14. Mulai peduli.

397 63 6
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!

Dan yang belum follow akun wp aku di follow dulu ya!

Happy Reading!

•••

"Hawa!"

Teriakan itu bersamaan keluar dari mulut Azka dan Arsya. Seluruh penghuni kantin tanpak tertunduk, mungkin mereka tahu jika kedua siswa most wanted itu akan murka kepada mereka.

Azka menendang kursi kantin. "DIMANA HAWA?!" Teriaknya, menggelegar di seluruh penjuru kantin.

Seluruh penghuni kantin hanya terdiam tak berani menjawab bahkan mengangkat kepalanya mereka sungguh tak sanggup.

"Kalau kalian nggak jawab, gue pastiin kalian semua akan mendapatkan hukuman karena membiarkan pembullyan di sekolah," ucap Arsya terdengar dingin namun mampu membuat seluruh murid Angkasa bergidik ngeri.

"H-hawa di bawa Fatimah dan Nasywa, tapi kita nggak tau mereka bawa Hawa kemana," ucap salah satu siswa.

"Shit! Gue mau cari Hawa!" ucap Azka yang langsung meninggalkan kantin lalu di susul Arsya.

Dalam perjalanan Azka melihat Gabby bersama ketiga temannya, Violet, Shelin dan Nanda, dengan keadaan emosi Azka langsung menarik pergelangan tangan Gabby lalu membawanya menjauh dari ketiga temannya.

"Lepasin, Ka. Sakit!" ucap Gabby.

Azka melepaskan cekalannya lalu menatap tajam ke arah Hawa. "Lo apain Hawa?!" tanya Azka.

Gabby tersenyum, senyuman yang sulit diartikan. "Kenapa? Kamu khawatir sama dia? Ya ampun Azka, kamu lucu banget sih. Kamu lupa siapa diri kamu itu? Kamu adalah seorang pembully sadis di sekolah ini, kamu juga seorang ketua Geng motor terkuat di kota ini. Dan sekarang kamu marah saat aku hanya menyenggol Hawa seperti itu? Seharusnya kamu malu dan perlu mengaca siapa diri kamu sebenarnya, sudah baik belum?" ucap Gabby, membuat Azka terdiam seribu bahasa.

Gabby mengelus wajah Azka lalu mendekatkan wajahnya tepat dihadapan Azka. "Semua video rekaman pembullyan kamu disekolah ini semuanya ada ditangan aku. Kalau kamu mau reputasi Papa kamu bagus, kamu harus tunduk sama aku sayang," ucapnya lalu pergi meninggalkan Azka yang masih terpaku ditempat.

"Sialan!" Umpat Azka.

"Hawa udah dibawa pulang sama Fatimah dan Nasywa," ucap Arsya tiba-tiba.

"Syukurlah," ucap Azka.

"Lo khawatir sama Hawa?" tanya Arsya.

Azka mengedikkan bahunya acuh. "Gue nggak tau," ucapnya lalu pergi meninggalkan Arsya.

•••

Hawa berjalan sendiri melewati koridor sekolah, semua para murid Angkasa tampak acuh dengannya tak ada yang mengusiknya. Hawa tak ambil pusing ia terus berjalan sembari melafalkan ayat-ayat Alquran, sampai suara seorang yang serempak memanggilnya membuat ia menghentikan langkahnya.

"Hawa!!"

Panggilan itu dilontarkan oleh Arsya dan Azka secara bersamaan membuat Hawa terdiam sampai beberapa detik. Azka dan Arsya juga tak kalah terkejut, bahkan dua pemuda itu saling memandang satu sama lain.

Arsya memutuskan kontaknya terhadap Azka, ia berjalan mendekati Hawa lalu disusul oleh Azka di belakangnya.

"Lo gapapa?" tanya Arsya.

"Apanya?" tanya balik Hawa.

"Tentang kemarin waktu dikantin," ucap Arysa.

"Alhamdulillah sehat wal'afiat insha Allah," balas Hawa, yang tampak mulai mengerti arah tujuan pembicaraan Arsya.

"Sorry, nggak nolongin lo kemarin," ucap Azka.

"Gapapa, ada Fatimah dan Nasywa yang bantu aku," ucap Hawa.

"Oh iya, ini susunan acara untuk agenda ulang tahun sekolah yang dilaksanakan tiga hari, dan seluruh total uang yang akan di keluarkan, semuanya sudah tercatat disitu," ucap Hawa sembari memberikan sebuah berkas kepada Arsya.

"Makasih, lo udah bekerja keras untuk acara ulang tahun sekolah. Acara ulang tahun sekolah diadakan mulai Sabtu depan sampai hari Senin. Lo mau nyumbang bakat lo diacara itu?" tanya Arsya.

"Gak perlu, tugas aku hanya membantu kalian. Aku hanya ingin fokus untuk olimpiade kita nanti yang akan akan dilaksanakan dua Minggu lagi," ucap Hawa.

Arsya mengangguk. "Lo, Ka. Jadi kan anggota basket lo buat turnamen di acara ulang tahun sekolah?" tanya Arsya.

"Asalkan lawan gue adalah lo sama temen-temen osis lo itu gue baru mau tanding," ucap Azka.

"Oke, siapa takut? Hari Sabtu kita tanding," Ucap Arsya.

"Oke!" Ucap Azka.

"Kalau gitu aku ke kelas dulu ya," ucap Hawa.

"Ya, bareng aja kali kita kan sekelas, iya gak, Ar?" ucap Azka kepada Arsya agar pemuda itu mau mengiyakannya.

"Iya kita juga mau ke kelas," ucap Arsya.

"Tapi nggak enak kalau barengan, apa kata murid disini? Kalau aku jalan sama siswa berpengaruh di Angkasa," ucap Hawa.

"Lo lihat aja kedepan, angkat dagu lo, manusia-manusia kayak mereka hanya iri sama lo karena nggak bisa jalan bareng sama gue," ucap Azka percaya diri membuat Hawa memutar bola matanya malas.

Selama perjalanan menuju kelas banyak pasang mata yang tertuju pada Hawa, bisikan demi bisikan mulai terdengar membuat Hawa menundukkan kepalanya dan dalam-dalam.

"Jangan takut, lo ada kita, lo nggak sendirian Hawa," ucap Arsya.

"Kan udah gue bilang orang-orang kayak mereka hanya iri sama lo," ucap Azka.

•••

Tanpa basa-basi mohon vote dan coment ya!

Nidaasyahidah.

Titik Terbaik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang