiliki pesantren tetapi Hawa tetap ingin mengambil beasiswa itu, ia pikir kesempatan tidak akan datang dua kali dan itu adalah kesempatannya.
Dan tepat di kelas 11 SMA, Hawa memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, ia pikir sudah cukup ia merantau di negeri orang. Jadi, hari inilah yang ia tunggu-tunggu, dimana Abi dan kakaknya akan membawanya kembali ke kampung halamannya_Bandung.
"Sebenarnya saya sedih mendengar keputusan Hawa yang ingin meninggalkan pesantren ini, karena Hawa termasuk santri yang sangat berprestasi, tapi ini adalah keputusan Hawa jadi saya tidak boleh melarangnya," ucap Bunyai Sarah.
"Afwan Bunyai sudah mengecewakan," ucap Hawa merasa bersalah.
Bunyai Sarah tersenyum. "Nggak nak kamu nggak pernah mengecewakan Bunyai, pesan Nyai tetap menebarkan kebaikan di manapun Hawa berada ya," pesannya.
"Baik Bunyai."
"Kalo begitu kami pamit pergi ya, Pak kiyai, Bunyai," ucap Yusuf.
"Iya Gus, hati-hati di jalan," ucap Kiyai Mukhtar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik Takdir
Dla nastolatków[SEQUEL DARI CINTA SANG GUS] Angkasa High School, siapa yang tidak mengenali sekolah itu? Sekolah dari kalangan elit nomor satu di Indonesia, yang berisikan anak-anak jenius didalamnya. Terlebih Angkasa memiliki kelas unggulan yang diberikan nama ke...